Proses transfer manusia dan barang dari kapal besar ke perahu kecil maupun sebaliknya merupakan hal yang biasa dalam transportasi di banyak tempat di daerah kepulauan di Indonesia, seperti Halmahera ini. Namun satu kali saya pernah mengalami perpindahan kapal di tengah laut seperti ini untuk evakuasi.
Masih di Maluku Utara, transportasi paling umum yang digunakan masyarakat Ternate untuk pergi antar pulau, baik ke Tidore maupun beberapa tempat di Halmahera adalah menggunakan jasa angkutan speedboat.  Speedboat penumpang sudah menjadi seperti angkot. Mangkal di pelabuhan, menunggu giliran, penumpang penuh, cabut. Tapi tentu tidak pakai ngetem di tengah jalan.
Sofifi adalah ibukota Provinsi Maluku Utara dan secara teknis Pemerintah Provinsi telah mulai beroperasi penuh sejak 2010 di ibu kota baru mereka tersebut. Namun Ternate adalah kota dan pusat perekonomian paling maju di provinsi ini. Sehingga tak heran, mobilitas masyarakat dari Halmahera khususnya Sofifi ke Ternate sangat tinggi setiap hari. Memang ada juga sarana kapal ferry, namun tentu sangat terbatas dari segi frekuensi dan kecepatan mobilisasi.
Jarak antara Ternate dan Sofifi hampir 20 kilometer yang biasanya dapat ditempuh oleh speedboat sekitar 45 menit. Satu buah speedboat biasanya dilengkapi dengan mesin motor penggerak 40 PK dua buah. Kapasitas satu speedboat umumnya hanya untuk 10 penumpang.
Walaupun antara Pulau Ternate dan Pulau Halmahera hanya berupa selat, namun pada musim-musim tertentu, perjalanan Ternate -- Sofifi ini terasa berat karena gelombang dan angin kencang sering terjadi. Sehingga walaupun jarang, beberapa kecelakaan speedboat terbalik, pernah terjadi.
Ketika perjalanan laut seperti ini, hal yang paling dikhawatirkan oleh saya (dan mungkin oleh penumpang lainnya juga) adalah mati mesin di tengah perjalanan dan tidak dapat diperbaiki cepat. Jika ini terjadi sebenarnya tidak perlu terlalu panik juga, bantuan akan segera datang. Sinyal handphone masih terjangkau di tengah laut dan jalur tersebut merupakan jalur tetap dan sibuk. Sehingga mungkin tak lebih dari 15 menit, akan ada speedboat lain yang lewat.
Kejadian seperti ini akhirnya saya alami juga. Saya bersama anak dan istri saat itu dari Sofifi akan menuju Ternate. Tak berapa lama setelah speedboat melaju, satu mesin penggerak mati. Operator speedboat segera mencoba mengotak-atik mesin yang mati tadi. Kapal tetap melaju walaupun lambat karena masih ada satu mesin lagi yang berfungsi.
Nahasnya, tidak berapa lama, mesin yang satunya mati juga. Ya, tentu kami semua penumpang di kapal mengomel, kenapa tidak diperiksa mesin baik-baik sebelumnya. Â Kami hanya tinggal berdoa semoga mesin kapal, minimal salah satunya, bisa hidup kembali.
Apa daya, setelah lebih dari sepuluh menit, mesin kapal tak kunjung baik. Satu speedboat terlihat melewati kami, namun masalah ini dianggap masih biasa dan dapat diperbaiki. Akhirnya operator menelpon, mungkin koleganya, untuk segera menjemput mereka. Kami pun sedikit lega, walaupun mungkin itu masih sekitar 15 menit lagi.
Kapal yang tidak berjalan di tengah laut sesungguhnya sangat tidak enak, apalagi sebuah kapal kecil seperti speedboat penumpang ini. Kapal tanpa daya menerima semua hantaman gelombang, kanan kiri depan belakang. Kapal oleng terombang ambing begini yang bikin perut lebih cepat mual. Untung lah saat itu gelombang tidak besar.