Barang saya di kamar masih saya biarkan, dengan perhitungan saya masih dapat membawanya satu kaligus. Saya memperhatikan posisi petugas penahan tiket bagasi saya, jangan sampai berpapasan dengan saya.
Kapal merapat, buruh bagasi segera berlompatan masuk ke dalam kapal. Riuh kacau. Saya masih di kejauhan. Memilih sisi di lokasi bagasi saya lainnya yang tidak diketahui petugas kemarin.
Melihat satu orang buruh bagasi berbadan tegap celingukan mencari konsumen, saya segera mendekati. Negosiasi cepat saya lakukan untuk harga per kardus dibawa ke dermaga. Harga sepakat dan saya menunjuk satu lokasi di dermaga untuk di bawa semua barang ke sana.
Saya tunjukkan pula secara cepat satu lokasi lainnya tempat kardus bagasi saya.
"Ini tidak bisa satu orang, Mas", kata sang buruh bagasi.
"Mana-mana, yang penting harga per koli, buka per orang", kata saya.
"Saya cari teman dulu", kemudian sang buruh bagasi atau porter tadi segera memanggil temannya dua orang lagi. Saya tentu juga sambil celingukan memastikan petugas kapal yang menahan tiket saya, tidak memergoki saya. Suasana kacau membantu ini semua.
Satu dua kardus mulai diangkat. Saya perhatikan dari atas kapal sampai kardus saya ditempatkan pada tempat sesuai perjanjian. Buruh bagasi atau porter tadi kembali lagi dan mulai mengangkat kardus berikutnya. Baiklah, saya sekarang bergegas ke kamar.
Sambil menghindari pos penjagaan petugas, saya kembali ke kamar dan segera membawa dua ransel besar dan satu backpack dalam satu kali angkut. Jalan keluar sudah saya hafal betul, sehingga saya segera menyelinap di antara keramaian.
Alhamdulillah akhirnya saya sampai di tempat kardus-kardus kami menumpuk. Saya letakkan juga ransel-ransel saya. Tinggal beberapa kardus lagi, dan akhirnya semua lengkap.
Saya membayar ketua porter sesuai kesepakatan, dan saya pun menunggu jemputan dari teman saya, yang syukurnya tak berlangsung lama. Semua barang dipindahkan dalam truk, dan kami meluncur ke Manado.