Menerima kritik sebagai sebuah masukan, jauh lebih bermanfaat ketimbang bersikap arogan dan membela diri, terlebih malah menyerang balik, bahkan sampai hendak mengembalikan piala ke panitia. Ini jelas bentuk sikap tak terpuji, bahkan tak menunjukkan rasa hormat sama sekali kepada panitia yang telah berbaik hati mengundang.
Padahal kritik sebenarnya adalah juga bentuk persahabatan. Tidak ada seorang sahabat yang tak ingin sahabatnya menjadi lebih baik dari sebelumnya. Menutup pintu kritik, sama saja menutup pintu persahabatan.
Persahabatan itu membekas, sebagaimana halnya perilaku-perilaku tak bersahabat. Keduanya meninggalkan jejak yang sama tebalnya.
Jika sudah begitu, maka jangan kaget jika suatu saat ada klub sepak bola yang tak pernah lagi diundang ke laga persahabatan, karena jejak "tak bersahabat"-nya di masa lalu.
Sekecil apapun skalanya, bahkan pada level "tarkam" sekalipun, klub yang memiliki jejak "tak bersahabat" akan senantiasa sengaja dilewatkan, dipinggirkan, atau bahkan tak dianggap sama sekali.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H