Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sadar Diri Saat "Terpaksa Harus Minta Tolong"

12 Februari 2022   01:01 Diperbarui: 12 Februari 2022   04:39 1009
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

"Ngga repot kok Mi, kan sudah tugas dian sebagai anak mami," kata saya.

Waktu itu, saya binggung, kenapa juga Mami harus minta maaf ke anaknya sendiri. Bukankah kewajiban anak merawat saat orang tua sedang sakit? Namun akhirnya saya paham pada saat saya berada pada posisi "terpaksa harus minta tolong."

Sungkan.

Itulah salah satu sifat yang sulit saya kurangi. Saat awal studi S3 pun saya nyaris gagal mulai studi gara-gara lembaga pemberi beasiswa saya belum cair dananya. Sementara untuk uang sebesar itu, jelas jauh dari kemampuan saya. Tidak terbayang ketika harus meminjam kesana kemari "hanya" sekedar untuk membayar uang kuliah. Untuk membayar biaya kekurangan RS saja sulit sekali. Untuk pinjam ke Koperasi, tidak mungkin semendadak itu. Namun lagi-lagi pertolongan Allah yang datang. Tiba-tiba seorang yang sudah saya anggap seperti adik sendiri, tiba-tiba datang dan langsung menangkap lembaran pembayaran dan wajah putus asa saya. Seketika saya "diseret" ke ATM dan dipaksa untuk menyebutkan bilangan pembayaran kuliah saya.

"Beneran nih ga papa?"

"Beneran Mbak, ga papa. Mbak nih..bla bla bla.." haha.. lucunya. Kalau mengingat itu jadi terharu. Begitulah akhirnya uang kuliah satu semester awal terbayarkan.

Belum lagi seorang ustadzah yang kerap menjadi tempat saya bertanya dan curhat saat prahara sedang memporak porandakan biduk saya hingga akhirnya karam. Mulai dari berusaha membaca dari nada suara, apakah sedang dalam keadaan sibuk atau banyak urusan hingga masalah jaringan - sekalipun saat itu kondisi psikologis saya benar-benar dalam keadaan tidak baik-baik saja dan situasi membutuhkan keputusan yang cepat. Namun sekali lagi  "sadar diri" adalah satu hal mutlak yang harus selalu dicamkan saat kita "terpaksa harus minta tolong."

Sungguh paling tidak enak ketika "terpaksa harus minta tolong" kepada orang lain. Takut merepotkan. Takut tidak bisa membalas budi baik orang tersebut, sekalipun orang tersebut ikhlas menolong kita.

Namun, begitulah kehidupan. Kita akan selalu pernah berada pada posisi "terpaksa harus minta tolong." Jadi,  keadaan"terpaksa harus minta tolong" adalah satu kondisi yang tak terelakan dalam kehidupan. Namun yang pasti jangan pernah memaksa kepada pihak yang kita minta tolong. Ketidaksediaan seseorang untuk menolong antara lain dapat diketahui dari berbagai cara mulai dari menghindar maupun tidak memberikan tanggapan. Ketidaksediaan seseorang untuk menolong bukan berarti yang bersangkutan tidak bersedia menolong kita, bisa jadi pihak yang kita minta tolong memang tidak memiliki kemampuan untuk menolong.

Pernah suatu saat seorang kawan di facebook minta tolong meminjam uang untuk biaya RS seseorang. Ironisnya saat itu saya barus saja pinjam ke sebuah lembaga untuk biaya RS juga. Maka terpaksa saya menjawab tidak bisa membantu karena memang saya tidak berada dalam kondisi bisa membantu. Saya pun mengirimkan jawaban lengkap dengan bukti-bukti otentik bahwa saya pun sedangg dalam kondisi tidak mampu untuk memberikan pertolongan sebagaimana dia minta. Tidak wajib memang menyampaikan bukti itu. Tapi bagi saya pribadi, saya tidak mau membiarkan pahala orang tersebut lari ke saya, gara-gara berburuk sangka.

Namun sebaliknya, pada saat diri berada pada posisi sebagai pihak yang dimintai tolong, maka cukuplah mengingat Firman Allah Subhanallahu Wata'alla: "Dan tolong menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa." (QS. Al-Maidah: 2).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun