Ada mayat di kali berenang menepi, tak tahu dari mana datangnya, tak tahu pula arah pulang.
Ia mencari kuburannya, apakah di lembah sungai ataukah di muara laut yang dangkal.
Ia ikut saja arus mengalir, mengalir, mengalir. Gelembung udara pecah di permukaan air.
Ia mencoba bernafas namun hidungnya penuh lumpur. Paru-parunya berjamur.
Tubuhnya mengembung perutnya masuk angin, masuk air. Di ratapi belatung dan cacing-cacing.
Di antara semak-semak pinggir kali seorang lelaki mengulurkan tali pancing. Mungkin betok, mungkin mujair yang penting hari ini bisa bawa hasil.
Mayat yang tadi berenang menarik-narik kailnya dengan bibirnya yang kering. Lelaki itu terkejut ia pun berteriak.
 "Dapat"
"Eh, m,m,m,m,m"
"Mayaaaaaat"
Dengan satu tindak lelaki itu berdiri cepat. Â Jatuh pancingnya ke kali dan ia pun berlari sambil berteriak.
Orang-orang di sekitar tersentak. Kampung padat penghuni geger. Celingak-celinguk mereka keluar.Â
Tidak butuh waktu lama. Orang-orang datang berbondong-bondong.
Membawa tikar, membawa kasur, membawa bantal. Di tinggalkan pekerjaan rumahnya.
Di tinggalkan masakannya yang sebentar lagi matang. Ibu-ibu membawa anak-anaknya keluar.
Salah seorang anak bertanya kepada ibunya.
"Ada apa bu, kenapa terburu-buru".
"Ada mayat nak, ada mayat berenang di kali, ayo lihat, siapa tahu bapakmu yang sudah lima tahun tidak kembali".
Dan di titik lokasi penemuan mayat sudah ada pak polisi sedang tanya sana tanya sini, satpol PP juga sudah hadir meramaikan suasana bersama dishub, wartawan televisi, wartawan surat kabar.Â
Selebgram, artis, artis dangdut keliling serta ibu-ibu jumantik yang baru saja pulang dari penyuluhan ikut datang ingin melihat mayat berenang.
Hanya penyiar radio saja tidak hadir sebab sibuk memutar pesanan lagu dari para atensi. Kebetulan hari menjelang makan siang banyak penggemar ingin di manjakan lagu-lagu kesayangan.
Pak RT datang, pak RW datang, pak Lurah datang, pak Camat datang hanya pak Gubernur saja tidak datang beliau sibuk ngurus yang lain.Â
Sibuk ngurus banjir, reklamasi, formula E, lubang resapan air dan juga pemilihan presiden yang sebentar lagi menjelang.
Tak terkecuali para pedagang pun mulai berdatangan, rapat sesuai barisan. Tukang es teh liang, tukang cilok, tukang balon, tukang buah, tukang batagor semua berjejer di pinggir jalan dekat kali besar yang kotor penuh sampah
Aji mumpung, sambil melihat mayat mencari untung.Â
Warga dan sopir ojol membantu mengatur kendaraan yang melaju pelan. Dalam hati para pengendara bertanya, ada apa ramai-ramai.
Bagi-bagi uang tunaikah, sembako?.Â
Jalan macet sejauh tiga kilo, ambulan susah lewat, telat datang, mayat di kali keburu tenggelam.
"ah gimana sih kalian, rumah sakit sudah menunggu aku untuk di autopsi kalian yang hidup malah sibuk selfie, selfie".
Handy Pranowo
27122021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H