"Di dunia ini tidak ada yang sempurna. Manusia diciptakan bukan untuk itu. Mereka sengaja diciptakan dengan kekurangan. Dan untuk melengkapi kekurangan itu manusia harus mampu menemukan sosok yang mampu menutupi semua itu. Kau fikir manusia dapat menjadi sempurna ? Tidak ! Mereka tidak sempurna, mereka hanya menutupi kekurangan itu dengan hal yang lebih baik sehingga mereka terlihat lebih sempurna. Ayahmu memang tidak sempurna, tapi di mata ibu ia nyaris sempurna. "
"Kenapa bisa begitu ? "
"Pernahkah kau lihat ayahmu mengeluh karena ia menggunakan kaki palsu ? "
"Tidak. . ."
"Pernahkah ia marah marah karena ia tidak bisa mengejar kalian berlarian di lapangan ? "
"Tidak... " - kata Nirina sambil menggeleng kecil.
"Itu yang ayah tunjukkan pada ibu waktu itu. Ia tidak malu berdiri tegak di antara kawan-kawannya yang memiliki fisik lebih baik dari dirinya. Bahkan kau tahu, ayah mu lebih baik dari mereka. Ia terkenal dengan orang yang rajin kuliah. Bahkan dia dikenal orang sebagai orang yang kuat. Ketika pria lain berpura-pura sempurna dihadapan ibu kala itu dengan kebohongan mereka, ayahmu malah berkata yang sejujurnya. Itu yang membuat hati ibu bersemayam di hatinya."
"Ibu, aku bangga pada ayah. Kelak aku ingin menemukan pasangan hidup yang seperti ayah. Yang berkata jujur walau itu harus membuat muka mereka merah."
"Dan satu lagi, ayahmu orang yang sangat setia. Dia tidak akan meninggalkanmu walau ia tahu seharusnya ia harus pergi. Jadi, apa pelajaran dari cerita ini ? "
"Jangan  kau pandang orang dari fisiknya ! "
"Lalu . . . ? " - kataku.