Oleh karena itu, bagi guru yang ingin menjadi guru penulis, harus memiliki keyakinan yang diimplementasikan dalam bentuk usaha nyata. Kemudian, mengeluarkan segala daya dan upaya yang dimiliki untuk merealisasikan impian tersebut hingga menjadi kenyataan.
Bentuk Implementasi Keyakinan
Keyakinan saja tidak cukup, untuk mewujudkan keinginan menjadi guru penulis yang handal. Karena, keyakinan hanya menjadi pondasi awal bagi kita yang saat ini bercita-cita menjadi guru penulis.
Sementara pondasi, bila tidak dilanjutkan dengan bangunan lainnya, seperti gedung, atap, pemberian jendela, hingga interior lainnya, hanya akan menjadi gundukan batu yang tak bermanfaat. Maka dari itu, pondasi harus dilanjutkan dengan hal lain, berbentuk kinerja nyata.
Analogi tersebut, rasa-rasanya cukup menyadarkan diri kita, bahwa keyakinan untuk menjadi seorang guru yang penulis, itu saja tidak cukup. Butuh pengorbanan nyata lain, yang harus kita lakukan. Sehingga impian menjadi guru yang penulis bisa terealisasi.
Selama saya menggeluti dunia kepenulisan, kemudian terjun di dunia pendidikan sebagai seorang guru (baca: dosen) di salah satu perguruan tinggi, saya menemukan setidaknya ada tiga kerja nyata yang harus dikerahkan oleh seorang guru yang ingin menjadi guru penulis.Â
Pertama: Kerja Keras
Saya orang yang kurang percaya pada motivator yang selalu mengatakan bahwa "saat ini bukan zamannya lagi bekerja keras, akan tetapi sudah memasuki kerja cerdas". Menurut hemat saya, konsep kerja cerdas hanya akan membuat kita panjang angan-angan. Dan akhirnya, membuat diri kita menjadi seorang pemalas.
Dalam artian, kita menginginkan sesuatu yang lebih dari orang-orang. Sementara kita tak menginginkan adanya pengorbanan lebih yang dikeluarkan oleh diri kita. Tentunya, sangat sulit untuk mendapatkan apa yang kita inginkan tersebut. Karena tak akan mungkin, kita ingin hasilkan sesuatu yang banyak. Namun, kita tak mau berkorban untuk mendapatkan hal banyak tersebut. Â
Maka dari itu, kerja cerdas harus dibarengi dengan kerja keras. Karena hanya dengan kerja keras, seseorang akan mampu wujudkan impian yang dicita-citakan. Kerja cerdas tanpa kerja keras, menurut saya sangat omong kosong. Yang sangat tepat ialah, kerja cerdas harus diiringi dengan kerja keras. Â
Semisal, kita sebagai guru ingin menjadi guru  yang lebih bila dibandingkan dengan guru lainnya. Salah satunya, ingin menjadi guru yang bisa menulis. Hanya saja, kita tak mau berkorban lebih. Umpamanya berkorban waktu, berkorban uang untuk membeli buku, berkorban uang untuk membeli tiket seminar kepenulisan. Rasa-rasanya impian tersebut, tak akan mungkin bisa tercapai. Karena, kita tak mau bekerja keras dengan mengorbankan sebagian yang kita miliki.