Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tersesat

11 Januari 2016   17:56 Diperbarui: 11 Januari 2016   17:56 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dastan tergelitik untuk mendekati seseorang yang terduduk sendirian di sudut taman. Pasalnya, gadis yang tidak dikenalnya itu terlihat sedang frustrasi. Sudah beberapa kali ini ia berdiri dari duduknya lantas mondar-mandir seperti setrika. Terduduk lagi, menggigit jari-jarinya secara bergantian. Dan, aksi terakhirnya yang berdiri di belakang bangku taman lalu membungkukkan badan, membuat Dastan semakin yakin untuk melancarkan niatnya.

Gadis itu tetap pada posisinya. Dastan berinisiatif untuk menyentuh pundaknya, kemudian memberi pertolongan yang tersirat dalam sebuah pertanyaan, "Maaf, ada yang bisa kubantu?"

Seraut wajah lusuh dengan sorotan mata yang sayu karena habis menangis yang Dastan dapatkan, seakan-akan menjadi jawaban atas pertanyaannya. Ya, gadis itu sangat membutuhkan pertolongannya. Ia pun mengajaknya duduk kembali.

"Apa kau sedang ada masalah?"

"Tidak, bukan masalah. Lebih tepatnya aku tersesat."

Dastan terkikik dalam hati. Ia juga sama seperti gadis itu yang tidak tahu arah. Makannya, ia menunggu temannya menjemput sembari bersantai di taman yang baru dikunjunginya ini.

"Kenapa kau terlihat sefrustrasi ini? Apa tidak ada yang tahu jalannya?"

Gadis itu berdehem. "Ya, tidak seorang pun di dunia ini yang tahu." Ia memberi jeda, lalu melanjutkannya kembali. "Bahkan, Google Maps atau GPRS sekali pun tidak tahu."

Ini pasti sebuah lelucon yang berbumbu teka-teki. Jangankan paham dengan perkataan gadis itu barusan, mengerjakan teka-teki silang saja Dastan tidak mahir. Singkatnya, ia payah dalam hal ini. Mungkin, bersikap apa adanya dengan mengatakan tidak tahu akan lebih membuatmu terlihat "normal" ketimbang berusaha menjawab, tapi, malah membuatmu konyol karena tidak masuk akal.

"Memangnya kamu tersesat di mana?"

"Di antara himpitan dan kesabaran."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun