ATURAN BARUÂ
Melalui Surat Edaran Menteri Agama Nomo : P-005/ DJ.III/Hk.00.7/10/2021 tanggal29 Oktober 2021 Tentang  Pernikahan Dalam Masa Idah Istri, memuat lima (5) ketentuan :
- Pencatatan Perkawinan bagi duda dan Janda cerai dapat dilakukan dengan membuktikan akta cerai dari Pengadilan Agama yang telah dinyatakan inkrah
- Ketentuan masa idah istri akibat perceraian adalah kesempatan bagi kedua belah pihak untuk membangun kembali rumah tangganya.
- Bekas suami dapat menikahi perempuan lain setelah masa idah bekas isterinya selesai
- Apabila bekas suami menikahi perempuan lain dalam masa idah bekas isteri, maka berpotensi poligami terselubung
- Dalam hal bekas suami telah menikah dengan perempuan lain dalam masa idah bekas isterinya, mantan suami hanya bisa merujuk setelah mendapat ijin poligami dari Pengadilan.
PEREMPUAN BISA MENOLAK
Proses rujuk tidak bisa langsung dilaksanakan, meskipun bekas suami sangat berkehendak, tetapi bekas isteri tidak mau, maka tidak dapat dilakukan rujuk, tidak ada pemaksaan dalam rujuk dan rujuknya menjadi tidk wajib. Karena akan mengakibatkan kondisi yang tidak harmonis yang befrtentangan dengan tujuan perkawinan.
Sebagaimana tersebut dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) Pasal 164 "seorang wanita dalam iddah talak raj'i berhak mengajukan keberatan atas kehendak rujuk bekas suaminya di hadapan Pegawai Pencatat Nikah disaksikan dua orang saksi"
Jelaslah bahwa, kewenangan besar rujuk ada pada seorang wanita, meski bekas suami besar kehendaknya, cintanya sekonyong-konyong koder, tetapi bekas isterinya tidak berkenan, bagai cinta tak terbalas dan bertepuk sebelah tangan "mana mungkin"
Pada ketentuan ini sebenarnya memberikan arti, bahwa perceraian yang dikehendaki oleh seorang suami karena sesuatu hal, selain adanya perbuatan zina, adalah membuat luka dalam bagi sang isteri. Maka pasal 164 KHI memberi kewenangan kepada perempuan untuk mengijinkan bekas suaminya melakukan rujuk atau menolaknya.
Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) biasanya meninggalkan trauma bagi pihak perempuan atau hal-hal lain yang membuat kekecewaan mendalam bagi bekas isteri. Karenanya masa Iddah memberi waktu untuk berpikir dan menguatkan janji. Sehingga pihak perempuan harus mampu meminta jaminan kepada bekas suaminya untuk bisa menikmati  hidup rukun, penuh kasih sayang dan melindungi serta mencukupi. Â
Dengan tanpa maksud melakukan provokasi kepada para perempuan, maka janganlah gegabah melakukan rujuk kalau semuanya belum ada kepastian dan keseriusan bekas suami menuju jalan yang benar dalam berumah tangga, menuju cita cinta penuh mesra dan bahagia.
MEMBUAT PERNYATAANÂ
Pada ketentuan Surat Edaran Menteri Agama di atas ada poin yang memberi celah kepada bekas suami untuk menikahi perempuan lain. Pelaksanaan perkawinannya sebagaimana yang ada harus membuat pernyataan tidak akan merujuk bekas isterinya. Pernyataan ini memberi jaminan, agar perkawinannya dengan perempuan lain bisa dicatatkan di depan Pegawai Pencatat Nikah.