Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sambat

30 November 2021   16:42 Diperbarui: 30 November 2021   16:53 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. Sambat/pixabay.com

" Hai itukah mata kucing atau mata ular, tunjukan aku ke makam yang sering di sembah dan di minta bantuan".

Aku perantau yang lupa jalan pulang, hidup tersesat dan sering di tipu orang.

Datang dari jauh sekedar mencari keberuntungan seperti orang-orang kebanyakan yang kenyang makan.

Aku tidak bisa menipu juga tidak bisa korupsi uang, aku tidak tahu hukum selalu salah dan menjadi bulan-bulanan.

Hidup di paksa tunduk oleh kekuasaan yang hanya memikirkan raja dan bangsawan.

Aku tidak percaya lagi kepada Tuhan seperti mereka yang rakus tidak pernah percaya lagi pada kematian.

Awan bergerak menutupi cahaya bulan langkahku gemetar entah ke utara entah ke selatan.

Lampu di tanganku berpendar redup dan murung menurut sebuah peta makam itu ada di sudut arah timur.  

Di kepalaku terbayang anak istri di rumah, tagihan bulanan menumpuk serta segala pahit kutuk mulut penagih hutang sialan.

Asap kemenyan membumbung ke udara, suara anjing masih terdengar, suara jangkerik terinjak ketakutan.

Keringat menderas di tubuhku bagai air hujan dan di depan makam yang penuh kembang-kembang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun