Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayam Betina

15 April 2022   18:26 Diperbarui: 15 April 2022   18:28 3399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi Ayam Betina (unsplash)

Sudah lebih dua minggu ini, ia selalu dapati seekor ayam betina nangkring di atas pohon mangga pekarangan rumahnya. 

Entah milik siapa ayam betina tersebut dan anehnya hanya malam hari saja ia melihat ayam itu ada di atas dahan pohon mangga yang sudah ada sejak ia masih kanak-kanak dulu. 

Ayam betina itu berwarna hitam sedikit kemerahan di warna bulu sayapnya, kedua kakinya bagus mulus dan sesekali ia berkotek di malam hari sebelum akhirnya kepalanya jatuh lemas dan tertidur pulas.

Awalnya gadis itu tak mempunyai masalah dengan keberadaan ayam betina tersebut barangkali memang ayam tetangga yang kebetulan iseng hinggap menginap di pohon mangga milik orang tuanya namun anehnya kenapa di kala siang hari justru ia tak melihat ayam tersebut berkeliaran. 

Ia takut jangan-jangan ayam itu ayam siluman lalu berubah wujud menjadi raksasa dengan gigi bertaring dan mata menyala atau berubah menjadi lelaki cabul telanjang bulat lalu mendatangi dirinya yang sendirian di kamar.

"Ah tidak mungkin, lagi pula mana ada siluman ayam, ada juga siluman babi, siluman serigala atau siluman buaya" gumamnya dalam hati mencoba menenangkan diri. 

Sudah lama pula ia tak mempercayai lagi yang namanya takhayul sejak ia pernah di ramal oleh seorang dukun bahwasanya ia akan menikah di umur muda dan akan mempunyai anak banyak seperti orang tuanya.

Ramalan itu meleset sampai saat ini malah sudah lewat umur empat puluh tahun ia belum juga kunjung menikah meski berkali-kali gonta-ganti pacar namun tak ada yang berakhir di pelaminan.

*******

Ketika di tanyakan kepada tetangga sebelah rumahnya siapa saja di lingkungan sini yang memelihara ayam justru jawabannya adalah tidak ada satu pun di lingkungan daerah ini yang memelihara ayam.

"Lagi pula ngapain pelihara ayam, bau tau, jorok, bikin tidak nyaman lingkungan. Lagian susah-susah memelihara ayam, orang sepanjang jalan kamu tinggal pilih kok mau ayam goreng, ayam bakar, ayam geprek atau ayam tepung yang tiap jengkal dah beda merek" si tante tetangganya itu terus nyerocos.

Mendengar perkataan tetangganya tersebut ia pun tak ingin berdebat dan panjang cerita di tinggalkannya langsung wanita tambun itu saat sedang menggendong anak lelaki pertamanya. 

Ia tak mau perkataan tetangganya melantur kemana-mana apalagi kalau sudah menyinggung masalah jodoh dan lain sebagainya. Apalagi kalau ia sudah bilang "kawin itu enak loh mesti deh kamu ketagihan" si tante mulutnya rada di monyong-monyongin dengan gaya bahasa dan badannya yang genit seperti kucing mau kawin. Bikin gerah otak dan emosinya saja.

*********

Di rumah yang sederhana namun cukup besar halamannya itu, ia hanya tinggal sendirian, ayah dan ibunya sudah meninggal bertahun-tahun lalu saudara-saudaranya sudah pindah, menikah dan tinggal bersama keluarga kecil mereka.

Ia adalah anak perempuan tertua di keluarganya dan kelima adik-adiknya yang sudah menikah mempercayainya untuk merawat rumah peninggalan orang tua mereka.

Sebagai seorang manager toko yang menjual peralatan baju dalam wanita di pusat perbelanjaan kota cukuplah ia menghidupi dirinya seorang. 

Bahkan ia tak mempunyai beban apapun dalam hal materi hanya saja bayangan menjadi perawan tua seumur hidup masih saja menghantui. 

Sebenarnya paras wajahnya cantik dengan rambutnya yang ikal lebat, pipi yang ranum, bibir tipis merah berkilau tetapi entah kenapa jodohnya nampak jauh dan belum terlihat nyata.

Terkadang itu pula yang membuatnya segan untuk keluar rumah atau sekedar basa-basi dengan tetangga sebab seringkali ia menjadi buah bibir candaan. 

Bila di timpali takutnya malah menjadi keributan namun bila terlihat diam malah semakin makin tetangga-tetangga itu berolok-olok khususnya para ibu-ibu.

Maka dari itu ia memilih sepulang kerja langsung merapat ke rumah dan di kala libur hanya berteman dengan bunga-bunga dan tanaman milik peninggalan ibunya saja.

Ada sih satu orang tetangganya yang akrab dan menjadi curhatan dirinya namun tetap saja orang lain tak bisa di pegang mulutnya, ia ceritakan pula hal-hal yang seharusnya menjadi rahasia kepada tetangga-tetangga lainnya. Menyebalkan bukan.

Suatu pagi saat ia membuka pintu rumahnya untuk berangkat kerja tiba-tiba ia di kejutkan oleh beberapa butir telur yang tergeletak di depan pintu rumahnya.

"Telur apa ini" ia pun bertanya dalam hati.

"Apakah telur ayam atau jangan-jangan telur ular".

Namun setelah di pegang, di amati, di terawang telur-telur tersebut, wanita itu menyimpulkan bahwa telur-telur yang tergeletak di depan pintu rumahnya adalah telur ayam.

"Apakah ayam betina itu bertelur".

Seketika ia menoleh ke arah pohon mangga yang tumbuh lebat di halaman rumahnya dan sudah di pastikan ayam betina itu sudah tidak ada entah kemana perginya.

Hari itu menjadikan dirinya telat datang berkerja lantaran beberapa menit waktunya di gunakan untuk berputar-putar mencari keberadaan ayam tersebut hingga akhirnya ia menyerah.

*******

Lima butir telur ayam di masukkannya ke dalam kulkas dan ia tak berkeinginan menyantapnya baik di goreng atau pun di rebus padahal telur ayam kampung setengah matang dengan jahe di tambah madu adalah favoritnya selalu ia konsumsi dua kali dalam seminggu. Katanya untuk menjaga stamina tubuh agar tetap bugar kelihatan segar.

Ayam betina misterius itu hampir setiap hari bertelur dalam seminggu ini dan selalu saja membiarkan telur-telurnya tergeletak di depan pintu rumahnya. Kalau di hitung-hitung sudah ada tiga puluh telur ayam yang ia kumpulkan dalam minggu ini.

Entah mau di kemanakan seluruh telur-telur ayam ini, apakah akan di berikan kepada tetangganya atau di buang atau di berikan kepada adik-adiknya saja.

Suatu hari saat ia libur berkerja dan sedang berada di rumah datanglah seorang wanita tua mengetuk pintu pagar rumahnya.

Setelah diperhatikan nampaknya wanita tua itu adalah pengemis atau bisa jadi seseorang yang nyasar mencari alamat rumah maka di hampirinya wanita tersebut dan di tanyakan apa keperluanya.

Betul saja dugaanya wanita tua itu mengharap sedekah lalu buru-buru ia masuk ke dalam rumahnya dan membawa kantung plastik yang berisi telur-telur ayam.

Wanita tua itu tercengang baru kali ini ada orang yang memberikan sedekah sekantung plastik telur ayam.

"Kalau ibu mau sebagian telur itu bisa ibu jual ke warung dan sebagian bisa ibu makan di rumah bersama keluarga dan ini ada juga sedikit uang buat ibu".

"Terimakasih nak, terimakasih semoga jodoh dan rejekinya lancar" sahut wanita tua tersebut.

"Jodoh?" memangnya dia tahu ya kalau aku belum punya jodoh.

********

Selepas maghrib tiba-tiba hujan turun dengan lebatnya di tambah angin kencang menderu hingga menerbangkan apa saja yang di lewatinya.

Untungnya tadi selepas pulang kerja ia buru-buru pulang ke rumah dan membatalkan janji dengan seorang lelaki yang baru saja di kenalnya bulan lalu.

Ia mempunyai firasat yang tidak enak terlebih langit sore ini begitu hitam pekat, ia membaca hujan akan turun lebat di kotanya nanti. Dari pada tidak bisa pulang kejebak macet atau banjir yang parah lebih baik ia batalkan saja janji kencan pertamanya itu.

Angin dan hujan begitu hebatnya serasa menggedor-gedor alam raya kota ini, pastinya besok pagi akan ada berita pohon tumbang atau baliho yang rubuh. Mudah-mudahan tidak membawa korban jiwa.

Selagi ia merenungkan hal tersebut di kamarnya tiba-tiba ia teringat seekor ayam betina yang sering nangkring di dahan pohon mangga.

Di buka tirai jendela kamarnya dan matanya langsung menuju pohon mangga rumahnya yang tengah di amuk angin yang begitu kencang. Ia perhatikan ke sana kemari mencoba melihat di mana ayam betina itu berada.

Akhirnya di dapatinya ayam betina tersebut tengah berjibaku dengan angin dan air hujan yang jatuh deras ke dahan pohon mangga. Ia merasa kasihan dengan ayam itu, seperti senasib hidupnya seorang diri tak mempunyai teman.

Barangkali bila ayam itu bisa berbicara dan mempunyai perasaan seperti manusia mungkin juga ayam itu ingin berjodoh, mempunyai teman hidup dan juga tempat yang layak.

Maka ia beranikan diri keluar rumah dengan mengenakan jas hujan merah kepunyaan adiknya demi mengambil ayam itu dan membawanya ke dalam rumah agar tidak kehujanan dan tidak kena angin kencang.

Ia sudah bertekada lagi pula ayam itu sudah sering memberikannya rejeki yaitu berupa telur-telur ayam yang sering di letakkan di depan pintu rumahnya. Kali ini giliran ia yang harus berbalas budi.

Di tengah hujan deras dan angin kencang, ia mengendap pelan-pelan ke arah pohon mangga sambil membawa tangga lipat untuk dapat menjangkau ayam betina tersebut.

Tangga di julurkan panjang lalu di sandarkan ke sebuah cabang di mana ayam betina itu berada. Dengan pelan dan pasti kakinya menaiki anak tangga tersebut.

Namun tinggal beberapa anak tangga lagi ia sampai dekat kepada tubuh ayam itu tiba-tiba angin kencang datang kembali lalu berputar-putar di sekitar pohon mangga tersebut serasa pohon mangga itu di angkatnya ke udara.

Ayam betina itu pun loncat terbang terbawa angin berputar-putar ke langit, tangga pun terjatuh seiring pohon mangga yang miring terangkat dan mengarah jatuh ke pagar rumah.

******* 

" Oh ibu sudah siuman, jangan banyak gerak dulu, bila nanti ada keluhan ibu tinggal panggil saya" berkata seorang lelaki kepada seorang perempuan yang tengah terbaring lemas di kasur rumah sakit.

"Ini di mana, kamu siapa?"

"Ini di rumah sakit bu dan saya dokter Ibnu yang menangani ibu" sambil tersenyum dokter itu lalu menceritakan keadaan kondisi pasien. Dan tak lama dokter itu pergi membuka pintu keluar.

"Dessy istirahat dulu saja, tadi bapak-bapak yang bawa kamu ke sini, lagian ngapain sih kamu malam-malam hujan angin naik-naik pohon mangga". Tiba-tiba suara cempreng itu datang merasuki telinga dan aku sangat mengenali suara tersebut.

"Eh Des, si dokter Ibnu itu masih lajang loh dan kelihatan tatapan matanya suka sama kamu, dari tadi ia mondar-mandir nungguin kamu siuman. Dokter kok ganjen".

Handy Pranowo

15 April 2022

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun