Mohon tunggu...
Hana KhofifahUmniyah
Hana KhofifahUmniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

L-1485

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Ujung Perjuangan

10 November 2023   17:48 Diperbarui: 10 November 2023   18:08 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Oh iya. Saya bisa mengambilnya" lanjut Afya "Tapi tolong jaga putri saya ya sus? Tolong diawasi selama saya tinggal"

"Baik, Ibu. Kami sebisa mungkin akan menjaga pasien"

Setelah mendapat jawaban dari suster tersebut Afya segera pergi munuju rumahnya untuk mengambil perlengkapan pribadi milik Aleena. Afya berjalan tergesa. Sungguh jika tidak terdesar ia tidak akan meninggalkan Aleen. Pasti ia memilih untuk menemani sang putri. Ia berlari menuju rumahnya. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, kondisi kota ini tampak lebih kacau dari hari sebelumnya. Ia tabrak orang-orang yang berlalu-lalang, sama-sama tergesa dan kacau. Pikiran Afya hanya cepat sampai rumah dan kembali ke Aleena.

Sesampainya di rumah ia segera kemas segala keperluannya dan Aleen untuk beberapa hari. Karena ia tidak akan pulang untuk beberapa hari sampai Aleena sembuh dan diperbolehkan pulang.Sungguh dalam setiap langkah dan nafasnya kali ini, hanya doa atas kesembuhan Aleena yang mampu diucapkannya. Hanya kesembuhan Aleena harapannya. Ia segera langkahkan kakinya keluar rumah dan segera menuju rumah sakit tempat Aleena di rawat.

Di jalan keadaan sudah lebih kacau lagi dibandingkan keberangkatanya tadi. Entah serangan dimana lagi. Sungguh perjalanan Afya sangat sulit karena ia terus bertabrakan dengan manusia-manusia yang sama-sama berantakannya. Sampai pada titik tujunya, kenyataan pahit lagi-lagi harus ia telan. Tempat dimana putrinya di rawat tadi, sekarang diselimuti kobaran api. Tempat semestanya tidur tadi, hancur bersama cahaya merah di depan sana. Dimana ia harus menuntut kesembuhan putrinya, bahkan dokter yang berjanji akan menyembuhkan putrinya saja ikut hilang beserta janjinya.

Afya hanya berani menatap bagaimana pelan-pelan bangunan beserta semua isinya di dalam sana hangus menjadi debu. Debu abu-abu yang ikut terbang bersama angin. Debu abu-abu yang meninggi melangit bersama ribuan air mata dan tangis. Aleenanya sudah di sana, senyum di atas awan tanpa ketakutan. 

"Aleena pergi ikut ayahnya? Ibu sendiri lagi?" Afya hanya dapat menatap nanar kekacaan di depannya. Kondisi semakin kacau, bom disana sini, tembakan mulai tidak terhitung, dan manusia semakin banyak berguguran. Afya baru menyadari, Aleena memang lebih baik pergi dari tempat ini secepatnya. Bukan ke negara lain agar aman, tapi ke tempat yang jelas memberi keamanaan dan kebahagiaan bagi malaikat kecilnya. "Ibu titik jiwa ibu ke Aleen ya disana. Sampaikan sayang ibu ke ayah".  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun