Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kepo dan Baper Minimalkan Peran

8 Juni 2023   19:38 Diperbarui: 8 Juni 2023   19:43 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepo dan Baper seckupunya dan seperlunya (Hamim Thohari Majdi)

Perempuan dalam peristiwa di atas bisa jadi karena terlalu kepo lalu mendapatkan informasi yang seharusnya tidak perlu tahu, membuat "neg" dan keringat dingin.

Dalam kehidupan sehari-haripun tidaklah terlalu mengebu ingin mengetahui dan menguasai semua informasi, padahal beberapa ada yang tidak dibutuhkan, bahkan ada yang toxic.

Otak bekerja berdasarkan sumber enerni yang dituang, gizi yang dibutuhkan otak berupa informasi. Informasi yang baik merupakan suplemen yang membuat kerja otak bringas dan trengginas. Sebaliknya bila informasi yang dituang dalam alam pikiran, kelabulah area pikiran, lambat laun menghitam dan tidak bisa memberi fatwa bagi pemiliknya.

Kepo boleh asala ada maksudnya dan tahu kadar kebutuhannya.

BILA TERJADI BAPER

kata panjangnya Baper adalah bawa perasaan, setiap ucapan orang lain dimaknai dengan menyertakan emosi yang berlebihan, dicerna dan dipikir berulang-ulang hingga menyesakkan arus lalu lintas kognisi dan hatinya.

Sikap baper atau dalam kecerdasan emosi disebut dengan simpati boleh dan sah-sah saja untuk dilakukan, namun janganlah kemudia kesertaan dalam menghayati pembicaraan orang, lalu menusuk-nusuk jantung dan menyobe telinga.

Apalagi kemudian baper membuatg semuanya lupa termasuk kontrol diri, lalu mengikut apa yang dikondisikan mitra bicara baik komunikasi verbalnya ataupun komunikasi non verbalnya.

Bagaimana mungkin pikiran bisa netral dalam bekerja, sementara diri individu telah memiliki visualisasi dan gambaran masa depannya., sehingga tidaklah terpenuhi harapan dan tujuan.

Orang lain bisa bercerita sedih, baik sebagai serita atau kisah nyata atau sekadar fiktif, menghadirkan keadaan bayangan dan figur bayaran.

CIUTKAN NYALI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun