Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Evanesce

13 Oktober 2014   15:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi hari adalah saat di mana aku bisa merasakan pelukan darimu. Ketika kehangatan itu menyatu dengan tubuhku, aku bernapas dengan begitu hikmat seperti asap yang keluar dari bekas korek api. Melayang-layang di udara seperti kebahagiaan yang menguap dengan cantik.

Tak ada alasan lain yang bisa membuat ia bahagia kecuali lelaki itu.Lelaki yang sudah bersamanya sejak tiga tahun belakangan ini. Lelaki yang berhasil membuat ia beranggapan bahwa dirinya tak sendirian.

Ketika persetujuan tidak mendukung hubungannya dengan lelaki itu, kenyataan pahit bernama perpisahan pun mengakhiri hubungan mereka.Rencana matang juga memperkuat perpisahan itu.

Lelaki itu bernama Cho Kyu Hyun. Kini ia berada di Amerika setelah pernikahannya dengan wanita cantik anak teman orangtuanya bernama Shin Ae Ra. Meninggalkan Young So Hwan dalam kesendirian. Dalam tangisan.

“Ayah, kapan pulang?”

“Aku juga tidak tahu kapan tepatnya.Pekerjaanku masih banyak.Ada apa?”

“Tidak ada apa-apa.Sewajarnya ‘kan aku bertanya seperti itu?”

So Hwan menjauhkan ponselnya dari telinga kemudian mengakhiri teleponnya sepihak dengan kesal.Kemudian, dari sepasang matanya keluar buliran bening yang sekarang sedang menetes dari pipinya.

Malam ini, ingatannya tiba-tiba saja memutar semua kenangan indahnya bersama Cho Kyu Hyun. Padahal, seharian ini ia berhasil untuk tidak memikirkannya. Tetapi tetap saja, itu hal yang sulit ia lakukan, terlebih tak ada yang disampingnya sebagai penyemangat.

“Ibu… aku rindu padamu.Bisakah kau datang dalam mimpiku?” ucap So Hwan.Ia menyenderkan tubuh pada tralis pembatas balkon rumahnya. Dadanya yang terasa sesak tampak naik turun saat buliran bening itu keluar tanpa ampun.Tak mengizinkan gadis itu untuk terlepas dari hal menyakitkan bernama kesedihan.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun