Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Artikel Utama

Fenomena "Takjil War" bagi Anak Usia Dini

20 Maret 2024   01:04 Diperbarui: 20 Maret 2024   09:45 4394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Takjil SOP buah (dokpri: Hana Marita Sofianti)

Saya pun berinisiatif mengulas ini karena ada salah satu anak didik saya mengungkapkan bahasa 'nanti kereta santa claus akan di ambil, terserah mau pakai kereta kencana' hal yang pertama saya dengar adalah 'ngakak so hard' bukan berarti menyepelekan atau bermaksud menjatuhkan ya teman-teman namun lebih ke respect, anak usia dini aja tahu hal seperti ini loh.

Konteksnya bukan ke ranah agama tertentu tetapi memang ini sudah menjadi fenomena yang sedang viral dan booming di dunia Maya saat ini, di dunia nyata teman saya pernah ikut lebaran dalam kondisi sadar sesadar-sadarnya bahkan ikut ke mesjid untuk sholat Ied (walaupun dia tidak sholat). Bagaimana? Pasti yang baca kaget dan tertawa walaupun tidak lucu. Hehe

Hal yang pertama kali saya rasakan adalah bahagia dia bisa ikut walaupun tidak saya ajak 'log-in'/masuk Islam (begitu bahasa/kata-kata warga dunia medsos/dunia Maya menyebutnya dengan candaannya) walaupun sih sebenarnya ada terjadi pro dan kontra di salah satu medsos terkait hal ini, rata-rata kebanyakan berfikir positif buat seru-seruan.

Saya secara pribadi berterima kasih kepada warga Nonis yang sudah meramaikan Ramadhan tahun ini dengan kata-kata dan memborong 'takjil' yang menurut saya 'membahagiakan' bagi yang membutuhkan walau tidak semua orang sependapat, ini kan negara demokrasi jadi bebas dong mau sepakat atau tidak tergantung sudut pandang masing-masing.

Keseruan ini semoga menjadi toleransi yang abadi diantara kita sesama penganut agama yang sama ataupun tidak, karena betapa Indonesia ini kaya akan tradisi dan budaya yang jika di pahami bersama begitulah Tuhan memberikan jalan bagi sesama untuk saling mengenal dan berbagi peduli.

Bukankah sudah jelas diperintahkan di dalam kitab suci kita melalui Firman-Nya sebagai berikut : 

" Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan Bersuku-suku agar kamu saling mengenal ......... " 

(QS : Al-Hujurat Ayat : 13 / Sumber : quran.nu.or.id )

Ayat di atas menegaskan bahwa sudah diperintahkan didalam kitab suci untuk saling mengenal meskipun berbeda bangsa dan suku yang tentunya terdapat beberapa perbedaan agama dan kepercayaan, hal ini agar ilmu pengetahuan kita luas dan bertambah, istilahnya bahasa emak-emak 'mainnya harus jauh' begitu hehe.......

Begitupun dengan fenomena yang terjadi saat ini dimana mereka yang Nonis sangat 'welcome' sekali dan bersedia melariskan usaha dagangan Takjil / UMKM muslim yang mencari peruntungan rezeki lewat berjualan tersebut.

Bahkan ada juga posisi yang Nonis sebagai penjual Takjil, seperti halnya di Purwakarta ada salah satu toko yang penjualnya Nonis kalau tidak salah ya yaitu yang terkenal dengan makanan-makanan, camilan, kudapan, kue-kue yang enak menurut saya dan sudah terkenal bertahun-tahun lamanya, nah teman-teman yang ke Purwakarta jika main tidak lupa mampir ya, hehe.... Makasih loh... Ups! Jadi promosi, gpp ya ikut-ikutan 'takjil war' yang positif tentunya.

Apabila di teliti dengan makna yang baik dan sudut pandang yang luas kata-kata 'Takjil War' tidaklah selalu berkonotasi negatif, sebaliknya jika memberikan edukasi positif maka seorang anak usia dini pun akan mengerti dan memahami bagaimana harus bersikap saat itu terjadi, nah berikut manfaat edukasi 'takjil war' bagi anak usia dini : 

1. Mengenalkan toleransi beragama bagi anak usia dini karena tertuang dalam kurikulum (NAM : Nilai Agama dan Moral)

2. Membiasakan anak usia dini dengan pengetahuan mengenal beragam jenis agama, ras, suku, budaya dan lainnya secara positif dan efektif.

3. Memberikan ruang yang seluas-luasnya bagi anak untuk berpendapat dan menyampaikan perasaanya bahwa kita hidup di Negara Indonesia yang memiliki keunikan dan keberagaman melalui pertanyaan pemantik, misalnya dengan tidak memaksakan kehendak kepada teman lain dan saling menghormati.

4. Mengenalkan toleransi beragama sejak anak usia dini itu penting dan memberikan pemahaman untuk saling menghargai melalui berbagai sarana dan media, misalnya buku cerita, video dan lainnya.

5. Bermain peran atau bermain 'macro/microplay' yang sudah tersedia di arena main dan jam main anak dengan mendampingi ke arah yang lebih baik dan positif.

6. Bisa menjadi agenda praktek 'cooking class' dengan waktu bergeser atau penugasan di rumah dan mengajak anak 'takjil war' dengan berbagi peduli takjil gratis di orang-orang sekitar rumahnya/lingkungannya.

7. Kata 'takjil war' adalah kata pemantik karena anak usia dini cenderung lebih suka dengan kata-kata aneh dan menantang, seperti 'berburu harta karun dan semut raksasa' , 'perang sedotan' perang-perangan. Bisa dengan mengenalkan huruf dan kata tersebut, anak lebih kaya akan kosa kata dan bahasa.

Nah kurang lebih seperti itu ya teman-teman semoga bermanfaat dan bisa difahami.

Jadi bukan memaksa anak untuk tahu agama lain ya gaess! Namun lebih ke 'hanya' mengenalkan pengetahuan kepada anak usia dini bahwa mereka bukan satu-satunya penganut agama yang satu, terdapat beberapa agama yang resmi dan di akui negara kesatuan Republik Indonesia secara hukum dan sah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun