Jakarta oh Jakarta.
Kita yang saling kenal dan telah akrab, tidur dan makan dalam satu atap. Menempuh jalan becek hingga jalan beraspal.
Singgah di bedeng-bedeng dan gubuk-gubuk liar lalu mampir sebentar di gedung-gedung tinggi dan perumahan besar.
Sekedar berbagi cerita tentang udara yang penuh asap dan paru-paru yang mengidap asma.
Rawa-rawa telah di timbun tanah, sungai-sungai semakin dangkal tak lagi sanggup memantulkan sinar rembulan.
Sebab ia kotor penuh limbah, oh betapa kakimu penuh koreng dan berdarah, kulitmu mengkerut dan wajahmu penuh sampah.Â
Senyummu bagai wanita tua yang tak lagi sanggup berdandan dan engkau menyimpan ribuan air mata yang telah menjadi lautan.
Jakarta oh Jakarta.
Di hatimu tersimpan pengkhianatan tuan-tuan tanah.
Orang-orang yang hanya bicara keuntungan semata, keringatmu di peras dan dengan bangganya mereka katakan kepada dunia.