Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hortensia [Side Story of Broken Youth novel]

3 September 2016   16:15 Diperbarui: 3 September 2016   16:39 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mata Rin terbelalak begitu mengenali sosok itu. Shigeru dan Katsuro? Benar dugaanku, kedatangan guru sok tampan itu mencurigakan. Ternyata dia memang berniat untuk membunuh Namie, karena rencana Shigeru saat itu gagal.

Meski Rin tidak mendengar keseluruhan pembicaraan mereka, untung saja ia mendengar kata kuncinya. Benar, Katsuro adalah orang jahat yang berpura-pura baik saja pada teman yang mulai akrab dengannya semester ini. Ini tidak bisa dibiarkan, ia harus segera memberi tahu Namie. Selain itu, ia sudah pernah berjanji pada gadis itu ‘kan kalau akan menjadi keberuntungannya lolos dari rencana pembunuhan oleh musuh ayahnya yang menaruh dendam?

G-gawat, rasanya sudah di ujung tanduk. Muka Rin mulai membiru, maka ia segera pergi ke kemar mandi dengan berlari.

***

Kemarin tidak ada kesempatan bagi Rin untuk mengatakan hasil mengupingnya pada Namie, jadi kali ini saat pelajaran seni rupa di halaman belakang sekolah, ia akan melakukan niatnya. Temannya yang berambut pendek itu sedang terduduk di kursi kayu bawah pohon dengan beberapa yang lain. Ia meminta dengan halus agar mereka pindah tempat, karena akan membicarakan hal penting secara empat mata dengan Namie.

Rin mulai terduduk, dan Namie sudah menyambutnya dengan tatapan-siap-mendengarkan. Si Okumura itu lantas mengatur duduknya sesantai mungkin.

“Sebenarnya aku ingin mengatakannya langsung, tapi baru bisa sekarang.” Rin berhenti sejenak setelah memberikan epilog. Kemudian, ia menjelaskan bagaimana proses dan tempatnya menguping pembicaraan dua orang itu. “Pantas saja dari awal perasaanku tidak enak kalau kau dekat-dekat dengan dia. Ternyata, dia berbahaya, kan?”

Reaksi yang Namie tunjukkan bukannya terkejut, karena berhasil masuk jebakan, tapi ia justru tersenyum. Rin tercenung, apa perkataannya barusan tidak bisa dipercaya? Kenapa gadis itu lebih percaya pada seseorang yang belum lama dikenalnya? Apa mungkin…

 “Sebenarnya aku sudah mencurigai kedatangannya yang terkesan sudah terencana. Selain menjadi guru Fisika dadakan, dia juga merangkap sebagai guru olahraga. Aku juga tidak sengaja pernah melihat Shigeru menatapnya dengan kebencian.” Ia mengembuskan napas dari mulut, lalu menambahkan. “Aku menyambut kedekatan itu hanya untuk menjebaknya balik saja.”

  Air muka Rin mendadak frustrasi. Jadi, Namie sengaja tidak memberi tahunya, lalu kesan yang ia rasakan, ia tiba-tiba saja ditinggalkan saat guru muda yang katanya sangat menarik itu merebut perhatian si gadis Yazukawa?

“Kau marah, ya Rin?” tanya Namie. Teman laki-lakinya itu tidak menjawab dan lebih memilih untuk menundukkan kepala. Gadis itu tampak sedikit gelisah saat memikirkan kata-kata yang cocok untuk meminta maaf. Meski Rin tidak mengatakan ‘iya,’ ia paham bagaimana pemuda itu kalau sedang marah. Wajahnya yang selalu bersemangat itu akan tampak aneh, dan disusul dengan sikap-sikap tidak biasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun