Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Flower Boy part 1. Sebuah Tekad

19 Desember 2014   08:39 Diperbarui: 22 September 2021   15:58 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oya, kebetulan sekali setiap hari Sabtu dan Minggu saya selalu membeli salah satu surat kabar ternama yang ada di Jakarta hanya untuk mendapatkan informasi lowongan pekerjaan. Dari sanalah harapan-harapan saya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari sebelumnya. Tiap-tiap lembar lowongan pekerjaan di dalam surat kabar tersebut cukup banyak dan bonafid pula perusahaan-perusahaannya. 

Sampai suatu hari saat saya sedang buka-buka lembar kolom lowongan pekerjaan di surat kabar tiba-tiba mataku tertuju kepada sebuah kolom lowongan yang menampilkan gambar kapal pesiar dengan bertuliskan " WALK INTERVIEW ". 

Pandangan mataku mematung di situ bagai tersihir dan tak melihat lagi ke lembar atau kolom lainnya. Aku perhatikan baik-baik beberapa lowongan pekerjaan yang di tawarkan oleh perusahaan kapal pesiar tersebut , Clerk, Chef De Pastry, Cook, Waiters, Galley, Steward, Housekeping, Room Boy dan Florist. 

Dari beberapa lowongan yang ada tersebut Florist lah yang menjadi pilihan, lalu saya centang dengan stabillo biru. Hmm Florist, florist itu kan salah satu bidang keahlian dalam merangkai bunga. Sedangkan saya tak pernah sekalipun melakukan hal itu, kecuali dulu saat bekerja di cafe. 

Itu pun hanya sekedar memasukan bunga sedap malam dan beberapa tangkai daun ke dalam sebuah pot besar, penghias sudut-sudut bar. Tetapi sepertinya menarik pekerjaan ini sebab dari sekian lowongan yang tertera hanya Florist sajalah yang tidak membutuhkan pengalaman yang lebih. 

Lagi pula saya pernah juga sih melihat orang-orang yang pandai merangkai bunga di pasar bunga Barito ( kini telah pindah tempat ). Sepertinya mudah dan menghasilkan sesuatu yang indah, ada nilai seni tersendiri dalam merangkai bunga. Saya pun tertarik plus nekat toh tak ada yang tahu rejeki hendak berpihak kemana lagi pula tidak salah juga bila saya mencoba mendapatkan pekerjaan itu. 

Semoga saja di terima lantaran sudah terlalu lama menjadi pengangguran tidak enak di pandang mata, terlebih saya anak pertama menjadi tumpuan bagi keluarga.

Dua surat lamaran beserta CV telah siap dan tersimpan rapi di dalam amplop coklat lengkap beserta foto diri dan fotokopi KTP. Satu lamaran di tujukan untuk perusahaan agen kapal di mana tempat saudara sepupu saya bekerja dan saya melamar sebagai Waiters. Dan satu lagi di perusahaan kapal yang saya tahu dari surat kabar di tempat itu saya melamar sebagi Florist. 

Kedua surat lamaran yang saya buat langsung saya antarkan ke kantor agen kapal yang ada di Jakarta di temani oleh saudara sepupuku. Kurang lebih tiga minggu sejak dua lamaran tersebut di kirim, kira-kira sore hari datanglah telepon ke rumah dan ternyata panggilan kerja untuk saya dari salah satu perusahaan kapal pesiar. 

Kebetulan saat itu saya tidak berada di rumah, hanya ada ibu dan beliaulah yang menerima panggilan telepon tersebut. Alangkah kaget dan gugupnya beliau saat tahu kalau lawan bicaranya di telepon itu menggunakan bahasa asing ( Inggris ). Karuan saja ibuku panik dan berteriak memanggil adikku dan menyuruhnya untuk menerima telepon itu. 

Ternyata telepon tersebut sebagai undangan interview, adikku pun memberitahukan perihal itu kepada saya sesampainya saya pulang ke rumah. Setelah saya cek ternyata, panggilan kerja tersebut untuk florist di kapal pesiar. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun