Ada tanda tanya besar di wajah Marinta. Pasalnya, saat itu Aileen hanya bercerita pada Sesha. Dia pun mengklarifikasi pernyataan temannya itu.
“Selalu deh ketinggalan informasi,” sambar Sesha dengan nada sinis. Dan, dia dengan Marinta pun akhirnya terlibat cek-cok. Siklusnya memang seperti itu: Marinta ketinggalan informasi, Sesha mengejeknya, dan cek-cok. Namun, tentu saja khas teman akrab, bukan ibu tukang sayur yang menagih hutang pada pelanggan.
Aileen tersenyum melihat mereka atau kalau lebih menjurus, menikmati. Sebenarnya, hal itu terjadi akibat dirinya lebih suka bercerita pada Sesha ketimbang Marinta. Tanggapan yang akan Sesha berikan selalu bernada santai atau bercanda meski permasalahannya rumit. Namun, tetap terkandung ‘bantuan’ di dalamnya. Sebaliknya, gadis itu merasa kalau tanggapan Marinta lebih mirip seperti seorang ibu yang menasihati anaknya.
“Ayo, jadi nge-printke belakang kampus, nggak? Dua puluh menit lagi masuk, lho.” Aileen menengahi. Dia sudah mencangklong ranselnya dan membawa bungkus makanan yang siap dibuang ke tempat sampah.
“Oh iya, waktunya mami Thatit jangan sampai telat! Bisa-bisa kita dibahas sepanjang pelajaran,” kata Marinta seraya menepuk keningnya.
Menjelang petang, Malang dijatuhi air dari langit, deras. Katak-katak keluar dari persembunyiannya untuk menyanyikan lagu kebanggaan mereka. Sesosok gadis berpayung biru bergidik lantaran hewan amfibi itu berada tidak jauh dari kakinya. Dia melangkah lebar ke kanan untuk menjauh.
Hari pertama di musim penghujan kali ini sekaligus menjadi hari pertama Aileen mengikuti IELTS preparation[2]di kantor IDP di jalan Galunggung. Hampir sama seperti ke hotel Santika, gadis itu harus menempuh perjalanan selama kurang lebih satu jam dengan angkot. Padahal, kalau naik sepeda motor tidaklah sampai setengah jam. Hal ini dikarenakan rute angkot jurusan GML yang dinaikinya melewati gang-gang sempit segala.
Tempat les Aileen dengan di mana dia turun tidak persis di depannya. Dia harus turun di perempatan, kemudian berjalan ke kiri kira-kira 300 meter. Pun, saat dia pulang seperti saat ini. Berjalan dengan arah yang berkebalikan dan menunggunya di bahu jalan dekat universitas Kanjuruhan.
Good luck deh buat kamu. Kamu beruntung dikasih dukungan penuh sama orangtua. Niatmu juga nggak main-main. Aku yakin kamu bisa dapatin beasiswa itu.