"Lagi pula ngapain pelihara ayam, bau tau, jorok, bikin tidak nyaman lingkungan. Lagian susah-susah memelihara ayam, orang sepanjang jalan kamu tinggal pilih kok mau ayam goreng, ayam bakar, ayam geprek atau ayam tepung yang tiap jengkal dah beda merek" si tante tetangganya itu terus nyerocos.
Mendengar perkataan tetangganya tersebut ia pun tak ingin berdebat dan panjang cerita di tinggalkannya langsung wanita tambun itu saat sedang menggendong anak lelaki pertamanya.Â
Ia tak mau perkataan tetangganya melantur kemana-mana apalagi kalau sudah menyinggung masalah jodoh dan lain sebagainya. Apalagi kalau ia sudah bilang "kawin itu enak loh mesti deh kamu ketagihan" si tante mulutnya rada di monyong-monyongin dengan gaya bahasa dan badannya yang genit seperti kucing mau kawin. Bikin gerah otak dan emosinya saja.
*********
Di rumah yang sederhana namun cukup besar halamannya itu, ia hanya tinggal sendirian, ayah dan ibunya sudah meninggal bertahun-tahun lalu saudara-saudaranya sudah pindah, menikah dan tinggal bersama keluarga kecil mereka.
Ia adalah anak perempuan tertua di keluarganya dan kelima adik-adiknya yang sudah menikah mempercayainya untuk merawat rumah peninggalan orang tua mereka.
Sebagai seorang manager toko yang menjual peralatan baju dalam wanita di pusat perbelanjaan kota cukuplah ia menghidupi dirinya seorang.Â
Bahkan ia tak mempunyai beban apapun dalam hal materi hanya saja bayangan menjadi perawan tua seumur hidup masih saja menghantui.Â
Sebenarnya paras wajahnya cantik dengan rambutnya yang ikal lebat, pipi yang ranum, bibir tipis merah berkilau tetapi entah kenapa jodohnya nampak jauh dan belum terlihat nyata.
Terkadang itu pula yang membuatnya segan untuk keluar rumah atau sekedar basa-basi dengan tetangga sebab seringkali ia menjadi buah bibir candaan.Â
Bila di timpali takutnya malah menjadi keributan namun bila terlihat diam malah semakin makin tetangga-tetangga itu berolok-olok khususnya para ibu-ibu.