Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpergian dengan Kruk, Apakah Memungkinkan di Indonesia? - bagian pertama

21 Januari 2025   19:54 Diperbarui: 21 Januari 2025   20:11 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna kruk (sumber: www.galerimedika.com)

Menggunakan taksi online untuk mobilitas jarak jauh merupakan pilihan paling baik bagi saya yang hanya menggunakan kruk. Tinggal memesan, kemudian mengirim pesan bahwa saya menggunakan dua tongkat dan tidak bisa berjalan jauh. Biasanya para sopir taksi ini cukup peduli, bahkan sebagian memberikan bantuan tambahan.

Ada satu dua kasus yang memang agak mengesalkan juga. Walaupun sudah dikatakan dalam pesan untuk jemput sesuai titik karena keterbatasan saya, namun mereka sepertinya tidak peduli. Karena mereka merasa susah untuk memutar mobil sesuai titik, maka "memaksa" saya sebagai konsumen untuk berjalan sedikit (50an meter) ke lokasi yang biasa diakses mereka.

Dua kali pesanan saya di-cancel (tepatnya saya yang cancel, karena tentu driver taksi tidak mau cancel pesanan sendiri). Karena saya kesal juga, saya menuliskan komplain ini di aplikasi taksi online tersebut.

Komplain saya bukan untuk bermaksud memberikan kesulitan kepada sopir taksi ini tentunya, namun dengan niatan baik, memberikan informasi dan pembelajaran ke perusahaan taksi online (seluruhnya tentunya), bahwa perlu memperhatikan layanan konsumen para penyandang disabilitas. Mudah-mudahan para penyandang disabilitas yang lain, yang mungkin lebih parah dari saya, dapat juga merasakan layanan yang baik.

Naik taksi online bagi pengguna kruk seperti saya sebenarnya cukup mudah. Sebagian besar bisa mandiri. Cukup membuka pintu tengah, bersandar di jok dan duduk sedikit, kemudian pelan-pelan memindahkan kruk dan kaki yang cedera, dengan bantuan kekuatan tangan tentunya, sampai duduk dengan nyaman di jok tengah tersebut.

Ojek online, pun pernah saya coba. Semua pengendara ojek online yang saya pesan cukup peduli dengan kondisi saya. Tapi karena saya pegal menahan kaki agar tidak bertumpu pada handle kaki kanan di motor, saya tidak begitu nyaman dengan ojek online saat menggunakan kruk ini. Demi keamanan juga tentunya, saya banyak menghindar menggunakan ojek.

Saya belum (setidaknya) mencoba menggunakan angkot maupun bus.

Tanda tempat duduk prioritas di KRL (sumber: https://commuterline.id)
Tanda tempat duduk prioritas di KRL (sumber: https://commuterline.id)

Pesawat dan bandara

Fase yang cukup penting adalah saat saya kembali dari kota di Sulawesi tadi, menggunakan pesawat ke Jakarta, untuk kembali ke rumah saya di Bogor. Kejadian sekitar satu setengah bulan pasca operasi. Saya sudah diizinkan lepas gips dan perban. Namun karena perjalanan jauh dan lama, dengan beragam kondisi yang mungkin akan saya hadapi, saya tetap menggunakan gips dan perban di kaki saya yang cedera. Semata-mata karena takut terjadi benturan.  

Menggunakan maskapai terbaik di negeri ini, saya check-in online hanya sekitar 20an jam sebelum keberangkatan. Berharap dapat kursi paling depan dengan ruang kaki yang lebih luas, ternyata sudah penuh. Baiklah pikir saya, mungkin ketika lapor ulang di bandara, saya masih bisa pindah ke depan. Akhirnya saya pilih di kursi biasa, dekat jendela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun