Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siasat Jahat

18 Agustus 2022   16:14 Diperbarui: 18 Agustus 2022   22:23 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bukan saya yang menghamilinya, boro-boro nyentuh godain juga kagak, biar kata pengangguran berat begini te tapi saya masih punya hati nurani."  

" Terus siapa dong"

" Lah mana saya tahu, mungkin belis, ular kadut, buaya buntung atau barangkali tikus got. Lagian nih RT main tembak aja, nggak ada bukti nggak saksi " sahut Ridwan ngotot membela diri.

Suasana interogasi di rumah pak RT dengan beberapa orang yang di curigai di duga melakukan tindakan asusila yang menimpa seorang gadis berubah menjadi tegang dan panas.

Ridwan, Cocon dan Badrun menyangkal semua tuduhan yang di lemparkan kepada mereka bahkan menuntut pak RT dengan denda 100 juta sebab tanpa alasan dan bukti yang kuat telah menjatuhkan harkat dan martabat mereka sebagai pengangguran berat.

"Ini namanya fitnah Te lebih kejam dari pembunuhan" Badrun emosi sambil mengepalkan tangan.

 *****
Geger, gempar, gosip itu terus menyebar bagai virus korona tak kenal pandang. Sudah hampir seminggu gosip itu menular menjadi penyakit yang sulit di sembuhkan. Namun warga kampung Lebak Sari bukannya menutup pintu dari virus gosip tersebut justru berlomba-lomba mendapatkan update berita terbaru.

Keluarga pak Jamil memang tak lepas dari gosip rumah tangga murahan namun kali ini sungguh-sungguh keterlaluan. Entah siapa yang pertama kali menyebarkan gosip gila tersebut namun yang pasti suasana kampung Lebak Sari kembali runyem di karenakan urusan dapur rumah tangga pak Jamil yang selalu kebakaran.

" Hah, Putri hamil!"

" Apa, si Putri, bagaimana ceritanya tuh anak bisa hamil"

" Ya bisalah bu, kan dia perempuan"

" Iya tapi..."

Bahkan menurut info yang belum bisa di klarifikasi kebenarannya, Putri telah hamil tiga bulan. Bisik-bisik tetangga pun tak terelakkan. Mulut-mulut pedas menggigit telinga para warga. 

Kumpulan ibu-ibu di warung sayur sampai kumpulan bapak-bapak di warung kopi ujung jalan semua membicarakan perihal Putri anaknya pak Jamil yang tengah mengandung anak.

Bagaimana tidak gempar Putri anaknya pak Jamil di kategorikan sebagai anak kekurangan mental. Ia pernah di tempatkan di sekolah berkebutuhan khusus namun tidak sampai tuntas di karenakan Putri sering ngambek dan mengamuk tak jelas di sekolahan. Guru-guru di sekolahnya pun menyerah dan mengembalikan kepada orang tuanya untuk di urus di rumah.

Akhirnya Putri hanya menerima pengajaran ala kadarnya dari ayah dan ibunya di bantu seorang asisten rumah tangga yang memang sejak lama telah mengurus Putri.

Tetapi sungguh ironis ketika Putri berumur sebelas tahun ia di tinggal pergi ibunya bekerja ke luar negeri dan hingga kini tak pernah kembali sampai Putri beranjak dewasa.

Desas-desus yang beredar ibunya sudah menikah lagi di sana. Dan katanya ia pergi lantaran sudah tak tahan melihat pak Jamil main mata dengan perempuan lain yang tak bukan adalah pembantunya di rumah.

Putri anak satu-satunya pak Jamil secara kasat mata memang tidak nampak ada kelainan pada anak tersebut. Ia tumbuh besar seperti layaknya anak-anak perempuan remaja normal namun bila gadis itu di ajak berbicara ia tak akan bisa membalasnya. Bahkan sekali-sekali ia sering menjerit dan bicara sendirian.

****
Pagi itu Pak RT menunda menyantap nasi goreng buatan istrinya tercinta buru-buru ia keluar rumah langsung menuju tempat kediaman pak Jamil meminta klarifikasi atas berita yang kini luas menyebar. 

Notifikasi chat whatsap grup warga pun hanya di penuhi gunjingan dan tebak-tebakan perihal siapa orangnya yang telah menghamili Putri. Rasanya sudah tidak lagi di pandang hal yang normal pergunjingan di media whatsap tersebut sungguh menjengkelkan.

" Assalamualaikum, pak Jamil, Assalamualaikum " sahut Pak RT dari luar pagar. Suara salam pak RT yang cukup keras di pagi hari itu sampai pula terdengar oleh tetangga sekitar. 

Salah seorang warga bernama Parmin menghampiri pak RT dan menyuruhnya untuk masuk ke dalam karena biasanya pintu pagar rumah pak Jamil tidak pernah di kunci.

Pak RT pun menuruti apa yang di katakan Parmin dan langsung membuka pintu pagar lalu masuk ke pekarangan rumah Pak Jamil. Belum sempat pak RT mendekat ke pintu tiba-tiba Putri keluar dari dalam rumah, senyam-senyum sambil mengusap-usap perutnya.

Wajahnya menor bak wanita yang hendak pergi ke acara fashion. Warna pakaian yang di kenakannya kali ini serba merah muda dengan tas berwarna ungu di gantung di lengan kanannya. 

Seperti biasa bila Putri sudah puas berkeliling di halaman depan rumahnya ia akan ngeloyor pergi ke ujung jalan menemani beberapa pemuda yang sering "markir" di perempatan jalan.

" Eh Putri, duh cantiknya, mana ayahmu nak " sapa pak RT kepada Putri. Yang di tanya diam saja tak menjawab lalu melesat keluar  meninggalkan aroma minyak wangi yang menusuk kuat.

" Biasanya mau jawab tuh anak kalo saya tegor " sahut Pak RT.

" Lagi ngambek kali Te " jawab Parmin sambil senyum sendirian.

" Huss, kamu ini"

Mendengar ada suara orang di luar pak Jamil pun keluar rumah. Masih mengenakan sarung dengan paduan kaos oblong putih.

" Eh ada pak RT di luar, maaf saya tidak dengar salam dari pak RT saya sedang mencuci di belakang"

" Memangnya Parti kemana sampai pak Jamil yang mencuci baju sendirian" celetuk Parmin.

Pak Jamil tak menggubris celetukan Parmin malah mempersilahkan mereka berdua masuk ke dalam rumahnya.

Tak berapa lama mereka duduk di sofa yang empuk tanpa basa-basi Pak RT pun langsung ke pokok permasalahan menanyakan perihal kebenaran atas berita yang tersebar. 

Mendengar apa yang di sampaikan oleh pak RT pak Jamil pun langsung membenarkan berita tersebut. Ia katakan, Parti kemarin yang membawanya ke dokter karena sudah seminggu belakangan ini melihat Putri terus-terusan muntah dan sering ke belakang.

" Pak RT kan tahu kondisi anak saya seperti apa, pak RT juga tahu kalo si Putri itu anak saya satu-satunya"

" Saya tidak akan menghukum orang yang menghamili anak saya atau melaporkan kepada polisi kalau saja ia mau bertanggung jawab dan menikahinya." tegas pak Jamil kepada ke dua tamunya tersebut.

" Oke, baiklah, saya paham kondisi anak bapak tapi apa memang betul pemeriksaan dari dokter tidak salah" 

 " Apa pak Jamil sudah kroscek langsung ke dokter yang menangani Putri terus mana si Parti saya mau minta keterangan darinya" sambung Pak RT dan pembicaraan semakin serius.

Si Putri anak pak Jamil memang sudah umur layaknya perempuan yang sudah baligh nampaklah kemolekan tubuhnya,wajahnya manis mirip ibunya, kulitnya putih bersih, hitam rambutnya ikal tergerai kalau saja ia tidak kurang satu hal sudah pasti banyak pemuda-pemuda yang naksir kepadanya.

" Ayo pak RT kita adili saja orang yang menghamili si Putri, mencoreng nama baik kampung kita saja" Parmin kembali berbicara kali ini ia meminta di usut tuntas permasalahan yang memalukan wilayah tempat tinggalnya.

" Atau kita interogasi saja pemuda-pemuda pengangguran yang suka nongkrong di ujung jalan sana, Putri kan suka sekali main ke sana sampai saya pernah melihat jadi candaan anak-anak yang tak jelas juntrungannya" Parmin kembali emosi.

Pak RT menghela nafas panjang. Bagian dalam kepalanya terlihat sedang memikirkan sesuatu. Otaknya berputar-putar. Ia sudah paham betul mengenai keluarga kecil ini namun gosip kali ini sungguh tidak habis di pikir.

*****

"Ini yang ke tiga kalinya pak, kali ini saya tidak akan menggugurkan anak hasil dari perbuatan nekat kita"

"Tahun lalu saya hampir mati pak gara-gara bapak menyuruh saya menenggak ramuan penghancur janin dari dukun sialan itu" mata Parti menatap tajam ke arah pak Jamil.

"Tapi Parti, apa kata masyarakat sekitar"

"Sudahlah pak semua orang telah tahu kalau kita ada main dan ibu pun pergi lantaran pernah memergoki kita berduaan di kamar"

"Bapak kali ini jangan mengelak, bapak harus bertanggung jawab kalau memang bapak benar-benar mencintai saya"

Pak Jamil menghela nafas panjang. Bagian kepalanya terlihat sedang memikirkan sesuatu nampak sekali keras dan susah di hancurkan. Otaknya terus berputar-putar. Dari kepalanya keluar asap hitam.

Di lihat foto istrinya yang masih menggantung di kamar. Setelah mengusap wajah ia pun kembali berbicara. 

"Ya sudah, kamu pergi saja dulu dari sini biar semua saya siasati, saya punya rencana untuk menutup aib ini"

"Bagaimana nasib saya dan jabang bayi yang saya kandung ini pak" 

"Sudahlah pergi saja dulu nanti saya kirimkan uang kepadamu"

Malam itu pun Parti pergi membawa seluruh kepedihan dan penyesalannya selama ini. Selembar kertas hasil pemeriksaannya dari dokter di tinggalkanya di atas meja kamar.

Setelah bunyi pintu pagar di buka, pak Jamil pun meraih kertas tersebut dan menyimpannya ke dalam saku. 

Handy Pranowo

18 Agustus 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun