Jika syarat tadi terpenuhi, tentu bukan hanya para pelakon yang bisa tertawa bersama di atas lapangan, penonton pun juga pasti bergembira di atas tribun. Atmosfer semacam inilah yang jika terbawa hingga kompetisi resmi, melahirkan kesadaran bahwa persaudaraan selalu berpijak lebih tinggi di atas rivalitas.
Jika dipresentasikan dengan baik dan benar, melalui laga persahabatan lah kita bisa melihat tim yang mencetak gol dan tim yang kebobolan, bisa saling tertawa gembira secara bersamaan.
Di sudut lain, kita juga bisa menyaksikan para pemain "pamer skill" tanpa khawatir diinterupsi oleh pemain lawan. Sebab kedua belah pihak telah sama-sama mengerti untuk saling memberi kesempatan.
Tak berhenti di situ, jika spirit persahabatan dipegang teguh oleh para pemain, tentu bermain kasar menjadi sebuah kesungkanan.
Sekalipun terjadi pelanggaran nantinya, itu semata dilakukan akibat ketidaksengajaan. Baik yang melanggar maupun yang dilanggar, biasanya saling menertawai, kemudian berpelukan.
Bagaimana pun bentuknya, kehangatan di atas lapangan selalu tak pernah gagal mencairkan kebekuan di atas tribun. Sentimen-sentimen gaduh kebencian, akan selalu luluh oleh riuh tawa dan tepuk tangan penonton, yang rindu bergandengan dengan perbedaan.
Kesan baik ini jika berhasil dibawa pulang, akan memunculkan gelombang keceriaan baru yang paralel dari rumah ke rumah. Sehingga untuk menikmati sepak bola, orang sudah tak punya waktu lagi bergelut dengan fanatisme satu sama lain.
Begitulah hakikatnya sebuah laga persahabatan; mempererat tali persahabatan. Bukan malah sebaliknya.
Bertanding ngotot dan serius memang telah menjadi tuntutan setiap pesepak bola profesional, kita semua memahami itu. Namun bukan di sini tempatnya.
Bertanding seriuslah di laga-laga resmi, "adu kungfu" dan "berdarah-darah"-lah pada kompetisi yang sesungguhnya. Bukan habis-habisan di laga persahabatan.
Jika ada kritik dari masyarakat pada klub tertentu, yang keliru menerjemahkan sebuah laga persahabatan menjadi kelewat serius, bahkan cenderung keras. Maka cukup disikapi dengan kedewasaan.