Kedua, anggapan bahwa tidak perlunya mengucapkan punten-mangga. Padahal sudah disebutkan bahwa itu budaya asli Indonesia khususnya tatar Sunda yang mencerminkan derajat diri kita mengenai makna sebuah penghargaan.
Ketiga, sudah lunturnya rasa hormat antar sesama. Mungkin ini yang terjadi sekarang. Dulu, saya merasa malu ketika lewat di hadapan orang yang lebih tua tanpa mengucapkan punten.
Hingga sekarang, saya merasa malu jika tidak mengucapkan itu. Tapi sekarang, rasanya orang-orang sudah hampir meninggalkan punten-mangga.
Kita lihat untuk beberapa tahun mendatang, apakah punten-mangga masih akan digunakan bagi orang-orang tatar Sunda di sekitar hidupnya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H