Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Perjumpaan Terakhir

20 Juni 2022   03:35 Diperbarui: 20 Juni 2022   06:37 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari pixabay.com

Seperti istrimu yang minggat ke pelukan teman bisnismu sendiri lantaran terlalu diberi kebebasan kepadanya dan juga kamu terlalu sibuk dengan angan-anganmu menjadi wakil rakyat. Entah ratusan juta mungkin juga milyaran rupiah kamu habiskan demi terpilih dan menduduki kursi di sana. 

Bagaimana bisa kamu memikirkan rakyat kalau saja untuk mencapai jabatan tersebut harta bendamu terkuras banyak. Memangnya untuk bisa berguna bagi rakyat harus jadi wakil rakyat. Apalagi kalau niat untuk menduduki jabatan tersebut demi kepentingan bisnis pribadi. 

Untung saja anak perempuanmu masih mau mengurusimu, masih mau mengurus harta bendamu yang tersisa, masih mau menjenguk dirimu meski seminggu sekali. Dan kini di garasi hanya satu tersisa mobil buatan Jepang itu pun katanya akan di jual. Nasibmu sungguh sial kawan.

" Kata bapak, lain kali saja datang ia benar-benar tak mau di ganggu hari ini".

"Baiklah kalau begitu besok saya akan kembali datang dan katakan kepadanya, urusan mati hanya Tuhan yang memutuskan dan saya  kesini tidak untuk menagih hutang. Saya juga bukan seorang dari team kampanye pemilihan. Saya sahabatnya yang pernah menyelamatkan hidupnya saat demonstrasi 98 di Jakarta.

Perempuan paruh baya itu kembali masuk ke dalam rumah. Lampu-lampu di halaman depan menyala, lampu teras serta dua buah lampu di garasi mobilnya. Sebentar lagi langit menutup mata. Meski dengan hati yang berat kulangkahkan kaki ini menuju pintu gerbang rumahnya yang megah. Namun belum saja meninggalkan halaman rumahnya aku mendengar seseorang memanggilku dengan terbata-bata. Tidak begitu kencang pula suaranya.

Aku menoleh kebelakang dan aku di kejutkan oleh penampakan seorang lelaki yang layu berdiri dengan wajah yang tak lagi simetris namun masih tegas kukenali. Ia berusaha berjalan dengan susah payah di teras rumahnya. Dari kejauhan matanya nampak berkaca-kaca dan ia berusaha kembali menggerakkan mulutnya. Namun kali ini tidak terdengar suara yang keluar. 

Malam akhirnya datang penuh suka cita. Bulan purnama menyembul dari arah timur. Bulat dan megah dengan awan tipis di sekitarnya. Cahayanya berkilau keemasan jatuh di halaman rumahmu. Ku lihat dua malaikat kecil di pinggir kolam yang tadi terlihat lesu nampak berputar-putar mengelilingi tubuhmu tak lama kemudian mengangkatmu terbang.

Handy Pranowo

20-Juni-2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun