Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Demi Kekasihku

28 Desember 2022   01:13 Diperbarui: 28 Desember 2022   01:14 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kekasihku menunggu di depan pintu. 

Dan jendela hatinya menganga saat bulan sabit melepuh di angka tujuh. 

Malam yang kikuk meratap di comberan yang keruh. Wajahnya bopeng penuh kurap dan panu.

Rumah-rumah gubuk melamun pilu sebagian mendengkur memburu mimpi yang semakin ngawur.

Kekasihku seorang biduan dangdut kelas anggur murahan. Ia bernyanyi dan berjoget di pinggir jalan. 

Di pinggiran kota besar. Di tengah-tengah keramaian pasar tradisional.  

Supir angkot, tukang parkir serta seluruh gembel dan pengangguran terlihat senang dan terhibur mendengar kekasihku berdendang.

Di balik remang-remang malam lampu Jakarta diam-diam mereka mengintip belahan dada kekasihku yang terbuka.

Duhai sabit. Duhai angin malam.

Keringat kekasihku mengucur dari dahinya yang hitam. Rambutnya lengket. Bajunya kumal.

Aroma tubuhnya sama persis dengan aroma debu jalanan saat angin membawanya terbang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun