Mohon tunggu...
Gandis Octya Prihartanti
Gandis Octya Prihartanti Mohon Tunggu... Human Resources - A curious human

Manusia yang sedang menumpang hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Evanesce

13 Oktober 2014   15:11 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:13 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Bagaimana?Tubuhmu terasa lebih hangat, kan?”

“Tentu saja iya,” balas So Hwan ketus.

“Sekarang rentangkan tanganmu, hirup udara dalam-dalam, dan pejamkan matamu. Ya, sama seperti yang aku lakukan tadi. Setelah itu ceritakan padaku apa yang kau rasakan.”

So Hwan memicingkan mata.“Kau aneh-aneh saja.”

Jong Woon mencubit pipi apel gadis itu dengan gemas.“Cepat lakukan, bodoh!Kau akan merasakan keajaiban nantinya.” Oh, ayolah… ini keadaan yang memalukan saat banyak pasang mata memerhatikanmu; karena keramaian yang kau lakukan di tempat umum. So Hwan akhirnya melakukan apa yang Jong Woon katakan.

Merasa lebih tenang.Itu yang pertama kali So Hwan rasakan. Dadanya terasa sejuk sama seperti udara pagi ini. Semakin lama, ia seakan menyatu dengan keadaan itu dan tubuhnya terasa ringan. Pikiran-pikiran yang tadi sempat membuat dadanya terasa berat, sirna seperti asap yang keluar dari bekas korek api.

Seperti… menguap?

So, pasti ada kesempatan yang akan mempertemukan kita. Yakinlah… sekarang berjanjilah bahwa kau akan menjadi gadis yang kuat agar saat kita bertemu, aku tidak akan melihat dirimu yang menyedihkan tanpaku. Kau bisa, kan?”

“Hangat,” ucap So Hwan saat kedua matanya masih tertutup.Ingatannya saat ini sedang memutar kebersamaannya bersama Kyuhyun—sebelumnya momen perpisahan itu muncul terlebih dahulu.

Jong Woon ikut tersenyum saat melihat wajah seseorang di dekatnya yang juga tersenyum. Lantas ia meraih tangan gadis itu dan menggenggamnya erat. Pandangannya mendongak.Melihat langit yang biru bersih.Aku bisa melihat kesedihan itu menguap. Lenyap ditelan sang langit. Kemudian, langit juga memancarkan kehangatan dari sinar matahari sebagai penenang, batinnya.

“Kyuhyun…” So Hwan membuka matanya kembali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun