Menarik sekali pendapat para ulama yang mengisyaratkan penolakan bukan dalam bentuk "membantah", maka orang tua harus peka dengan ekrpresi sang anak. Sehingga tidak membuka ruang perdebatan panjang dan menjadikan permusuhan seumur hidup.
BISAKAH KAWIN PAKSA MENCAPAI BAHAGIA
Ekspresi "kegamangan" seorang perempuan atas pernikahan yang dijodohkan, sebagaimana yang saya lihat dalam cerita di awal tulisn ini, ya seperti itu, banyak tingkah yang tanpa tujuan, ucapan yang gak jelas, namun sama sekali ucapan dan ekspresinya ditujukan kepada orang tua, ia hanya menikmati  "jeda" masa lajang dalam menyongsong rumah tangga dengan seorang yang tidak pernah terlintas dalam bayangan pikiran bawah sadarnya.
Perempuan yang menerima dan menjalani takdir kawin paksa, sebagaimana pendapat para ulama terlebih dahulu diberi kesempatan untuk melihat calon suaminya, hal yang demikian sebagai bahan untuk membayangkan sosoknya, sehingga si perempuan bisa menyiapkan diri dalam memerankan sebagai isteri yang baik dan patut dibanggakan.
Keterpaksaan dalam pernikahan karena dijodohkan, bukan berarti memadamkan api cinta, justru banyak terbukti pernikahan tanpa menjalani masa pacaran bisa bahagia, karena prinsipnya akan berpacaran ketika berumah tangga, ketika semuanya dibolehkan dan tidak lagi haru sembunyi-sembunyi atau menahan hasrat yang telah mencapai puncaknya.
Namun semuanya bergantung dari kesiapan atau tidaknya menerima pasangannya, karena ketidak relaan akan menjadikan penyakit dan berusaha membuat jarak dan pada akhirnya  menjauh dari pasangannya. Maka harus ada konsekuensi logis atas ketersediaan menerima takdir ini, sehingga apapun yang terjadi menjadikannya sebagai sumber kebahagiaan.  Â
 Sumber referensi Kitab Kifayatul Akhyar Karya Imam Taqiyuddin Abubakar Bin Muhammad Alhusaini, terj. KH. Syarifuddin Anwar dan KH. Misbah Musthafa, Penerbit Bina Iman Surabaya. Dan Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar oleh Drs. Moh. Rifa'i, Drs. Moh. Zuhri dan Drs. Salomo, Penerbit Karya Toha Putra, Semarang.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H