Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Aminah

19 November 2022   14:24 Diperbarui: 19 November 2022   14:35 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sekali lagi lelaki itu mencoba menjulurkan hidungnya lebih dekat ke belakang pundak Aminah. Dengan gerak reflek perempuan itu kembali menghindar. Tubuhnya menyenggol motor miliknya yang terparkir di bawah trotoar. Di belakang joknya yang sudah di modifikasi penuh berisi tiga termos dan segala macam kopi sachetan.

Lelaki itu semakin kesal. Matanya di picingkan kemudian tertawa terbahak-bahak. Seperti ada niat yang terbesit dalam pikirannya untuk di kerjakan nanti setelah malam mulai meninggi. Saat para pedagang sepi. Saat para karyawan pabrik pulang dan semua gerbang di kunci.

Tetapi Aminah dapat membaca situasi. Ia tak berani begitu saja pergi sebab ia tahu itu artinya bunuh diri. Lelaki itu pasti akan lebih brutal lagi sebab merasa tidak di tanggapi. Aminah mencoba tenang dan dalam hatinya berdoa agar Tuhan melindunginya dari segala kelakuan iblis dan sekutu-sekutunya.

Aminah tetap teguh di sana. Perempuan itu hanya berharap dagangannya di bayar lunas. Itu saja. Jalanan kawasan pabrik sore itu penuh dengan para pedagang dan karyawan. Namun di langit menggantung awan tebal menghitam.

******
Perempuan itu masih berlari di tengah hujan deras. Dalam pelariannya terbayang tangan-tangan kasar merayapi tubuhnya. Menyentuh puncak agung di dadanya. Perempuan itu sadar lalu berontak. Ia pun segera berteriak. Tetapi tiba-tiba semua gelap.

Dirinya seperti di bawa ke dalam ruangan pekat. Sesak tak berudara. Dalam ruangan sempittersebut tubuhnya seakan di tekuk menjadi dua. Lalu di lempar ke atas tumpukkan kardus-kardus bekas.

Tak lama setelah itu suara nafas terdengar lamat-lamat menyentuh bagian telinganya. Meraba lehernya. Ia merasakan para iblis tengah berpesta pora dengan hidangan istimewa. Mereka semua tertawa. Bergembira ria.

Mereka telanjang dan menari-nari di tengah kobaran api. Aroma arak di mulut mereka bagai kerak neraka yang terus di jilat. Mereka tak bisa berhenti sampai mereka puas dan tergeletak.

Perempuan itu merasa dirinya di tengah-tengah sebuah arena olahraga. Mungkin tinju bisa juga gulat bebas. Tubuhnya di bawa ke sana kemari. Di geser ke kanan dan ke kiri. 

Seperti naik turun di atas kemedi putar. Di atas kuda poni yang mulutnya menganga. Bisu tanpa suara. Tubuh perempuan itu lemah tak berdaya. Di putar-putar. Terus di putar. Bergiliran.

Mulutnya seperti menelan daging-daging mentah yang penuh darah berceceran. Bau amis. Bau bacin. Busuk. Ia menelannya lalu muntah. Tetapi semua gelap. Mata perempuan itu masih mengatup. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun