Adakah yang lebih sakit, selain melihat orang yang kita cintai harus membenci kita dan ingin membunuh kita sendiri?
Novel ini, menyuguhkan kisah yang membuat kita larut dalam setiap kalimatnya, menerima keadaan meski, kadang sesuatu itu tidak kita inginkan.
Hanya saja, dalam penulisan, saya merasa agak sedikit risih, dengan pemakaian kata ganti orang ketiga. Yang kadang, menggunakan kata "Saya" dan juga menggunakan kata "Aku" sebagai kata ganti orang pertama.
Agaknya ini, kurang konsisten.
Pada halaman 158 dan halaman 161, sedikit membuat aku sebagai pembaca bertanya dan berfikir, kondisi yang menjelaskan Rudi yang sudah lama tidak bertemu ayah, di bagian halaman 158 digambarkan bahwa Rudi sudah tiga bulan tidak bertemu dengan ayahnya. Nah, kemudian di halaman 158 pertemuan yang digambarkan tiba-tiba menjadi satu tahun.
Adapun pesan yang didapatkan setelah menyelesaikan buku ini, sepertinya penulis ingin menyampaikan pesan, bahwa. Kadang, dalam hidup ini, penuh dengan hal-hal yang tidak kita sukai.
Hanya saja, sebagai mahkluk hidup, setiap cobaan pasti datang menghampiri, entah itu kita dalam keadaan siap atau tidak.
Yang jelas, bagaimana kita harus bersikapa dengan ujian yang sedang dihadapi.
Kita bisa memilih dengan ujian yang diberikan, menjalani dengan tetap berusaha mendekatkan diri kepada snag pencipta, sehingga ujian yang datang menjadikan kita pribadi yang mampu bersyukur dan menjadi pribadi yang lebih hebat.
Atau sebaliknya.
Memaknai ujian dengan sikap depresi, menolak semua kejadian, sehingga semuanya menjadi semain buruk.