Mohon tunggu...
handrini
handrini Mohon Tunggu... Lainnya - Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional

world are wide, but there's only small spot to make a mistake, Be wise, get grow, so can mature at the same time. be wise it's not easy eithout make wisely as a habit

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Lolongan "Serigala Langit" dalam Dogfight Pesawat Tempur

28 Agustus 2021   04:14 Diperbarui: 28 Agustus 2021   20:47 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sejumlah perwira TNI AU ikut andil langsung diantaranya Letkol Pnb. Dharma T. Gultom - paling kanan di sebelah Yoshi Sudarso  (tangkapan layar)

Setelah sekian purnama menanti akibat pandemi, akhirnya 17 Agustus 2021 lalu dapat menyaksikan langsung secara lengkap film "Serigala Langit" yang disutradarai oleh Reka Wijaya dan didukung oleh TNI Angkatan Udara lewat MAXstream. 

Film dibuka dengan adegan pesawat C-130 Hercules yang terbang melintasi langit dengan iringan musik tanggung, lalu dilanjutkan dengan adegan percakapan antara Pilot wanita Hercules dengan Menara pengawas. 

Dari pembukaan, "Serigala Langit" sempat meruntuhkan harapan. Lolongan serigala yang biasanya membuat merinding bulu kuduk, seolah berganti lolongan tanggung. 

Adegan awal film yang diharapkan mampu menjadi duta unjuk kekuatan Alat Utama Sistem Senjata (Alutsista) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara telah gagal menampilkan racikan komponen visual dasar film: space, line, shape, tone, color, movement, dan rhythm dalam racikan yang bikin greget dan mendebarkan.

Alih-alih menampilkan kegagahan lekukan pesawat F-16 yang menjadi "pemain utama" dalam film ini diiringi rhythm yang mendebarkan laksana pembukaan film Top Gun.

Film Serigala langit justru langsung menganti scene dengan adegan percakapan di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Iswahjudi, Madiun tentang rencana kedatangan seorang wartawati asing bernama Helen ke sebuah negara konflik bernama Kabubed yang letaknya dekat dengan Indonesia. Scene kemudian dilanjutkan dengan adegan penyambutan Helen.

Sebagai film yang diproduksi sekian puluh langkah dibelakang film Top Gun yang mengusung genre yang sama, mau tidak mau akan mengiring ingatan penonton pada film yang sudah ada sebelumnya. 

Suara supersonik mesin jet F-14 A yang memekakkan telinga berpadu dengan ritme lagu hard rock Danger Zone yang menjadi scene pembuka mampu memerangkap emosi penonton.

Terlebih film Top Gun langsung membuka dengan adegan "hiruk pikuk" saat pesawat F-14 akan mengudara berpadu dengan kesesuaian lirik yang dilantunkan Kenny Loggins yang seolah langsung memacu adrenalin penonton.

Demikian pula dengan scene percintaan tokoh utama dalam film ini dengan teman semasa kecilnya yaitu Nadya yang diperankan oleh Anya Geraldine, seolah menampilkan konflik yang terasa kurang greget. 

Berbeda dengan konflik persaingan kuasa antara Maverick dengan Instruktur Penerbang dari kalangan sipil Charlotte "Charlie" Blackwood dalam film Top Gun. 

Namun kekecewaan akibat lolongan tanggung Serigala Langit di awal mampu terobati dengan scene penutupan yang seolah menyimpan kejutan bagi penonton.

Sarat Filosofi

Sebagai film yang sarat filosofi, agak mencegangkan ketika plot demi plot Film Serigala Langit seolah berjalan lambat.  Filosofi yang diusung Serigala Langit begitu sarat. 

Sebagai film yang mengusung genre action drama yang bertujuan memupuk kebanggaan akan keperkasaan TNI AU dan rasa cinta tanah air terasa kurang mengigit. 

Kehadiran sejumlah aktor berupaya mendongkrak nilai film ini dengan sistem star melalui akting aktor senior Dede Yusuf yang memerankan Panji, ayah Nadya dan Doni Damara yang memerankan Kata Marsekal Pertama Erik "Red Bee" mampu menarasikan filosofi yang berat menjadi lebih mudah dicerna. 

Demikian pula dengan Aktor Yoshi Sudarso yang mampu mengeja pesan yang ingin disampaikan melalui film ini. "Iya, kamu lulusan terbaik. Dapat penghargaan dari Kasau. That's great. Don't get me wrong. But this is the real thing. 

So, jangan bercanda. Jangan main-main. Jangan cari gara-gara. Lakukan semua sesuai perintah." Pesan Herman "Jaguar" yang diperankan oleh Yoshi Sudarso. 

Scene percakapan tersebut seolah menegaskan filosofi yang dianut setiap prajurit TNI telah disumpah menurut agamanya masing-masing bahwa wajib hukumnya taat pada atasan dengan tidak membantah perintah atau putusan. 

Karena yang berhak memerintah setiap prajurit TNI adalah atasan. Jika prajurit TNI membantah perintah pasti akan celaka. Penegasan filosofi dalam kemiliteran kembali ditegaskan dalam narasi pada film ini.

"Kamu tahu, mengapa serigala menjadi ikon dari Lanud ini? Karena serigala merupakan salah satu hewan yang cerdas! Sanggup mengalahkan musuh yang lebih besar, serigala juga mempunyai very high sensor of brotherhood," Kata Marsekal Pertama Erik "Red Bee" seolah berusaha eksekusi pesan yang coba diusung melalui judul film yang berdurasi 100 menit ini. 

Penegasan filosofi brotherhood atau semangat persaudaraan tersebut ditegaskan lagi dalam berbagai plot dan konflik berikutnya yang menampilkan scene Haris "Viper" mengalami cedera gara-gara Gadhing, serta dalam upaya penyelamatan Herman "Jaguar" yang jatuh di wilayah negara Kabubed oleh Korps Pasukan Khas atau Paskhas TNI AU.

Sayangnya beberapa filosofi tidak mampu menghujam dalam. Drama yang diusung tentang hubungan ayah dan anak laki-lakinya misalnya, juga kurang diikelola lebih mendalam. 

Padahal begitu banyak pesan filosofis yang coba diusung oleh film ini. "Dia berhenti menjadi seorang suami, tapi tidak pernah berhenti menjadi seorang Bapak. 

Kamu saja yang beranggapan kamu berhenti menjadi seorang anak", kata Ibu Gadhing berusaha menitipkan pesan filosofis tentang hubungan ayah dan anak yang sesungguhnya tidak pernah berhenti sekalipun ayahnya meninggalkan Gadhing dan Ibunya. 

Sayangnya scene yang memvisualisasikan hubungan father and son ini kurang digali lebih dalam. Plot adegan hanya "sekedar" menampilkan adegan Ibu Gadhing menelpon dilanjut dengan tanah kubur tanpa berusaha menarik emosi penonton lebih dalam. 

Padahal sebagaimana teori yang diungkapkan Bruce Block bahwa komponen visual sangat berpengaruh dalam mengkomunikasikan suasana hati dan emosi.

Detail yang berusaha mendekati kenyataan

Meski sempat menampilkan adegan upacara pendidikan transisi pesawat F-16 "Fighting Falcon" di "shelter" Skadron Udara 10 Serigala Langit yang mengambillokasi di Lanud Iswahjudi, Madiun, untuk tokoh utama Gadhing "Panther" Bhaskara. 

Sayangnya, film "Serigala Langit" berusaha detail dalam mendekati dengan kondisi aslinya. Misalnya saja untuk usia tokoh utama yang ditampilkan sebagai lulusan terbaik Akademi Angkatan Udara yang baru menyelesaikan Pendidikan transisi F-16, sosok pemain bintang Deva Mahendra berusaha mendekati kenyataan. 

Sebagai contoh misalnya, Letkol Pnb Agus Dwi Aryanto, S.E., MMOAS, komandan Skadron 3 yang berlokasi di Lanud Iswahjudi yang mengucapkan selamat Hari Kemerdekaan untuk seluruh bangsa Indonesia di Tanah Air dari dalam pesawat F-16 saat melakukan atraksi fly pass di atas Istana Merdeka dalam peringatan HUT ke-76, menyelesaikan pendidikan transisi Pesawat F-16 saat berusia 26 tahun.

Akan tetapi dialog antara sebagai Haris "Viper" yang diperankan oleh Dian Sidik dengan Samuel Felix (Sam) yang diperankan oleh Thomas Sparringa di hangar sedikit banyak mengurangi kekecewaan akibat detail yang agak kedodoran dalam film ini. 

"Ada yang bilang G-force-nya bagus, Bang. Sampai delapan kali putaran ngga mabok, Bang," kata Sam. "Edian. Edian," komentar Haris "Viper". Percakapan tersebut menunjukkan detail yang mencukupi untuk menunjukkan kehebatan Gadhing "Panther" Bhaskara. 

Bagi seorang pilot pesawat tempur yang sangat terlatih, biasanya dapat menahan beban sebesar 6G hingga 9G. Sebagai gambaran, untuk manusia biasa hanya dapat menahan beban 5G, dan di atas itu dapat mengalami pingsan atau perdarahan. 

Tak hanya itu, Serigala Langit juga mampu menarasikan dengan apik detail tentang Paralayang yang dipercaya mampu mengasah kemampuan terbang para pilot.

Detail lain yang ditampilkan cukup teliti adalah adegan saat Gadhing mengikuti test psikologi untuk mengetahui kesiapannya untuk terbang. Sekalipun Gadhing menyatakan diri siap terbang dengan penuh keyakinan.

Namun, kakak angkatnya Herman "Jaguar" tetap memutuskan Gadhing tidak siap terbang sesuai hasil test dan memerintahkan Gadhing untuk pulang. Kondisi psikologis merupakan salah satu faktor penentu untuk memutuskan seorang pilot siap untuk terbang atau tidaknya. 

Demikian pula ucapan yang disampaikan Gadhing kepada Tami. "Happy Landing, Mbak!" kata Gadhing kepada Tami saat Tami akan berangkat terbang menjemput rombongan yang akan dievakuasi dari negara Kabubed yang sedang konflik. Sebuah kalimat yang akrab digunakan para pilot untuk menyemangati rekannya yang lain.

Pada sepertiga film, adegan yang menampilkan lokasi Lanud Adi Sutjipto mengobati kekecewaan dengan lambannya plot dalam film ini. Dengan sudut pengambilan gambar eye level atau sudut pengambilan gambar sejajar dengan obyek.

Plot menampilkan Museum Pusat TNI Angkatan Udara Dirgantara Mandala lengkap dengan Pesawat A-4 Skyhawk TNI AU yang berada di depannya, seolah memperlihatkan kepada penonton tangkapan pandangan mata seakan penonton berdiri melihat museum itu sendiri. Film ini kemudian memotret aktivitas yang ada di Lanud Adi Sutjipto. 

Tak hanya itu, film Serigala Langit juga memotret detail bagaimana Tim Jupiter Aerobatic Team kebangga Indonesia berlatih. Pada scene yang menampilkan empat anggota Tim Jupiter Aerobatic sedang memperagakan formasi didampingi instruktur penerbang, kemudian Gadhing yang tengah menyaksikan menuturkan bagaimana seorang penerbang pesawat tempur diajarkan untuk menghancurkan emosi. "Semua serba tertata, teratur, rapi. 

Ga bisa semaunya sendiri," begitu narasi yang disampaikan Gadhing. Lalu adegan berganti dengan protes yang dilancarkan salah satu anggota yang memprotes pesawat salah seorang anggota Tim yang bernama Ruslan lantaran jarak pesawatnya terlalu dekat. 

Lalu instruktur penerbang meminta anggota lain Ajeng untuk menjelaskan," Siap! Seharusnya pesawat Ruslan berjarak satu pesawat dengan pesawat di depannya," terang Ajeng.

Yang pasti, totalitas TNI AU dalam mendukung lahirnya film yang mengusung semangat jiwa patriot dan nasionalisme seorang pilot pesawat tempur tidak diragukan lagi. 

Tak hanya mengawal detail, namun juga terdapat sejumlah perwira yang turut bermain langsung dalam film ini seperti Letkol PNB Dharma Tolopan Gultom pemeran Komandan Skadron Udara 15. 

Namun juga memberikan dukungan teknis yang mampu menghadirkan lolongan Serigala Langit dalam adegan dogfight hingga mampu menghadirkan klimaks bagi penonton di akhir film.

Sejumlah perwira TNI AU ikut andil langsung diantaranya Letkol Pnb. Dharma T. Gultom - paling kanan di sebelah Yoshi Sudarso  (tangkapan layar)
Sejumlah perwira TNI AU ikut andil langsung diantaranya Letkol Pnb. Dharma T. Gultom - paling kanan di sebelah Yoshi Sudarso  (tangkapan layar)

Efek CGI yang digunakan saat menampilkan adegan Gadhing dan pilot lain berada di dalam pesawat tempur mampu membuat penonton serasa diajak masuk ke dalam pesawat F-16 yang asli meliuk-liuk di udara. Seolah penonton dapat menyaksikan momen yang biasa dilihat pilot dari dalam pesawat tempur. 

Penampilan visual menarik dan menakjubkan dalam adegan dogfight atau pertempuran di udara yang ditampilkan oleh F-16, Sukhoi SU-30 dan T-50 Golden Eagle yang memerankan pesawat tempur negara Kabubed seolah mampu memompa adrenalin penonton. 

Pergerakan kamera steady dalam berbagai sekuen pun sangat terasa jelas, mampu menuntun audiens untuk menikmati setiap adegan di udara. Teknik top agle yang dipadukan dengan teknik moving camera pada scene pada adegan kejar-kejaran antara pesawat TNI AU dengan pesawat tempur Kabubed menampilkan suasana yang cukup mencekam saat pesawat tersebut saling naik dan turun. 

Terlebih pada saat adegan pesawat menghadang serangan pesawat lawan demi menyelamatkan "Rajawali" yang membawa rombongan Helen dan Warga Negara Indonesia lainnya yang dievakuasi dari negara Kabubed, sebelum akhirnya bala bantuan Sukhoi SU-30 menghabisi pesawat lawan. 

Maka scene saat pesawat F-16 yang dikemudikan menghadang misil lalu berputar-putar jatuh ke bawah, merupakan pengambilan gambar dengan top angle yang mampu menghadirkan klimaks bagi penonton. 

Kehadiran Airbus Helicopters H225M atau Super Cougar dalam operasi penyelamatan Herman "Jaguar" dari negara konflik Kabubed seolah mengenapkan unjuk kekuatan lengkap dari TNI AU yang siap untuk mengatasi keadaan yang terburuk sekalipun. "Saya bangga menjadi TNI AU! NKRI harga mati!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun