Mohon tunggu...
Handoko
Handoko Mohon Tunggu... Programmer - Laki-laki tua yang masih mencari jati diri.

Lulusan Elektro, karyawan swasta, passion menulis. Sayang kemampuan menulis cuma pas-pasan. Berharap dengan join ke kompasiana, bisa dapat pembaca yang menyukai tulisan-tulisan receh saya.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Nilai Keutamaan Manusia dalam Kisah Tiga Negara (Sam Kok)

29 September 2021   12:13 Diperbarui: 29 September 2021   12:17 1004
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang Indonesia, terutama yang keturunan Tiong Hoa, umumnya tahu cerita Sam Kok (dialek yang biasa dipakai Tionghoa Indonesia), atau dalam Bahasa Mandarinnya San Guo.

Cerita ini berdasarkan kisah nyata tentang satu masa dalam sejarah Bangsa Tionghoa. Sebagian besar tokoh-tokohnya pun adalah tokoh-tokoh nyata yang pernah hidup di masa itu. Kisah ini menjadi kisah yang diceritakan turun-temurun, sudah pula disadur, dituliskan ulang dan dipublikasikan dalam berbagai bentuk (novel, kartun bergambar, manga, film, dst).

Mungkin bagi generasi sekarang, mereka mengenal kisah Tiga Kerajaan ini dari game (Dynasty Warrior, RoTK, dll) atau dari film layar lebar seperti Red Cliff, dst.

Yang mungkin tidak banyak orang tahu, sebenarnya, setidaknya ada dua versi tulisan kuno tentang Kisah Tiga Kerajaan ini.

Yang paling terkenal dan sering dibaca oleh khalayak umum adalah San Guo Yan Yi, yang kalau diterjemahkan menjadi ke Bahasa Inggris diterjemahkan jadi "Romance of Three Kingdom", jadi versi ini adalah versi novelnya, versi yang sudah digubah dengan lebih mengedepankan sisi ceritanya, tentu dengan berbagai dramatisasi dan kreativitas pengarangnya.

Versi yang kedua, yang lebih sedikit dikenal adalah, Sanguozhi, kalau diterjemahkan kurang lebih menjadi : "Catatan Tiga Negara". Karya ini menceritakan periode yang sama, tapi dituliskan oleh sejarahwan di masa itu dan titik beratnya lebih pada fakta sejarah dan bukan dramatisasinya. Maka bagi mereka yang membaca dua versi tersebut, akan melihat beberapa perbedaan, terutama pada faktor "kehebatan" dan "kebaikan" tokoh-tokohnya.

San Guo Yan Yi, sebagai cerita yang sudah digubah, tentunya juga membawa pandangan atau nilai moral yang ingin disisipkan oleh pengarangnya lewat kisah itu.

Sebagai pembaca, tentu adalah "hak" atau bagian kita untuk meresapi, merasakan dan menginterpretasikan apa nilai yang sedang diusung oleh si pengarang.

Salah satu nilai moral yang menurut saya (sebagai penggemar Sam Kok) berusaha disampaikan oleh pengarang, adalah tentang nilai-nilai utama seorang manusia.

Ada sesuatu yang unik jika kita mencermati Kisah Tiga Negara ini, yaitu tokoh protagonis utamanya, Liu Bei, bukanlah seorang tokoh yang hebat. Jauh berbeda dengan cerita-cerita super hero yang populer saat ini. Liu Bei bukan superman yang memiliki kekuatan super. Liu Bei juga bukan seorang Sherlock Holmes yang memiliki otak jenius melebihi orang kebanyakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun