Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Jakarta Oh Jakarta

20 Januari 2022   00:29 Diperbarui: 31 Januari 2022   23:16 661
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Engkau tabah dan selalu tabah, kenyataan yang pahit telah kau telan tanpa pernah membebani mereka yang berkuasa.

1965, Malari 1974, Tanjung Priok 1984, dan yang terakhir masih membekas di mata, kerusuhan 1998.

Ratusan orang telah mati sia-sia di tanah ini, mereka yang hilang pun tak pernah kembali.

Perempuan-perempuan Tionghoa yang di perkosa, gedung-gedung yang di bakar, toko-toko yang di jarah isinya.

Engkau saksi kelam kehidupan bangsa ini. Revolusi, reformasi.

Jakarta oh Jakarta.

Wajahmu tak lagi menyerap cahaya, tubuhmu penuh sayatan luka-luka.

Nyala lampu aneka warna di gedung-gedung hanya hiasan belaka tak mencerminkan dirimu yang sebenarnya.

Taman-taman bunga di tengah kota itu palsu. Mall dan plaza yang megah di bangun kebanyakan telah menipumu.

Dirimu sakit Jakarta, dirimu tersakiti oleh mereka. Tak ada yang benar-benar mengerti keadaanmu.

Jalan-jalanmu penuh lubang, tubuhmu kebanjiran, pohon-pohon yang tumbuh di kepalamu habis di tebang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun