Alkisah pada jaman dahulu kala, hiduplah monster laut dan tinggal di kedalaman samudera, monster itu berkulit hitam, berwajah garang. Sepintas ia mirip dengan ikan paus namun yang membedakan dirinya dengan seekor paus ialah monster laut itu mempunyai senjata ampuh dan sakti yang melekat di tubuhnya yaitu berupa tombak bermata bajak.Â
Tombak itu dapat meluncur dengan cepat di kedalaman air hingga mampu menghancur leburkan musuh-musuhnya. Kawan dan lawan mengakui kehebatan dan ketangguhannya dan ia pun tak gentar melawan siapa saja. Monster laut itu bernama Nanggala.
Nanggala meskipun berwajah garang namun sebenarnya ia mempunyai hati yang lembut, ia suka menolong dan membantu para nelayan, ia pun sangat setia menjaga wilayah lautannya dari segala hal-hal yang mengganggu dan merusak.Â
Manusia-manusia yang tinggal di pesisir pantai kerap kali melihat penampakkan Nanggala meski hanya sesaat lalu ia kembali menghilang tenggelam ke kedalaman lautan.
Pernah suatu waktu ada seekor naga, bertubuh panjang dan besar juga berwarna perak. Naga itu telah mengacaukan wilayah lautan yang di jaga oleh Nanggala.Â
Naga itu sangat rakus memakan hampir semua ikan-ikan milik para nelayan hingga nelayan pun tidak mendapat bagian, mereka sangat sedih dan kehilangan mata pencahariannya. Â
Hingga suatu sore ketika senja merapat di cakrawala Nanggala datang ke tepian pantai hendak menyapa para penghuni daratan namun yang ia dapati hanya seorang nelayan sedang duduk di atas perahunya, termenung, bersedih.
Nanggala pun menyapa nelayan tersebut, "Wahai nelayan, ada apa gerangan kau termenung di sore yang indah ini" suara Nanggala menggelegar hingga membuat nelayan itu jatuh dari atas perahunya.
Lalu nelayan itu pun berkata, "Wahai monster laut yang tidak takut dengan siapapun, bagaimana kami tidak sedih sudah beberapa hari ini kami tidak dapat ikan untuk makan sebab habis oleh ulah seekor naga, naga itu rakus dan bengis, kami pun di lukainya."
Mendengar perkataan nelayan tersebut begitu terkejutnya Nanggala dan nampak perubahan di wajahnya, kesal dan marah.Â