Mohon tunggu...
Hanom Bashari
Hanom Bashari Mohon Tunggu... Freelancer - wallacean traveler

Peminat dan penikmat perjalanan, alam, dan ceritanya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berpergian dengan Kruk, Apakah Memungkinkan di Indonesia? - bagian pertama

21 Januari 2025   19:54 Diperbarui: 21 Januari 2025   20:11 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengguna kruk (sumber: www.galerimedika.com)

Suatu saat di salah satu grup Whatsapp, dalam sebuah obrolan tentang kondisi saya saat ini, seorang sahabat saya berkata, "Wah, kamu beruntung, bisa merasakan apa yang para penyandang disabilitas rasakan sebenarnya"? Saya sedikit tersentak degan kata-kata 'beruntung' ini. Sebagian kawan lain menyematkan emot tertawa.

Beberapa detik kemudian saya sadar, dan berkata, "benar, alhamdulillah".

Sialan, bahkan istilah 'disabilitas' dalam perangkat lunak Word, pun belum diverifikasi sebagai kata yang baku dalam pilihan bahasa Indonesia, selalu bergaris bawah merah dan tidak ada opsi yang harus digunakan jika klik kanan.

Pasca kejadian

Hampir tiga bulan yang lalu, setelah mengalami kecelakaan kerja, dilanjutkan menjalani operasi, saya harus menghadapi keadaan untuk memperlambat segala aktivitas saya. Kaki kanan saya cedera, sehingga dalam proses pemulihan, saya harus menggunakan sepasang kruk.

Secara mental, keadaan ini bukan sesuatu yang cukup mengguncang saya. Bertahun-tahun saya dan istri merawat anak kami yang juga menyandang disabilitas. Namun, inilah pengalaman pertama saya, walau kondisi disabiliti yang saya rasakan ini hanya sementara.

Pasca operasi saya hanya berdiam di kamar kos. Masih jauh dari rumah, saya ditemani kawan-kawan baik di kota tempat saya bekerja, di satu kota di Sulawesi. Untuk mobilitas di dalam kamar, saya menggunakan sepasang kruk, seperti yang disarankan oleh dokter ortopedi saya.

Dua kali sepekan, saya harus kontrol ke rumah sakit. Di awal, hal ini ternyata bukan perkara mudah. Kendaraan mobil dibantu oleh kawan kerja. Saya pun masih ditemani oleh kawan saya setiap berkunjung ke rumah sakit.

Rumah sakit dan hotel

Di rumah sakit ini (tempat saya operasi sebelumnya), memang selalu tersedia kursi roda. Jalur kursi roda pun ada, namun bagi saya cukup mengerikan, tanjakannya lumayan ekstrem. Kawan saya kadang harus lepas sandal atau sepatu, antisipasi jangan sampai slip.

Selain hal di atas, rumah sakit (RS) di kota ini cukup ramah terhadap saya sebagai penyandang disabilitas sementara. Para satpam cukup responsif, kadang kala saya diminta untuk menunggu di ruang VIP, atau minimal disediakan tambahan kursi untuk menyangga kaki saya yang masih terpasang gips dan spalk karet perban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun