Atau bisa juga korban mungkin merasa malu atau bersalah atas situasi yang dialami, akibatnya membuat korban merasa sulit untuk mencari bantuan atau berbicara kepada orang lain tentang apa yang terjadi.
Dalam kasus korban NRS, mungkin ini yang terjadi. Setelah curhat ke media sosial dan ternyata respons netizen sangat positif, membuat keberaniannya timbul untuk melapor kepada Polisi.
Seperti dalam film-film bergenre thriller yang yang diproduksi Hollywood biasanya pelaku yang psikopat dengan lihai memanipulasi emosional untuk mempertahankan kekuasaan dan kontrol atas korban.
Pelaku bersikap dan bertindak dengan sedemikian rupa sehingga membuat korban merasa bahwa tidak memiliki pilihan lain selain membiarkan perilaku tersebut berlanjut.
Biasanya hal tersebut akan efektif apabila pelaku dapat mengisolasi korban dari dukungan sosial dan keluarga mereka, sehingga korban merasa bahwa mereka tidak memiliki tempat untuk mencari bantuan atau perlindungan.
Kita tidak tahu persis, apakah AP selihai itu memainkan peranannya yang bisa bertahan selama 10 tahun.
Hal terakhir yang secara teori kenapa orang bisa diteror melalui media sosial dalam waktu lama adalah kurangnya literasi atau akses terhadap sumber daya.
Korban mungkin tidak menyadari sumber daya atau bantuan yang tersedia bagi mereka, atau mungkin tidak memiliki akses ke bantuan tersebut karena berbagai alasan.
Penulis, tidak bisa menyimpulkan dengan pasti kenapa bisa NRS bisa bertahan diteror dan dilecehkan secara seksual selama 10 tahun, karena tidak ada informasi apapun di media yang menjelaskan hal tersebut terjadi.
Terlepas dari masalah tersebut tindakan meneror lawan jenis karena menaruh hati (kabarnya dengan alasan cinta) dengan cara mengirim ancaman, dan foto alat kelamin sendiri merupakan perilaku yang tidak normal, tidak etis, dan jelas melanggar hukum.
Pelaku dengan perilaku seperti itu mungkin mengalami gangguan mental atau memiliki masalah perilaku yang serius.