Mohon tunggu...
Hana Marita Sofianti
Hana Marita Sofianti Mohon Tunggu... Guru - Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini, Guru , Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Praktisi Pendidikan Anak Usia Dini , Guru, Blogger, Ghost Writer, Founder MSFQ

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Duhai Ibu, Salahkah Melatih Anak Laki-laki Mencuci Piring?

9 April 2020   20:34 Diperbarui: 9 April 2020   20:47 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI : seorang anak laki-laki sedang menyapu halaman rumahnya/foto : dokpri Hana Marita Sofianti

Intinya proses untuk berlatih mempertahankan diri guna kelangsungan hidupnya di kemudian hari agar menjadi terampil dan dapat mengurus dirinya sendiri.

Sejak kecil saya hidup mandiri, tak seorang ayah tak seorang ibu pun yang menemani, mereka saat itu di luar pulau Jawa, hanya sosok nenek tua yang selalu hadir dan mendidik saya sehingga budaya mandiri sudah saya alami sejak dini. 

Nenek adalah figur sejati dalam pandangan saya, bisa bahasa Belanda dan pandai sekali memasak dan sampai jago berjualan sayuran matang, seperti : semur jengkol, pare kapal selam, oreg tempe, sayur jantung pisang, goreng ayam, dan lain sebagainya.

Pepatah bilang buah yang jatuh tidak akan jauh dari pohonnya, betul tapi ini dalam artian yang lain, bahwa apa yang di tanam itu yang akan kita tuai, seperti halnya nenek yang menerapkan kedisiplinan terhadap saya dan kakak laki-laki serta perempuan yang lainnya setiap harinya di rumah mulai dari mencuci piring bekas makan sendiri, mencuci baju sekolah sendiri dan hal-hal ringan lainnya yang dapat di lakukan sendiri untuk berlatih mandiri.

Semua itu menjadi bahan saya dalam mendidik anak laki-laki saya, sehingga saya tidak ragu mengajarkan kedisiplinan di rumah agar anak merasa senang mengerjakannya dan menganggap sebagai pembelajaran ketika anjuran di rumah aja.

Duhai Ibu, janganlah takut jika anak laki-lakimu berlatih mencuci piring, karena kelak dia akan lepas darimu seperti sekolah tinggi, ngekost sendiri, bekerja, bahkan mempunyai seorang isteri atau menikah.

Bukankah kita juga merasa senang jika pekerjaan rumah kita di bantu oleh pasangan hidup kita? Dan merasa dia peduli dan perhatian terhadap hal yang menjadi rutinitas kewajiban kita yang mau tidak mau harus di lakukan daripada menumpuk dan berantakan. Hihihihi

Hal tersebut tentunya akan berdampak pada psikologinya suatu saat nanti mengingat dia akan menjadi imam sejati di dalam kehidupannya kelak, dan tentunya hal itu juga dapat menanamkan rasa tanggungjawab sejak dini.

Memang hakikat anak adalah bermain dan tidak boleh bekerja, apalagi di paksa. Nah, apakah dengan melatih anak untuk dapat melakukan pekerjaan rumah sehari-hari tidak di anjurkan? 

Jika dengan kekerasan justru sangat tidak disarankan, namun sebaliknya jika dilatih dan diajak dengan kasih sayang, kata - kata perintah yang menyenangkan bahwa mencuci piring adalah sebagian dari iman dan salah satu sikap PHBS maka akan sangat berarti sekali dan berguna bagi kita dan bagi anak.

Anak adalah anugerah dan titipan Tuhan, kalau bukan kita yang menjaga dan mendidiknya siapa lagi? Selain itu juga kita telah mengamalkan ayat Al-Qur'an di atas tentang mempersiapkan generasi yang tidak lemah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun