Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Pencarian

31 Oktober 2021   23:56 Diperbarui: 1 November 2021   00:02 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto.sebuah pencarian/pixabay.com

Ini bukan cerita mistis apalagi cerita hantu yang paling menakutkan yang membuat bulu kuduk kalian berdiri hingga perasaan takut itu terbawa ke dalam tidur. 

Ini cerita tentang sebuah kejutan, kejutan kecil dari seorang lelaki yang beranjak dewasa, mencoba mencari jati dirinya di tengah segala permasalahan hidup yang di alaminya.

Ia penggemar berat Nirvana, penggemar Kurt Cobain sejati. Masuk ke dalam kamarnya seperti masuk ke dalam sebuah ilustrasi kehidupan Kurt Cobain. 

Poster dan segala foto anggota band Nirvana sangat lengkap terpajang di dinding, majalah serta artikel-artikel yang berkaitan dengan Nirvana bertumpuk di samping meja tulisnya. 

Setelah kenal dekat dengannya ternyata teman adik sepupuku ini mempunyai bakat menggambar sketsa wajah dan juga ada pula gambar-gambar aneh yang di buatnya dan rasa-rasanya sulit di pahami maknanya. 

Ia begitu pendiam, sedikit misterius dan yang pasti ia seorang pemberani.

Ia lahir dan besar dari kehidupan keluarga yang mapan sejahtera. Ia pernah menjadi anak "santri" namun hanya beberapa bulan setelah itu ia memaksa keluar dan pindah dari sekolah itu karena katanya di sana terlalu mengekang kebebasan berekspresinya. 

" Bang, elu ngefans sama Nirvana kan, kita ngeband yuk bawain lagu-lagunya Nirvana"

"Lah, bukannya elu udah punya grup band" sahutku kepadanya.

Saya tidak akan pernah lupa dengan kalimat pertanyaannya sekaligus ajakannya itu yang di tujukan khusus kepada saya saat kami sudah mulai akrab dan sering bertemu.

Kami memang sering bertemu di rumah kos adik sepupu di bilangan Jakarta Selatan. Tempat kos itu sekaligus menjadi markas kami berkumpul, ngulik lagu ataupun sekedar main game playstation hingga pagi ketemu pagi lagi.

Sebut saja namanya Aldi, lelaki bertubuh kurus, berambut ikal panjang sebahu dan memakai kacamata itu kemana-mana selalu membawa gitar.  Ia pun mempunyai motor Honda CB yang telah di modifikasi olehnya. Cukup kreatif memang untuk anak seumuran dirinya.

Singkat cerita kami berteman dan cukup akrab selain ngeband bareng bersamanya kami juga beberapa kali naik gunung di pulau Jawa. Semua baik-baik saja dan tak ada masalah. 

Hingga suatu hari sepulang saya dari Bandung saya mendapatkan amanat untuk memberikan oleh-oleh dari bibi saya yaitu berupa makanan untuk di berikan kepada adik sepupu. 

Maka dari itu sepulangnya dari Bandung saya tidak langsung pulang ke rumah melainkan mampir sebentar ke tempat kos adik sepupu dan ternyata di sana saya dapati Aldi tengah asyik menggambar sesuatu dan setelah ku amati gambar tersebut cukup aneh dan menyeramkan.

Gambar seseorang yang terikat lehernya dengan sebuah tali dan tanganya menggenggam sebuah belati. Di kertas gambar itu pula di sematkan logo Nirvana yang berupa emoticon.

Dari situlah saya merasa ada sesuatu yang aneh yang lain di dalam diri anak ini, hingga akhirnya saya teringat bahwa saya pernah juga memergoki ia sedang berbicara sendirian di luar tenda. Waktu itu kami sedang naik gunung Merbabu.

Persis dugaan saya, anak ini mengidap penyakit jiwa namun entah apa namanya saya belum begitu paham hingga salah seorang keluarganya membocorkan rahasia tentang dirinya.

Aldi mengidap skizoprenia lalu saya mencoba mencari tahu apa itu skizoprenia dengan googling lewat internet dan hasilnya cukup mencengangkan. Penyakit ini sangat luar biasa mempengaruhi kesehatan mental seseorang.

Ada rasa kasihan terhadap Aldi namun juga di tambah rasa khawatir apabila ia akan bertindak jauh menyakiti dirinya atau orang lain.

Selain mencari informasi dari internet saya sempatkan membeli sebuah novel yang menceritakan tentang seseorang lelaki yang sembuh dari penyakit skizo yang di deritanya meskipun dengan beragam tantangan dan pengorbanan yang di laluinya. 

Di novel yang saya baca itu si pasien bahkan berkali-kali melakukan percobaan bunuh diri namun selalu gagal. Saya tidak habis pikir bagaimana rasanya yang di alami oleh Aldi, ini sakit bukan sakit biasa. Dan baru pertama kalinya saya mengetahui tentang penyakit ini. 

Dari cerita bocoran keluarganya tersebut ternyata ayah dan ibunya pun sudah sering berkonsultasi dengan dokter serta sering pula membawa anaknya itu ke rumah sakit ke bagian penyakit mental. Bahkan Aldi termasuk rutin dalam pengobatan berjalan.

Sampai suatu hari seusai kami ngeband di daerah Depok tidak sengaja saya melihat ada sebuah tali tambang plastik di dalam tasnya, saya bertanya kepadanya untuk apa tali itu.

Ia menjawab kalo tali tambang itu untuk jaga-jaga kalau saja motor tuanya mogok. Oke alasan itu bisa saya terima namun ada kekhawatiran yang lebih dari itu.

Mengenai Aldi saya ceritakan kepada sepupu saya, ia pun kaget dan baru pula mengetahui perihal penyakit tersebut lalu ia mengingat tentang hal mengenai Aldi. Ia juga pernah mendapati Aldi sedang berbicara sendirian bahkan sampai marah-marah entah kepada siapa.

Sebagai teman tetap saya merangkulnya dan tak pernah menjauhi dirinya, sebab seperti artikel yang saya baca tentang penyakit ini seorang yang menderita skizo jangan pernah di biarkan seorang diri. 

Memang kalo di lihat dari umur saya cukup jauh terpaut lebih tua dari dirinya namun saya mencoba untuk mengimbanginya dan bersikap sewajarnya. 

Setelah usai perayaan tahun baru 2013 ia datang ke rumah menemui saya berniat hendak menjual gitar akustiknya, saya katakan kepadanya kalau memang butuh uang coba katakan berapa nominalnya barangkali saya bisa ikut membantu.

Namun ia menolak tawaran yang saya ajukan dan tetap ingin menjual gitarnya setelah niatnya tak kesampaian ia pun bergegas pamit dan anehnya kali ini ia tak mengendarai motor Honda CB nya. 

Sejak saat itu saya jarang bertemu dengan Aldi bahkan menurut informasi dari sepupu saya bahwa Aldi juga tidak terlihat di kampus. Orang tuanya bahkan sering bolak-balik ke kampus menanyakan keberadaanya serta bertanya pula kepada teman-teman yang sekelas dengan Aldi.

Sudah hampir seminggu lamanya tidak ada kabar berita, namun sempat adik sepupu saya menghubunginya lewat telepon genggam, tersambung namun tidak di angkat.

Akhirnya kami sepakat untuk mencari jejak dirinya ke berbagai tempat yang pernah di kunjunginya dan menurut informasi dari orang tuanya kalau Aldi terakhir pamit dari rumah ingin naik gunung Gede bersama teman-temannya.

Cus, tanpa persiapan yang matang kami bergegas menuju gunung Gede mendaki gunung tersebut dengan misi mencari Aldi. Saya, Bayu (adik sepupu), Ridwan dan juga Eky mereka teman ngeband dan juga teman kuliahnya yang sering menginap bareng di kosan. 

Namun misi tersebut nihil sama seperti misi-misi sebelumnya. Kami pun kembali ke Jakarta, setelah sehari istirahat di kosan, Ridwan dan Eky pulang ke rumah masing-masing dan tinggal saya dan adik sepupu yang tetap di kosan.

Esok paginya saya mendapati bapak kos sedang berkeliling di pekarangan dan kelihatannya sedang mencari sesuatu di antara tanaman-tanaman yang berjejer rapat di balik pagar.

" Lagi cari apa pak,kayak ada yang hilang kelihatannya" tanya saya kepada pemilik kos yang kebetulan saya kenal baik.

" Nyium bau bangkai nggak sih kamu" sahutnya sambil terus menelusuri pot-pot tanaman di pekarangan rumahnya.

" Nggak tuh pak, tapi kok saya nggak nyium ada bau bangkai ya"

Lalu sepupu saya keluar dari dalam kamar dan mengatakan kepada bapak pemilik kos bahwa kemarin beberapa hari yang lalu ia juga pernah mencium bau bangkai namun sekarang ini sudah tidak tercium lagi.

" Tahu ini, bangkai tikus apa bangkai apa ya, saya sudah cari-cari di tiap sudut rumah dan pekarangan dari beberapa hari yang lalu tetapi tidak saya temukan apa-apa kok" sahut bapak pemilik kos sambil kembali memeriksa tiap sudut pot-pot tanaman.

Hampir dua minggu keberadaan Aldi tidak di temukan jejaknya, orang tuanya pun sudah berusaha kesana kemari mencarinya bahkan sudah juga lapor polisi.

" Bay, gua ke kosan lu ya, gua besok mau ke Bandung ada panggilan kerja lagi"

" Panggilan kerja mulu, kapan kerjanya lu, ya udah ke sini aja cuma sekarang air di kosan lagi macet, tahu nih kenapa"

Malam itu saya bergegas menuju kosan, sewaktu saya membuka pintu pagar bapak kosan terlihat sedang membawa sebuah tangga. Saya pun menyapanya dengan salam dan bertanya kepadanya.

" Ada apa lagi pak bawa-bawa tangga, masih memang kecium bau bangkai"

" Bukan mas, ini loh kayaknya ada masalah dengan saluran air di toren atas dan saya harus mengeceknya"

" Boleh saya bantu pak"

" Boleh dengan senang hati soalnya dari kemarin kepala saya berat dan perasaan saya entah kenapa tidak enak"

Adik sepupu saya cukup beruntung bisa ngekos di rumah yang besar ini, jadi pemilik rumah ini sengaja menyewakan kamar-kamarnya sejak ia di tinggal pergi oleh istrinya yang meninggal 10 tahun yang lalu.

Namun sayangnya dari beberapa orang yang pernah ngekos di sini hanya adik sepupu saya sajalah yang betah meskipun banyak cerita yang beredar bahwa di rumah ini sering nampak hal-hal yang aneh dan ganjil.

Tetapi Bayu membuktikan bahwa hal itu hanya bualan belaka, ia malah hampir dua tahun tinggal ngekos di sini. 

Memang sekilas rumah ini nampak seram namun justru rumah ini sangatlah nyaman untuk di tempati meski ada satu buah pohon nangka yang cukup besar tumbuh subur di samping rumah tetapi justru itulah yang menjadikan rumah ini menjadi sejuk.

Toren air tersebut persis di sudut rumah di antara rimbunan dahan-dahan pohon nangka yang menjalar lebat ke atas. Di atas dak rumah ini pun ada satu menara kecil bisa terlihat jelas dari jalanan atau dari pintu pagar rumah. 

Entah apa gunanya saya pun tidak pernah menanyakannya, mungkin dulu disain rumah ini ingin menyamai kastil-kastil di luar negeri.

" Bay temenin gua, ngecek toren air di dak atas, kasihan pak Radi tuh"

Dengan berbekal tangga dan satu buah senter yang cukup besar kami pun bergegas ke atas mengecek apakah ada masalah dengan toren air tersebut.

Akhirnya kami pun sampai di atas dak rumah ini, gelap sangat gelap tak ada cahaya lampu dan malam saat itu terlihat mendung tanpa sinar bintang ataupun bulan.

Bayu yang saat itu memegang senter bukannya mengarahkan cahayanya ke arah toren malah memainkan senter tersebut ke sana ke mari dan tiba-tiba ia berteriak.

" Allahu Akbar " 

Lalu ia terjatuh, duduk  terkulai di samping saya, senternya di biarkan tergeletak. Ia menutupi wajahnya dan nampak tubuhnya bergetar.

" Kenapa lu, liat setan lu" Bayu tetap menunduk dan ia pun menangis.

Saya semakin heran dan bingung ada yang terjadi dengan dirinya, saya pun mencoba melihat sekeliling namun gelap tak ada yang bisa di lihat selain samar bayangan menara yang tak jauh dari kami berdiri.

" Ndi, coba lu liat ke arah menara, lu senter deh, itu apaan yang ngegantung, orang apa boneka" suaranya terbata-bata dan sepertinya sangat ketakutan. Ia tetap menundukkan wajahnya.

Lalu saya ambil senter yang tergeletak di samping kakinya tersebut dan mengarahkan senter itu ke arah menara.

" Allahu Akbar"  

Saya terkejut dengan apa yang saya lihat malam itu, entah berapa lama saya terpaku memandangi ke arah menara tersebut dengan bantuan cahaya senter yang saya pegang di tangan kanan. 

Bulu kuduk seketika berdiri, kaki rasanya tak dapat menopang lagi badan ini. Senter saya jatuhkan lalu duduk di samping Bayu. Saya tak menyangka apa yang saya lihat.

" Itu Aldi, ndi, itu Aldi, gua tau banget, gua kenal bajunya" Bayu masih sempat bicara masih dengan terbata-bata tetap menunduk dan menangis. Ia mencoba meyakinkan saya bahwa sesuatu yang menggantung di menara itu ialah orang yang selama ini kami cari.

Lalu saya pun berteriak meminta tolong. 

Handy Pranowo

31102021

cerita ini terinspirasi dari kisah nyata, meski alur cerita, tokoh dan waktunya nya sudah di rubah.

(Untuk seorang teman, sahabat dan juga untuk sebuah harapan dari mimpi-mimpi yang hilang. Jiwa yang terluka, hati yang selalu merasa cemas, merasa di kejar-kejar oleh sesuatu yang tidak ada namun nyata, suara-suara di telinga sudah tidak ada lagi terdengar selamat beristirahat kawan. Terimakasih untuk kejutannya sampai jumpa di lain masa).


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun