Mohon tunggu...
Hana Lutfiyah Febriani
Hana Lutfiyah Febriani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Universitas Teknologi Digital, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Manajemen

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Perilaku Konsumtif dan Daya Beli Konsumen dalam keputusan Pembelian Produk Kecantikan Secara Flash Sale Pada aplikasi shopee

1 November 2024   16:08 Diperbarui: 1 November 2024   16:30 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar peneliti 2024

BAB II 

TINJAUAN PUSTAKA

2.1       Manajemen Pemasaran

Manajemen pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga, promosi, dan distribusi ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan individu dan organisasi. Menurut Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2022) Manajemen pemasaran adalah seni dan ilmu memilih pasar sasaran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul. Menurut Malcom McDonald dan Hugh Wilson (2021) Manajemen pemasaran adalah proses yang melibatkan analisis, perencanaan, implementasi dan pengendalian program yang dirancang untuk menciptakan, membangun dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan dengan target pembeli demi mencapai tujuan organisasi.

Menurut Mark Ritson (2023) Manajemen pemasaran modern adalah tentang memahami pelanggan secara mendalam, menciptakan proposisi nilai yang unik, dan mengkomunikasikannya melalui saluran yang tepat untuk membangun hubungan jangka panjang dan menghasilkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Pemasaran adalah serangkaian aktivitas strategis yang dilakukan oleh suatu organisasi untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai kepada pelanggan serta mengelola hubungan dengan mereka. Proses ini melibatkan identifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, pengembangan produk atau jasa yang sesuai, penetapan harga yang kompetitif, serta distribusi dan promosi yang efektif. Tujuan utama pemasaran adalah untuk menarik pelanggan baru dengan menjanjikan nilai superior dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada dengan memberikan kepuasan.

2.1.1    Strategi Manajemen Pemasaran

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya tentang pengertian manajemen pemasaran. Maka dari itu, diperlukan strategi manajemen pemasaran yang tepat dan berkualitas untuk bisa mencapai target perusahaan. Berikut beberapa strategi manajemen pemasaran yang bisa Anda lakukan:

1) Menentukan KPI (Key Performance Indicator)

Strategi manajemen pemasaran yang pertama adalah dengan menentukan KPI. Tujuannya adalah agar divisi pemasaran bisa memberikan hasil yang efektif dan memuaskan. Anda bisa menentukan KPI yang transparan, terukur, dan tentunya tepat untuk dilakukan.

2) Mengidentifikasi Target Pasar

Strategi manajemen pemasaran selanjutnya adalah melakukan identifikasi pada target pasar perusahaan. Hal ini menjadi salah satu tugas manajemen pemasaran yang tidak boleh diabaikan agar kegiatan pemasaran yang dilakukan bisa tepat sasaran dan memberikan hasil yang diinginkan.

3) Analisis Data

Melakukan analisis data juga menjadi salah satu strategi manajemen pemasaran yang penting. Ada banyak tools yang bisa digunakan untuk melakukan analisis data ini. Tugas manajemen pemasaran adalah untuk mengolah data menjadi informasi yang bisa digunakan untuk kegiatan pemasaran berikutnya.

4) Mengembangkan Rencana

Strategi manajemen pemasaran bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Butuh waktu, komitmen, dan konsisten agar strategi tersebut bisa berjalan dengan efektif. Maka dari itu, tugas manajemen pemasaran adalah untuk mengembangkan rencana yang sudah dibuat.

5) Memantau Perubahan Tren

Satu lagi strategi manajemen pemasaran yang bisa Anda lakukan adalah memantau perubahan tren industri terbaru. Sehingga kegiatan pemasaran yang Anda lakukan bisa selalu up to date dan bisa memberikan banyak ide-ide segar untuk diterapkan.

2.1.2    Tujuan Manajemen Pemasaran

Pada dasarnya tujuan manajemen pemasaran adalah untuk mendapatkan kepercayaan pelanggan terhadap produk atau jasa yang dipasarkan. Namun ada beberapa tujuan lainnya yang membuat divisi pemasaran menjadi salah satu kunci sukses perusahaan.Berikut beberapa tujuan manajemen pemasaran untuk perusahaan:

1) Memaksimalkan Penjualan

Tujuan manajemen pemasaran yang pertama adalah untuk memaksimalkan penjualan. Artinya, divisi pemasaran perusahaan harus memikirkan bagaimana setiap penjualan produk atau jasa bisa memberikan kesan positif untuk pelanggan. Pada dasarnya, tujuan manajemen pemasaran adalah mengajak pelanggan untuk membeli atau menggunakan produk atau jasa yang dipasarkan secara berkelanjutan. Sehingga nantinya akan tercapai penjualan yang maksimal dan optimal.

2) Menarik Pelanggan Baru

Tidak hanya untuk memberikan atau menciptakan kepercayaan pelanggan, tujuan manajemen pemasaran juga untuk menarik pelanggan baru yang potensial. Biasanya strategi manajemen pemasaran yang dilakukan adalah dengan mempromosikan produk atau jasa melalui iklan, kampanye, dan kegiatan promosi lainnya.

3) Memenuhi Kepuasan Pelanggan

Tujuan manajemen pemasaran adalah untuk menganalisis kepuasan pelanggan dan mencari tahu apa yang dibutuhkan mereka. Kemudian diterapkan pada produk atau jasa yang dipasarkan.

4) Mengembangkan Pangsa Pasar

Satu lagi tujuan manajemen pemasaran adalah untuk mengembangkan pangsa pasar. Maka dari itu, divisi pemasaran harus mengetahui setiap perkembangan produk yang positif di pasaran. Tujuannya adalah agar produk yang dipasarkan bisa menempati posisi teratas dan terkuat di pasar persaingan.

2.2       Keputusan Pembelian

Aruan et al., (2021) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah langkah-langkah pengambilan keputusan konsumen sampai di mana konsumen atau pembeli benar-benar melakukan pembelian. Kurniawati (2020) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah ketika seseorang sudah memutuskan untuk membeli, berarti mereka sudah menetapkan berbagai alternatif pilihan keputusan pembelian.

Ummat dan Hayuningtyas (2022) menyatakan bahwa keputusan pembelian merupakan awal terjadinya proses dimana konsumen memutuskan untuk melakukan pembelian suatu produk barang maupun jasa. Dimana, Keputusan pembelian ini bisa dikatakan sebagai mulainya produk untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen dalam masalah mereka. Saktiana dan Miftahudin (2021) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah suatu proses yang berasal dari semua pengalaman mereka dalam pembelajaran, memilih, menggunakan dan bahkan menyingkirkan suatu produk. Robi'ah dan Nopiana (2022) menyatakan bahwa keputusan pembelian adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif pilihan.

Dengan demikian, keputusan pembelian adalah kulminasi dari proses pengambilan keputusan konsumen yang melibatkan evaluasi, seleksi, dan akhirnya tindakan pembelian, yang didorong oleh berbagai faktor internal dan eksternal. Keputusan pembelian mengharuskan adanya setidaknya dua alternatif pilihan, yang berarti konsumen harus memiliki opsi untuk membandingkan sebelum membuat keputusan final. Proses ini menandai awal dari hubungan antara konsumen dengan produk atau merek tertentu, yang dapat berlanjut atau berakhir tergantung pada pengalaman pasca pembelian.

2.2.1    Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian

Chaniago (2021:49) menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen ketika melakukan pembelian, diantaranya:

1) Faktor internal terdiri dari beberapa hal seperti:

  • Budaya, jika dilihat dari lingkungan bisnis maka faktor budaya ialah berkaitan dengan sifat dan kepribadian seseorang, contohnya: sikap, pola berfikir, Bahasa, tata krama, hedonism, dan lain-lainnya.
  • Agama, seseorang dengan tingkat agama tertentu akan menentukan sikap dalam membeli sesuatu. Contohnya: seseorang yang sangat taat agama cenderung akan lebih sabar dan memaklumi suatu produk.
  • Pengalaman masa lalu, tiap pengalaman konsumen baik itu positif maupun negatif dari pembelian sebelumnya, pengalaman orang lain atau dari sumber lainnya akan membuat sikap dan kepribadian dalam membeli sebuah barang. Konsumen yang sudah memiliki pengalaman akan lebih berhati-hati dengan promosi penjual.

2) Sedangkan faktor eksternal pada seseorang yang akan memicu konsumen melakukan pembelian sebuah produk dijelaskan seperti berikut:

  • Strata sosial, seorang konsumen akan memiliki strata nya masing-masing di lingkungan tertentu, contohnya: konsumen kelas atas, konsumen kelas menengah dan juga konsumen kelas bawah. Strata ini bisa didasari dengan latar belakang ekonomi, pendidikan, profesi atau pekerjaan dan lainya.
  • Keluarga, cara seseorang tumbuh dan berkembang di dalam sebuah keluarga akan mendorong perilaku konsumen. Contoh: seseorang tumbuh dan berkembang di dalam keluarga yang kritis akan cenderung memiliki perilaku yang lebih selektif ketika membeli sesuatu.
  • Atribut produk, hal yang mendorong seseorang untuk menentukan minat dan perilaku konsumen dalam pembelian ialah seperti spesifikasi barang, kemasan, harga, kualitas dan manfaat produk tersebut, seringkali atribut produk ini menjadi pesona bagi konsumen.

2.2.2    Tahapan Keputusan Pembelian

Sebelum melakukan pembelian konsumen akan melalui beberapa tahapan, seperti yang diungkapkan oleh Alma (2020) yaitu:

1) Pengenalan masalah atau kebutuhan

Seseorang akan merasakan adanya rangsangan dari dalam (internal), contohnya karena seseorang merasakan haus, ia akan membeli minum, maupun dari luar (eksternal) contohnya karena seseorang melihat suatu iklan, sehingga ada dorongan untuk membeli produk di dalam iklan tersebut. Dalam hal ini pihak pemasar perlu menggali informasi dari beberapa konsumen sehingga akan memperoleh data yang diperlukan pihak pemasar untuk menarik minat beli konsumen dari rangsangan yang paling sering terjadi.

2) Mencari informasi

Seseorang akan mencari tau terlebih dahulu informasi mengenai produknya, seperti ingin membeli produk apa, produk yang bagaimana, dimana tempat membelinya, dsb. Untuk mencari informasi tersebut seseorang bisa menemukannya dari beberapa sumber, yaitu sumber pribadi, yang meliputi sumber yang berasal dari lingkungan sekitar seperti keluarga, teman dan tetangga, sumber komersial, mencangkup iklan, tenaga penjual dan melihat display, sumber publik meliputi media masa, Tv dan radio. Dan juga pengalaman masa lalu, atau produk tersebut sudah digunakan sebelumnya.

3) Evaluasi alternatif

Dalam tahap ini, evaluasi tiap konsumen akan berbeda-beda tergantung pada pemilihan atribut produk, akankah cocok atau tidak dengan harapan konsumen. Serta tiap konsumen berbeda tingkat kebutuhannya, ada konsumen yang memiliki kebutuhan yang sangat mendesak, ada pula yang tidak terlalu mendesak, dengan kata lain masih dapat ditunda dilain hari. Lalu ada juga faktor merek yang dapat membuat konsumen memutuskan alternatif, ada konsumen yang fanatic kepada sebuah merek, hal ini akan membuat konsumen tersebut sulit untuk berpindah ke merek lainnya. Hasilnya pertimbangan dari konsumen adalah kepuasan penuh akan alternatif yang diambil, seperti, iklan di sosial media yang dinilai adalah gambar, warna dan harga. Sedangkan restoran yang dinilai kebersihan, makanan, lokasi, kenyamanan dan harga.

4) Keputusan pembelian

Pada tahap ini, konsumen harus mengambil keputusan setelah beberapa tahapan sebelumnya. Bila terjadi keputusan pembelian, maka Kumpulan keputusan termasuk jenis produk, kualitas, waktu, harga, cara membayar, dan sebagainya. Terkadang dalam pengambilan keputusan ada pihak-pihak yang memberi dorongan terakhir, hal ini akan membuat adanya pertimbangan lagi dan dapat mengubah keputusan awal secara singkat.

5) Perilaku pasca pembelian

Post Purchase behavior atau perilaku pasca pembelian adalah pengalaman konsumen setelah pembelian atau mengkonsumsi produk. Hal ini akan mencangkup, akankah konsumen senang atau kecewa, hal ini tergantung dari ekspektasi konsumen terhadap produk dengan kenyataan yang ditemui. Jika ekspektasi jauh dari kenyataan, maka konsumen akan kecewa, jika sesuai dengan ekspektasi, berarti konsumen puas dan jika lebih baik dari ekspektasi yang dipikirkan maka konsumen akan sangat senang. Pada umumnya, ekspektasi konsumen akan meningkat bila mengetahui ulasan produk ataupun cerita pengalaman teman tentang produk itu sangatlah bagus dan jika hal ini tidak dirasakan konsumen, maka akan sangat kecewa. Sehingga penjual tidak perlu melebih-lebihkan kelebihan produknya, supaya jarak antara kenyataan dan ekspektasi konsumen tidaklah jauh. Hal ini akan menjalin hubungan yang baik antara penjual dan konsumen.

2.3       Perilaku Konsumtif

Menurut Triyaningsih (2021) Perilaku konsumtif adalah tindakan membeli barang bukan untuk mencukupi kebutuhan tetapi untuk memenuhi keinginan, yang dilakukan secara berlebihan sehingga menimbulkan pemborosan dan inefisiensi biaya. Menurut Astuti (2022) Perilaku konsumtif merupakan kecenderungan manusia untuk melakukan konsumsi tiada batas, membeli sesuatu yang berlebihan atau secara tidak terencana. Menurut Putri dan Indrawati (2023) Perilaku konsumtif adalah suatu perilaku yang tidak lagi didasarkan pada pertimbangan yang rasional, melainkan karena adanya keinginan yang sudah mencapai taraf yang sudah tidak rasional lagi.

Secara keseluruhan, perilaku konsumtif merupakan fenomena kompleks yang melibatkan aspek psikologis, sosial, dan ekonomi, di mana pertimbangan rasional sering kali diabaikan demi memenuhi keinginan yang sudah mencapai taraf tidak rasional. Konsumen dengan perilaku konsumtif cenderung melakukan pembelian tanpa batas dan tidak terencana, sering kali mengabaikan pertimbangan rasional dalam proses pengambilan keputusan. Akibatnya, perilaku ini dapat menimbulkan pemborosan sumber daya dan inefisiensi dalam pengelolaan keuangan pribadi. Lebih lanjut, perilaku konsumtif mencerminkan suatu kondisi psikologis dimana keinginan telah mencapai taraf yang tidak rasional, mendorong individu untuk terus mengkonsumsi melebihi apa yang benar-benar diperlukan.

2.3.1    Aspek-Aspek Perilaku Konsumtif

Menurut Lina dan Rosyid (dalam Al syukuri, 2021: 15) menjelaskan bahwa aspek-aspek perilaku konsumtif merupakan indikator perilaku konsumtif, yaitu:

1) Pembelian Impulsif

Aspek ini menunjukkan bahwa perilaku pembelian seseorang biasanya bersifat emosional, terutama didasarkan pada keinginan sesaat dan dilakukan tanpa mempertimbangkan konsekuensi.

2) Pemborosan

Perilaku konsumtif sebagai salah satu perilaku membeli banyak barang tanpa kebutuhan yang jelas.

3) Mencari kesenangan

Suatu perilaku dimana konsumen membeli barang hanya untuk mencari kepuasan dan kesenangan, serta karena hobi.

Aspek-aspek perilaku konsumtif menurut Sumartono, 2002 (dalam Islamiyat, 2020: 4) yaitu:

1) Membeli produk karena penampilannya, orang-orang mudah terbujuk untuk membeli barang yang dikemas dengan rapi dan dihiasi dengan warna-warni.

2) Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi,orang-orang yang ingin menjadi pusat perhatian membelanjakan lebih banyak uang untuk perawatan penampilan.

3) Membeli produk berdasarkan pertimbangan harga (bukan atas dasar manfaat atau kegunaan), individu cenderung menjalani kehidupan mewah, yang berarti mereka menggunakan segala hal yang dianggap mewah.

4) Membeli produk hanya sekedar menjaga simbol status, Individu yang mampu membeli barang-barang mahal, seperti pakaian, berdandan, dan gaya rambut, dapat dianggap sebagai anggota kelas sosial yang lebih tinggi.

5) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model yang mengiklankan, dengan menggunakan apa pun yang dipakai oleh karakter idolanya, orang cenderung meniru perilaku mereka.

6) Munculnya penilaian masyarakat bahwa apabila membeli produk dengan harga mahal dapat menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi.

7) Mencoba lebih dari dua produk sejenis (dengan merek yang sama).

2.3.2   Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif

Faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif (dalam Rorin, Mauludin, dan Ria, 2020: 214) antara lain:

1) Faktor sosiologis

Status sosial ekonomi orang tua sangat memengaruhi bagaimana seseorang dianggap berada dalam masyarakat. Kedudukan sosial diklasifikasikan berdasarkan kekuatan, kehormatan, popularitas, ketokohan, kekayaan, dan pengetahuan.

2) Kelompok referensi atau kelompok sosial

Individu yang bukan anggota kelompoknya akan menggunakan kelompok referensi atau kelompok sosialnya sebagai acuan dalam tingkah laku dan kepribadiannya.

3) Faktor rasional dan emosional

Faktor rasional dan emosional sangat berpengaruh terhadap perilaku konsumtif. seseorang cenderung menggunakan faktor emosional saat memikirkan penampilan, gaya, dan gengsi daripada faktor rasional saat memikirkan keuntungan dan kegunaan, serta harga produk, yang merupakan hasil dari perilaku konsumtif.

Menurut Sumartono, 2002 (Wardani, dan Rita 2021) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumtif yaitu:

1) Faktor Internal

Faktor internal individu yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah motivasi, harga diri, observasi, proses belajar, kepribadian dan konsep diri.

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal yang berpengaruh pada perilaku konsumtif individu adalah kebudayaan, kelas sosial, kelompok-kelompok sosial dan referensi keluarga.

2.3.3    Indikator Perilaku Konsumtif

Tabel 2.1

Indikator Perilaku Konsumtif

 

No

Indikator

Deskripsi

1

Hadiah

Individu membeli suatu barang karena adanya hadiah yang ditawarkan jika membeli barang tersebut.

2

Kemasan

Konsumen sangat mudah terbujuk untuk membeli produk yang dibungkus dengan rapi dan dihias dengan warna-warna menarik.

3

Gengsi

Konsumen membelanjakan uangnya lebih banyak untuk menunjang penampilan diri.

4

Harga

Konsumen cenderung berperilaku yang ditandakan oleh adanya kehidupan mewah sehingga cenderung menggunakan segala hal yang dianggap paling mewah.

5

Status

Dengan membeli suatu produk dapat memberikan simbol status agar kelihatan lebih keren dimata orang lain, dengan cara membeli barang yang mahal dan memberi kesan berasal dari kelas sosial yang lebih tinggi.

6

Konformitas

Konsumen cenderung meniru perilaku tokoh yang diidolakannya dalam bentuk menggunakan segala sesuatu yang dapat dipakai tokoh idolanya.

7

Percaya diri

Konsumen sangat terdorong untuk mencoba suatu produk karena mereka percaya apa yang dikatakan oleh iklan yaitu dapat menumbuhkan rasa percaya diri.

8

Merk

Konsumen akan cenderung menggunakan produk jenis sama dengan merek yang lain dari produk sebelum ia gunakan, meskipun produk tersebut belum habis dipakainya.

Sumber: Sumartono 2002 (dalam Noveria 2020)

2.4       Daya Beli Konsumen

Daya beli konsumen adalah kemampuan konsumen dalam membeli banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu, dengan tingkat harga tertentu, pada tingkat pendapatan tertentu, dan dalam periode tertentu. Menurut Kotler dan Armstrong (2022) Daya beli konsumen mengacu pada kemampuan dan kemauan konsumen untuk membeli barang dan jasa yang tersedia di pasar, yang dipengaruhi oleh pendapatan, harga barang, dan faktor ekonomi lainnya. Menurut Tjiptono dan Diana (2023) Daya beli konsumen merupakan kekuatan finansial yang dimiliki oleh konsumen untuk memperoleh barang dan jasa yang diinginkan atau dibutuhkan, yang mencerminkan kesejahteraan ekonomi mereka.

Dapat disimpulkan bahwa daya beli konsumen adalah suatu konsep ekonomi yang menggambarkan kapasitas finansial dan kemauan konsumen untuk membeli barang dan jasa yang tersedia di pasar. Daya beli ini tidak hanya mencerminkan kemampuan konsumen untuk membeli dalam hal kuantitas, tetapi juga kualitas dan jenis produk yang dapat mereka akses. Faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli meliputi tingkat pendapatan, harga barang, dan berbagai kondisi ekonomi lainnya. Daya beli juga bersifat kontekstual, di mana ia dapat bervariasi tergantung pada pasar tertentu dan periode waktu tertentu. Lebih dari sekadar indikator ekonomi, daya beli konsumen juga dipandang sebagai cerminan dari kesejahteraan ekonomi masyarakat secara keseluruhan.

2.4.1    Faktor yang Mempengaruhi Daya Beli Konsumen

Faktor di bawah ini yakni poin-poin yang dapat berpengaruh terhadap daya beli yang dialami masyarakat dijelaskan oleh Triningsih Soewarno 2016 (dalam Ricky dan Mira 2021) antara lain:

1) Tingkat pendapatan: Suatu pembalasan jasa dari seseorang dari adanya tenaga atau pikiran yang sudah diberikan, umumnya berbentuk upah ataupun gaji merupakan pengertian dari pendapatan. Makin tingginya pendapatan seseorang, maka makin tinggi pula daya beli yang dilakukannya serta makin bermacam-macam hal-hal yang dibutuhkan dan wajib didapatkan, begitu juga apabila terjadi sebaliknya.

2) Tingkat Pendidikan: makin tingginya suatu tingkat pendidikan individu makin tinggi pula pemenuhan dari apa saja yang dibutuhkannya.

3) Tingkat kebutuhan: Setiap orang pasti memiliki perbedaan pada apa saja yang ia butuhkan. Misalnya terdapat yang rumah tinggalnya berada di perkotaan akan menjadi tinggi daya belinya dibanding dengan masyarakat dari pedesaan.

4) Kebiasaan Masyarakat: Era modern saat ini kecenderungan konsumerisme dalam masyarakat.

5) Harga Barang: Apabila terdapat kenaikan harga suatu barang akan mengakibatkan daya beli konsumen condong mengalami penurunan, begitu juga sebaliknya. Bab tersebut berimbang dengan adanya hukum permintaan.

6) Mode: Suatu barang dalam lingkungan masyarakat umumnya akan banyak dibeli dipasar apabila mengikuti trend yang menyebabkan pula bertambahnya suatu konsumsi pertumbuhan perekonomian masyarakat tentunya dapat mempengaruhi beroperasinya sebuah usaha, baik usaha dengan skala kecil, menengah maupun besar. Penting bagi penggerak usaha untuk perlu tahu indikator mana yang bisa berpengaruh dalam hal daya beli konsumen.

2.4.2    Indikator Pengukuran Daya Beli Konsumen

Tabel 2.2

Indikator Daya Beli Konsumen

 

No

Indikator

Deskripsi

1

Attention

Perhatian konsumen terhadap apa yang akan dibeli.

2

Interest

Ketertarikan konsumen terhadap apa yang akan dibeli.

3

Desire

Keinginan untuk membeli produk yang akan dibeli.

4

Action

Konsumen melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan.

Sumber: Rizky & Yasin 2017 (dalam Zulfikar 2019)

2.5       Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3

Penelitian Terdahulu

 

No

Penulis

Judul Penelitian

Hasil Penelitian

1

Rani Apsari Utamanyu, Rini Darmastuti 2022

Budaya Belanja Online Generasi Z dan Generasi Milenial di Jawa Tengah (Studi Kasus Produk Kecantikan di Online Shop Beauty by ASAME.

Tidak hanya harga, ulasan atau testimoni dari kerabat, dalam hal ini keluarga dan teman juga menjadi hal yang mempengaruhi perilaku belanja Generasi Milenial. Dalam berbelanja, Generasi Milenial berusaha untuk mencari pertimbangan-pertimbangan dalam Keputusan pembeliannya.

2

Ade Fadillah FW Pospos, Meliana Fiteri, Abduk Hamid 2023

Perilaku Konsumtif Mahasiswa dalam Belanja Online Ditinjau dari Perspektif Ekonomi Islam.

Dalam memenuhi kebutuhan Islam tidak menganjurkan pemenuhan keinginan dan kemewahan. Dalam memenuhi kebutuhan manusia, Islam menyarankan agar manusia bertindak sederhana. Secara umum, banyak mahasiswa yang mengeluarkan uang hanya untuk kepentingan penampilan saja, agar diterima di lingkungannya dan adanya perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih. Oleh karena itu pemikiran dan kebutuhanya mahasiswa meningkat karena adanya kebiasaan dan pola hidup mewah.

3

Wanda Asri Nurwahyuni, Reny Yuniarti 2023

Konsep Diri Dengan Perilaku Konsumtif Terhadap Produk E-Commerce Pada Generasi Z.

Berdasarkan hasil analisis keputusan diketahui bahwa terdapat adanya hubungan antara perilaku konsumtif pada produk e-commerce pada generasi Z dengan konsep diri. Hasil penelitian tersebut dapat diinterpretasikan bahwa semakin rendah keputus konsep diri pada generasi Z maka akan semakin tinggi keputusan konsumtif pada produk e-commerce.

4

Yayang Syania Sabilla Taqwa, Imam Mukhlis 2022

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumtif pada Generasi Z

Variabel gaya hidup diukur menggunakan empat keputusan yaitu nilai, aktivitas, penggunaan sosial media, dan e-commerce. Indikator penggunaan e-commerce mencakup pembelian pada generasi Z di Tulungagung pada platform e-commerce seperti Shopee, Tokopedia, dan Zalora dengan kategori nilai yang tinggi dibandingkan keputusan lain. Nilai dan aktivitas termasuk dalam kategori sedang yang mencakup kegiatan yang dilakukan responden terhadap minat dalam melakukan pembelian.

5

Zuhria Nurul 'Ainy 2020

Pengaruh E-Commerce Terhadap Perilaku Konsumtif Masyarakat di Kelurahan Karang Panjang Kota Ambon.

Konsumsi online shop memiliki intensitas yang cukup besar pada Online shop menjadi media yang sering digunakan dan dikunjungi oleh berbagai kalangan bawah atau kalangan atas, online shop mampu mengubah gaya hidup mereka menjadi konsumtif. Perubahan gaya hidup ini dipengaruhi oleh paparan informasi media yang tidak jauh berkaitan dengan kehidupan yang ada.

6

Muhammad Furqon, Novi Rukhviyanti, Lilis Suharti, Achmad Azhari 2022

Pengaruh Kualitas Produk dan Daya Beli Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Beras Lumbung Padi Indonesia (LPI) di Pasar Perumnas

Dengan produk yang berkualitas akan mendorong konsumen dalam mengambil keputusan pembelian dengan lebih baik lagi, sehingga tanpa ragu konsumen akan membeli produk kita

7

Aulia Lailatul Rachmawati 2019

Analisis Pengaruh E-commerce Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa (Studi Kasus Pada Mahasiswa di Prodi Manajemen Universitas Tidar)

Banyaknya bisnis online mempengaruhi gaya hidup konsumtif para mahasiswa yang masih memiliki keputusan atau keinginan yang berlebih mereka membeli barang secara online tidak diporsikan untuk kebutuhan tetapi mereka membeli barang di online shop tersebut hanya karena diskon yang tertera pada barang yang tersedia di situs-situs E-Commerce yang diberikan oleh penjual.

8

Laura Pandan Wangi, Sonja Andarini 2021

Pengaruh Flash Sale Dan Cashback Terhadap Perilaku Impulse Buying Pada Pengguna Shopee

Flash sale dan cashback secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku impulse buying pada pengguna Shopee. Flash sale dan cashback dua diantara 7 alat promosi dari sales promotion yang menimbulkan efek penjualan secara langsung atau segera atau cepat.

9

Lam Alif Saputro, F. Y. Khosmas, M. Basri 2021

Pengaruh E-Commerce Terhadap Perilaku Konsumtif Mahasiswa Pendidikan Ekonomi Fkip Universitas Tanjungpura Pontianak

Kategori tinggi artinya mahasiswa merasa berbelanja melalui E-commerce cukup menguntungkan. Mahasiswa merasa proses pembayaran pada E-commerce lebih cepat dikarenakan dapat menggunakan uang elektronik.

10

Muhammad Furqon, Novi Rukhviyanti, Lilis Suharti, Achmad Azhari 2022

Pengaruh Kualitas Produk dan Daya Beli Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Beras Lumbung Padi Indonesia (LPI) di Pasar Perumnas

Kualitas produk berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian menunjukan semakin tinggi kualitas produk akan meningkatkan pembelian. Sedangkan daya beli konsumen tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sehingga perubahan yang terjadi pada daya beli konsumen tidak berpengaruh terhadap keputusan pembelian

Sumber: Google Scholar

2.6       Kerangka Pemikiran

Sumber: Dibuat oleh Peneliti (2024)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun