Karena kedewasaan dan kebijaksanaan sering kali berkembang seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman.
Pemimpin muda mungkin masih perlu menumbuhkan kemampuan untuk mengelola konflik, mengambil keputusan yang sulit, dan menghadapi tekanan dari berbagai pihak, agar bisa menjadi Pemimpin.
Ketika Gibran Rakabuming Raka mencalonkan diri sebagai Calon Wakil Presiden banyak diserang lawannya dari sisi ini.Â
Bahkan ada yang menyamakan Gibran dengan pengemudi yang kurang umur sehingga membuat tragedi kecelakaan beruntun di mulut pintu tol Halim Jakarta.
Selain daripada kelemahan subyektif yang melekat pada dirinya, Pemimpin muda biasanya masih mentah belum memiliki jaringan yang luas dan kuat dalam baik secara politik, bisnis, dan masyarakat sipil yang dapat mendukung implementasi kebijakan dan program-program mereka.
Namun saat ini telah ada pergeseran paradigma di dunia.
Dimulai dengan revolusi teknologi komunikasi seperti internet dengan segala turunannya kemudian kejadian dunia dihantam dengan pandemi COVID 19, telah merubah secara signifikan pendapat masyarakat tentang kualifikasi pemimpin.
Memang senyatanya perubahan kepemimpinan di perusahaan dan negara bisa terjadi karena berbagai faktor.
Namun dengan adanya teknologi informasi yang makin maju ditambah dengan pengalaman perusahaan dan negara dari peristiwa besar seperti pandemi COVID-19 telah membuat terjadinya pergeseran kualifikasi kepimpinan yang mencengangkan.
Saat ini minimal oleh karena kedua faktor tersebut telah membuat terjadinya kecenderungan (tendensi) untuk memilih pemimpin yang lebih muda usianya.
Zaman era digital seperti sekarang, pemahaman tentang teknologi dan adaptasi terhadap perubahan yang cepat sangat penting.