“Bagaimana?Tubuhmu terasa lebih hangat, kan?”
“Tentu saja iya,” balas So Hwan ketus.
“Sekarang rentangkan tanganmu, hirup udara dalam-dalam, dan pejamkan matamu. Ya, sama seperti yang aku lakukan tadi. Setelah itu ceritakan padaku apa yang kau rasakan.”
So Hwan memicingkan mata.“Kau aneh-aneh saja.”
Jong Woon mencubit pipi apel gadis itu dengan gemas.“Cepat lakukan, bodoh!Kau akan merasakan keajaiban nantinya.” Oh, ayolah… ini keadaan yang memalukan saat banyak pasang mata memerhatikanmu; karena keramaian yang kau lakukan di tempat umum. So Hwan akhirnya melakukan apa yang Jong Woon katakan.
Merasa lebih tenang.Itu yang pertama kali So Hwan rasakan. Dadanya terasa sejuk sama seperti udara pagi ini. Semakin lama, ia seakan menyatu dengan keadaan itu dan tubuhnya terasa ringan. Pikiran-pikiran yang tadi sempat membuat dadanya terasa berat, sirna seperti asap yang keluar dari bekas korek api.
Seperti… menguap?
“So, pasti ada kesempatan yang akan mempertemukan kita. Yakinlah… sekarang berjanjilah bahwa kau akan menjadi gadis yang kuat agar saat kita bertemu, aku tidak akan melihat dirimu yang menyedihkan tanpaku. Kau bisa, kan?”
“Hangat,” ucap So Hwan saat kedua matanya masih tertutup.Ingatannya saat ini sedang memutar kebersamaannya bersama Kyuhyun—sebelumnya momen perpisahan itu muncul terlebih dahulu.
Jong Woon ikut tersenyum saat melihat wajah seseorang di dekatnya yang juga tersenyum. Lantas ia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. Pandangannya mendongak.Melihat langit yang biru bersih.Aku bisa melihat kesedihan itu menguap. Lenyap ditelan sang langit. Kemudian, langit juga memancarkan kehangatan dari sinar matahari sebagai penenang, batinnya.
“Kyuhyun…” So Hwan membuka matanya kembali.