Selalu ia sibakkan segala gelisah, dirajutnya segala mimpi dan harapan agar tak mudah patah.
Kekasihku tak pernah menyerah. Ku seru namanya di dalam doa yang panjang.
Ku seru namanya hingga pecah suaraku di dingin dinding penjara yang hitam.
Ku kutuk takdirku. Ku kutuk hidupku.
Ku tusuk perut lelaki itu dengan belati miliknya hingga buyar ususnya jatuh ke tanah saat ia nekat menggerayangi tubuh kekasihku.
Handy Pranowo
28 Desember 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!