Sudah hampir sepuluh tahun berlalu saya berhenti bekerja sebagai perangkai bunga di atas kapal pesiar tepatnya sejak November 2011. Namun hingga saat ini kenangan demi kenangan dari awal melamar pekerjaan itu sampai di terima lalu masuk pelatihan dan karantina, hingga mendapatkan kontrak pertama bekerja selalu saja teringat, membuatku bangga dan juga bahagia.Â
Banyak pengalaman-pengalaman penting dan pembelajaran yang berguna yang saya dapatkan selama bekerja di kapal pesiar. Bagi diriku saat ini itulah pencapaian karier yang terbaik yang pernah saya dapatkan selama beberapa kali saya bekerja. Tidak mudah tentunya namun karena tekad, nekat, fokus dan keberanian membuatku dapat melewati hal itu dengan baik. Tidak lupa ada doa, keikhlasan dan kepasrahan kepada Tuhan selama menjalaninya.Â
Setelah saya berhenti dari pekerjaan sebagai pramusaji di sebuah cafe dan restaurant sekitar pertengahan tahun 2004. Semenjak itulah saya sering gonta-ganti pekerjaan, menjadi bar boy, sales granite ( bahan bangunan untuk lantai rumah ) hingga jualan roti bakar bersama teman.Â
Sampai suatu waktu di pertengahan tahun 2007 salah satu saudara sepupuku yang tinggal di Bandung datang ke rumah membawa tas dan koper yang penuh sesak. Ia hendak pergi berlayar, bekerja di kapal pesiar menjadi pelayan restoran selama sepuluh bulan lamanya. Dari dulu tekadnya memang sudah bulat untuk bisa bekerja di kapal pesiar setelah kepulangannya dari Singapore bekerja di salah satu hotel di sana.Â
Saya tahu betul bagaimana enam bulan lamanya ia lalui proses demi proses, pelatihan kerja, pengurusan dokumen, visa, pasport hingga akhirnya ia lulus dan mendapatkan kontrak kerja pertamanya di kapal pesiar. Sebenarnya ada juga ketertarikan saya untuk bekerja di sana namun di karenakan ongkos yang mahal saya urungkan pula niat itu. Saya berpikir dan masih berharap bisa mendapatkan sebuah pekerjaan yang layak di Jakarta.Â
Malam itu saudara saya pun berangkat menuju bandara Soekarno-Hatta di antarkan oleh saya dan keluarga termasuk oleh ibunya (adik ibu saya).Â
Ia pergi berlayar untuk sepuluh bulan lamanya, sesuai dengan kontrak kerjanya, sebelum ia masuk untuk boarding pass ia berkataÂ
" Kalau gua sukses dan berhasil, elu wajib ikut jejak gua, masalah biaya nanti elu bisa pinjem ke gua ". Saya hanya mengiyakannya sambil memeluk tubuhnya dan berkata " jaga diri lu brother ".Â
Tak lama ia pun menghilang masuk ke area steril bandara setelah melewati pemeriksaan barang dan dokumen. Kami pun pulang dengan harapan semoga ia di sana baik-baik saja.Â
Satu bulan, dua bulan hingga tiga bulan setelah kepergian saudara sepupuku belum juga ada panggilan kerja buat saya meski begitu banyak lamaran yang telah saya kirim ke berbagai perusahaan. Sampai sepuluh bulan lamanya hingga saudara sepupu saya datang kembali ke tanah air saya masih menganggur.Â
Berceritalah ia selama sepuluh bulan lamanya menjadi seorang pelayan restoran di sebuah kapal besar ternama. Sangat menarik dan banyak pula cerita suka duka serta pengalamannya selama berlayar.Â
Singgah di berbagai negara dan tempat-tempat yang tak pernah terpikirkan olehnya bahkan bermimpi pun tidak. Saya jadi tertarik terlebih saat ia bercerita tentang keindahan negara-negara Eropa.Â
Dan satu lagi gaji yang di berikan cukup besar mungkin lebih besar dari gaji seorang manager di sebuah bank. Ia pun mengatakan kepada saya untuk segera membuat lamaran dan mengikuti jejaknya.Â
Sebab katanya ada juga pengalaman saya menjadi pelayan restoran sebelumnya. Orang tua saya pun mengiyakan dan memberi restu untuk anaknya bekerja di kapal pesiar.Â
Awalnya saya ragu-ragu ada juga perasaan takut dan khawatir terhadap diri sendiri, apakah saya mampu. Namun melihat keyakinan orang tuaku menyuruh, saya pun berkata dalam hati " saya pasti bisa, saya pasti mampu ".
Setelah dua hari ia menginap sambil mengurus keperluannya di Jakarta saudara sepupu saya pun kembali ke Bandung. Ia berkata seminggu lagi ia akan datang untuk mengurus lagi beberapa dokumen yang di perlukan bagi kerjaannya.Â
" Jangan lupa besok pas gua ke sini, siapin lamarannya nanti kita ke kantor agen kapal gua biar langsung di kasih ke sana".
" Oke brother " sahutku sambil tersenyum dapat hadiah kaos The Beatles dari nya. Selepas ia kembali pulang, cerita dan pengalamannya selama sepuluh bulan bekerja di kapal pesiar terus terngiang-ngiang di dalam kepalaku.Â
Eropa, benua Amerika, kota-kota tua yang bersih dan rapi. gaji besar, laut, samudera, gelombang pasang, kapal besar dan mewah, melihat sunset dan sunrise di tengah lautan, udara yang dingin, teman-teman yang asyik dan ramai menyenangkan.Â
Sementara aku masih berkutat di Jakarta sambil mencari-cari berbagai lowongan pekerjaan saudaraku telah sampai ke benua Amerika dan Eropa. " Ohhh, saya ingin sekali ke negara Inggris, ke London melihat istana Buckingham atau Liverpool tempat di mana markas The Beatles ".Â
Oya, kebetulan sekali setiap hari Sabtu dan Minggu saya selalu membeli salah satu surat kabar ternama yang ada di Jakarta hanya untuk mendapatkan informasi lowongan pekerjaan. Dari sanalah harapan-harapan saya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Tiap-tiap lembar lowongan pekerjaan di dalam surat kabar tersebut cukup banyak dan bonafid pula perusahaan-perusahaannya.Â
Sampai suatu hari saat saya sedang buka-buka lembar kolom lowongan pekerjaan di surat kabar tiba-tiba mataku tertuju kepada sebuah kolom lowongan yang menampilkan gambar kapal pesiar dengan bertuliskan " WALK INTERVIEW ".Â
Pandangan mataku mematung di situ bagai tersihir dan tak melihat lagi ke lembar atau kolom lainnya. Aku perhatikan baik-baik beberapa lowongan pekerjaan yang di tawarkan oleh perusahaan kapal pesiar tersebut , Clerk, Chef De Pastry, Cook, Waiters, Galley, Steward, Housekeping, Room Boy dan Florist.Â
Dari beberapa lowongan yang ada tersebut Florist lah yang menjadi pilihan, lalu saya centang dengan stabillo biru. Hmm Florist, florist itu kan salah satu bidang keahlian dalam merangkai bunga. Sedangkan saya tak pernah sekalipun melakukan hal itu, kecuali dulu saat bekerja di cafe.Â
Itu pun hanya sekedar memasukan bunga sedap malam dan beberapa tangkai daun ke dalam sebuah pot besar, penghias sudut-sudut bar. Tetapi sepertinya menarik pekerjaan ini sebab dari sekian lowongan yang tertera hanya Florist sajalah yang tidak membutuhkan pengalaman yang lebih.Â
Lagi pula saya pernah juga sih melihat orang-orang yang pandai merangkai bunga di pasar bunga Barito ( kini telah pindah tempat ). Sepertinya mudah dan menghasilkan sesuatu yang indah, ada nilai seni tersendiri dalam merangkai bunga. Saya pun tertarik plus nekat toh tak ada yang tahu rejeki hendak berpihak kemana lagi pula tidak salah juga bila saya mencoba mendapatkan pekerjaan itu.Â
Semoga saja di terima lantaran sudah terlalu lama menjadi pengangguran tidak enak di pandang mata, terlebih saya anak pertama menjadi tumpuan bagi keluarga.
Dua surat lamaran beserta CV telah siap dan tersimpan rapi di dalam amplop coklat lengkap beserta foto diri dan fotokopi KTP. Satu lamaran di tujukan untuk perusahaan agen kapal di mana tempat saudara sepupu saya bekerja dan saya melamar sebagai Waiters. Dan satu lagi di perusahaan kapal yang saya tahu dari surat kabar di tempat itu saya melamar sebagi Florist.Â
Kedua surat lamaran yang saya buat langsung saya antarkan ke kantor agen kapal yang ada di Jakarta di temani oleh saudara sepupuku. Kurang lebih tiga minggu sejak dua lamaran tersebut di kirim, kira-kira sore hari datanglah telepon ke rumah dan ternyata panggilan kerja untuk saya dari salah satu perusahaan kapal pesiar.Â
Kebetulan saat itu saya tidak berada di rumah, hanya ada ibu dan beliaulah yang menerima panggilan telepon tersebut. Alangkah kaget dan gugupnya beliau saat tahu kalau lawan bicaranya di telepon itu menggunakan bahasa asing ( Inggris ). Karuan saja ibuku panik dan berteriak memanggil adikku dan menyuruhnya untuk menerima telepon itu.Â
Ternyata telepon tersebut sebagai undangan interview, adikku pun memberitahukan perihal itu kepada saya sesampainya saya pulang ke rumah. Setelah saya cek ternyata, panggilan kerja tersebut untuk florist di kapal pesiar.Â
Akhirnya ada juga lamaran yang nyangkut di salah satu perusahaan kapal pesiar. Singkatnya saya penuhi panggilan interview tersebut sesuai dengan waktu, tempat dan tanggal yang di tentukan. Lokasi interviewnya di Menara Sudirman dekat Gelora Senayan tidak jauh dari tempat tinggal saya di Kebayoran Lama.Â
Hari Kamis jam dua siang namun sayang saya sudah tak ingat lagi tanggalnya tapi kalau tidak salah ingat waktu itu pertengahan bulan May. Inilah pertama kalinya saya dapat undangan panggilan kerja di sebuah gedung tinggi perkantoran.Â
Senang sekali perasaanku saat itu meskipun ada pula rasa gugup di hati , tapi lanjut sajalah kalau tidak di hadapi mana mungkin bisa tahu bakat dan kemampuan diri.Â
Dengan menaiki sepeda motor saya pun menuju lokasi interview hampir setengah jam berkendara dari rumah sampailah saya di lokasi gedung tepatnya di lantai 3 area parkir, setelah memarkirkan motor saya pun bergegas turun melalui tangga dan langsung memasuki lobi utama gedung bertingkat tersebut.Â
Baru saja langkah kaki memasuki lobi utama gedung seorang petugas penjaga di pintu masuk menanyakan perihal tujuanku.Â
" Mau kemana Mas, bisa saya bantu? sahut lelaki berseragam hitam dan bertubuh tegap itu. " Mau Interview kerja Pak di lantai 16 " jawabku penuh keyakinan.Â
" Oh silahkan Mas ke receptionis dulu untuk tinggalkan kartu identitas". Saya pun menuju ke meja receptionis yang di jaga seorang lelaki dengan seragam hitam putih di sana kartu identitas saya di tukar dengan kartu visitor gedung tersebut. Setelah urusan kartu identitas selesai barulah saya menuju tempat lift berada berbarengan dengan beberapa pengunjung lainnya dan karyawan-karyawan gedung yang hendak menaiki lift.Â
Ada empat lift di dalam gedung tersebut dan tak lama menunggu salah satu pintu lift terbuka saya pun masuk dan langsung menekan tombol nomor 16. Beberapa kali lift berhenti di tiap lantai mengantarkan orang-orang kepada tujuannya masing-masing hingga tersisa dua orang saya dan seorang laki-laki yang sepertinya dengan tujuan yang sama. Akhirnya lift berhenti di lantai 16 kami pun langsung keluar.Â
Saya berusaha setenang mungkin sesampainya di depan kantor agen perusahaan kapal tersebut. Di dalam ruangan kantor terlihat begitu sibuk dan gaduh banyak orang-orang di sana hilir mudik dan antri berdiri entah antri untuk apa, saya pun masuk ke dalam dan berkata kepada salah seorang receptionis wanita.Â
" Mba saya hendak walk interview jam dua siang di sini.'Â
" Oh gitu, silahkan Mas tekan tombol mesin ini untuk ambil nomor antrian". Â saya pun menuruti perintah wanita tersebut dan keluar secarik kertas dari mesin tersebut. 128.Â
" Silahkan di tunggu di dalam, nanti di beritahu sesuai dengan urutan nomor." Saya pun langsung masuk ke dalam menuju ruang tunggu yang tepat di belakang ruangan receptionis. Ternyata di ruang tunggu tersebut telah penuh dengan para pelamar, saya pun mengambil tempat di bangku belakang.Â
Saya diam sejenak sambil membuka tas mengeluarkan air mineral yang saya bawa dari rumah sambil mengamati seluruh ruangan tersebut.Â
Di dinding ada beberapa lembar kertas tertempel sepertinya peraturan kerja atau pemberitahuan, saya tidak sempat membacanya namun mataku lebih tertuju kepada gambar-gambar kapal besar beserta tempat-tempat yang indah entah di mana dan di negara mana.Â
Orang-orang duduk di bangku kayu yang panjang, kebanyakan dari mereka laki-laki ada yang mengobrol ada juga yang sedang menulis mengisi lembar data pribadi.Â
Sesekali juga saya menengok ke luar jendela gedung dan nampak jelas Jalan Sudirman dan Gelora Senayan di bawah sana. Kendaraan yang lalu lalang dan orang-orang terlihat kecil, seakan-seakan dapat di telan oleh gedung-gedung bertingkat.Â
Sambil menunggu giliran di panggil saya mengisi lembar-lembar data pribadi yang di berikan ketika tadi di meja receptionis. Duduk di sebelah saya seorang laki-laki yang juga hendak melamar kerja. Kira-kira setengah jam dan lembar-lembar data pribadi telah terisi giliran saya di panggil untuk interview.Â
Dag dig dug juga rasanya sebab sudah lama tidak mendapat panggilan kerja dan sekalinya di panggil untuk perusahaan kapal pesiar. Interview ini pasti menggunakan bahasa Inggris, ku atur nafasku dan ku buat sedemikian nyaman diriku.Â
Saya pun melangkah ke luar runag tunggu lalu masuk ke dalam ruangan yang telah di tunjuk oleh petugas satpam, tempat di mana interview akan berlangsung. Pintu pun saya ketuk terlebih dahulu dan terdengar dari sahutan dari dalam suara laki-laki.Â
" Yes Coming " Pintu pun saya buka dan terlihat seorang laki-laki bule dengan tubuh yang besar tengah duduk di belakang meja persegi panjang sambil membuka-buka lembaran kertas. Saya pun masuk dan lelaki itu pun berkata.Â
" Please sit down " Saya pun duduk di bangku yang telah tersedia dan saling berhadap-hadapan dengannya. Kemudian ia pun langsung bertanya.Â
" What is your name" " My name Handy Pranowo ".Â
Okay Handy, My name is Mr. Ferry van der Mortel, I am from Netherland. I am in charge for responsibility to recruitment employee for the florist ".Â
Oh, ternyata bule itu dari Belanda gumamku dalam hati. Sebentar kemudian ia membolak-balik beberapa lembar kertas sepertinya itu kertas lamaran saya. Saya tetap diam tak bergeming di hadapannya sambil menunggu pertanyaannya kembali.Â
" Do you know about the florist ? or have you ever arrange a flower before?. "Â
" Never, I never arrange a flower before but I like a flower, like roses, orchid, lily. Saya katakan padanya dengan jawaban yang jujur. Dan akhirnya saya ceritakan juga kepadanya tentang pengalaman saya saat menaruh bunga sedap malam di pot saat bekerja di cafe. Ia pun terlihat tertarik saat mendengarkan cerita pengalaman saya.Â
" Okay that interesting Handy, and its same like you will do on the ship "Â
" Now listen your job is arrange a flower, handle a flower and make a presentation how to arrange a flower.Â
" Do you really want to work on the ship as the florist for the ten or eleven months? Saya diam sejenak memikirkan pertanyaan tersebut darinya, saya membayangkan sepuluh sampai sebelas bulan di kapal dengan sebuah pekerjaan yang sama sekali belum mahir saya lakukan.Â
" I will teach you how to arrange a flower but the most important thing, do you really want to work on the ship? leave your family for the ten and eleven months until finish your contract ".Â
Pertanyaan itu seperti menegaskan kepada diri saya, apakah saya mau menjadi florist dan bekerja di kapal untuk waktu yang di tentukan. Tanpa pikir panjang lagi dan dengan keyakinan penuh saya katakan kepadanya.Â
" Yes I am " Dan jawaban tegas dari diri saya itulah yang sepertinya meyakinkan dirinya bahwa saya bisa menjadi karyawannya kelak. Di sinilah awal pintu gerbang terbuka, cerita kehidupan baru akan di mulai bagi diri saya yang mungkin tidak pernah terbayang sedikit pun.Â
Begitu banyak pelik dan masalah yang tengah saya hadapi, bosan dengan irama kehidupan menjadi pengangguran seakan-akan tak berguna. Mungkin ini kesempatan terbaik dalam hidup saya, bekerja sebagai perangkai bunga sambil berlayar dan singgah di negara-negara besar barangkali saja bisa jadi cerita buat anak cucu saya kelak.Â
Ia pun kembali berbicara dan mengundangku untuk datang dua minggu ke depan, di hari yang sama untuk mengikuti test bahasa Inggris yang akan di laksanakan di daerah Cikarang. Ia katakan test ini sangat menentukan bisa atau tidaknya saya di terima bekerja sebagai florist di kapal pesiar.Â
Test di bagi dua sesi, yaitu test lisan dan tulisan mengukur sejauh mana seorang pelamar dalam menggunakan bahasa Inggis. Mau tidak mau untuk dapat bekerja di kapal pesiar mesti menguasai bahasa Inggris terlebih posisi florist yang katanya akan sering bersentuhan dengan tamu-tamu asing.Â
Hari yang tentukan pun datang namun tiga hari sebelumnya saya sempatkan melihat lokasi tempat di mana test bahasa Inggris akan berlangsungi. Biar nanti pas di hari "H" tidak lagi mencari-cari lokasi serta memastikan pula jarak tempuh dan waktu untuk mencapai ke sana.Â
Waktu itu saya minta di temani oleh seorang teman dekat saya. Dengan berkendara motor pergilah kami ke sana. Akhirnya saya pun berhasil menemukan lokasi tersebut ternyata tempat itu adalah asrama sekaligus sekolah bagi orang-orang yang ingin bekerja di kapal pesiar.Â
Cukup jauh juga tempat berlangsungnya test dan interview itu , kira-kira satu setengah jam dengan menggunakan sepeda motor dari tempat ku tinggal. Berarti untuk sampai di Cikarang sebelum jam delapan saya harus berangkat dari rumah jam setengah enam pagi. Hari yang di tunggu pun tiba, pagi itu setelah shalat Subuh saya pun berangkat, sekitar jam 5.20 menit.Â
Cuaca di luar mendung dan gerimis, jalanan aspal masih tergenang air di sana-sini sebab tadi malam hingga subuh hujan deras.Â
Singkatnya jam 7.30 saya sudah berada di lokasi , setengah jam lebih awal. Seorang satpam di pintu gerbang masuk asrama memintaku untuk meninggalkan kartu identitas dan mengisi buku laporan tamu.Â
Saya pun mengisi buku laporan tamu dan bertanya pada satpam tersebut di mana berlangsungnya test dan interview buat para calon pelamar kerja baru.Â
Satpam itu pun memberitahukannya lalu setelah selesai saya mengisi buku tamu saya pun bergegas masuk ke dalam. Cukup luas juga tempat ini dengan dua gedung bertingkat satu di sisi kanan dan satu di sisi kiri. Pohon-pohon besar tumbuh subur dengan rindang dan rimbun menjadikan tempat ini asri dan teduh.Â
Padahal kalian tahu daerah Cikarang cukup panas sebab menjadi sentra pabrik-pabrik besar. Saya masuk ke sebuah ruangan yang cukup besar dan luas seperti aula atau gedung pertemuan, bangku-bangku dan meja tersusun rapi.Â
Saya lihat ada dapur juga di sisi kanan ruangan tersebut, ada tangga naik ke atas di sisi kiri. Terus saya berjalan ke arah lobi gedung tersebut, sesampainya di sana sudah ada enam orang laki-laki yang tengah duduk di sofa dan kursi kayu sambil membuka-buka majalah.Â
Sepertinya mereka pelamar juga. Saya tak mengambil tempat duduk dan tetap berdiri sambil tertegun memperhatikan replika kapal kayu yang besar di tengah-tengah lobi ruangan.Â
Kapal kayu ini pun ada di gedung kantor Menara Sudirman tetapi di sini jauh lebih besar. Tak lama kemudian seorang laki-laki turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam lobi, sepertinya ia hendak juga mengikuti test.Â
Seseorang pelamar yang tengah duduk memanggil saya dan menyuruh saya untuk mengisi lembar kertas yang ternyata lembar pengisian data pribadi khusus bagi pelamar yang hendak mengikuti test bahasa Inggris.Â
Waktu test pun tiba tepat jam delapan lewat lima menit, ada delapan orang yang mengikuti test dan interview hari itu. Satu persatu dari kami di panggil dan memasuki sebuah ruangan yang sepertinya ruangan guru atau staff pengajar di sekolah dan asrama itu.Â
Test kami lewati semua test berkenaan dengan bahasa Inggris, mulai dari test tulisan yaitu menjawab lembar soal sampai test audio (listening).Â
Ada sekitar lima sampai enam orang yang memberikan test saat itu. Sekitar dua jam sesi test pertama berakhir dan kami di beri waktu lima belas menit untuk coffee break. Pada saat coffee break itulah kami melihat begitu banyak siswa atau calon pekerja yang tengah di didik untuk di tempatkan di kapal pesiar.Â
Coffee break pun berakhir kami pun masuk kembali dan mengikuti test terakhir yaitu test interview satu persatu dari kami di pangggil dan test berlangsung sekitar lima sampai sepuluh menit.Â
Kurang lebih jam sebelas siang test interview selesai, kami pun di minta untuk menunggu hasil test yang akan di bagikan hari ini juga. Setelah setengah jam kami menunggu hasil test pun di bagi melalui lembar kertas dan lembar kertas yang telah di bagikan itupun ku buka, berdetak jantungku saat membukanya dan ternyata saya tidak lulus.Â
Ada dua orang tidak lulus saat itu, saya dan salah seorang pelamar yang tinggal di Bandung. Sedih dan lemas rasanya diriku saat itu mungkin memang bukan jodohnya atau mungkin aku harus mencari jenis pekerjaan yang lainnya.Â
Namun hasil test hari itu baik lulus maupun tidak harus di beritahukan kepada seseorang yang bernama Ibu Christine di kantor Menara Sudirman tempat pertama kali saya mengikuti interview.Â
Saya pun kembali kesana dengan perasaan yang sedih dan tak tahu apa lagi yang mesti di lakukan. Sekitar jam setengah dua siang saya sampai di Jakarta kembali dan langsung menuju Menara Sudirman untuk memberitahukan hasil test tersebut.Â
Tak banyak kata saat saya menyerahkan hasil test tersebut kepada wanita muda itu, namun dia katakan kepadaku semoga saja akan ada kesempatan di lain waktu.Â
Saya pun pamit dan meninggalkan gedung itu dengan perasaan sedikit goyah. Sesampainya di rumah ibuku langsung menanyakan bagaimana wawancara tadi, saya katakan saya gagal dalam test. Kemudian beliau berkata " banyaklah berdoa, mungkin usaha sudah maksimal namun berdoa belum maksimal ".Â
Nasihat yang begitu lembut dan teduh yang di katakan oleh ibuku bagai air dingin yang membasahi kerongkonganku. Aku pun langsung sholat zuhur saat itu dan berdoa , meminta kepadaNYA segala kemudahan.Â
Selang satu jam setelah itu saat saya hendak beristirahat karena sejak tadi pagi saya seperti di buru oleh waktu, test dan juga jarak yang jauh.Â
Tiba-tiba bunyi telepon di rumah berdering kembali ibuku yang mengangkatnya. Ternyata telepon itu di tujukan untukku, saya pun meraihnya dari tangan ibuku dan ternyata telepon itu dari Ibu Christine.Â
Ia katakan melalui telepon saya bisa mengikuti proses selanjutnya namun dengan catatan saya harus memperbaiki nilai test bahasa Inggris khususnya untuk " conversation " bila nanti masuk pelatihan di asrama.Â
Saya sanggupi permintaannya dan dengan penuh keyakinan pasti saya bisa. Dan tak terasa air mataku mengalir sesaat setelah menutup telpon sore itu. Terima kasih Tuhan.
Handy Pranowo
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H