Mohon tunggu...
Hamim Thohari Majdi
Hamim Thohari Majdi Mohon Tunggu... Lainnya - Penghulu, Direktur GATRA Lumajang dan Desainer pendidikan

S-1 Filsafat UINSA Surabaya. S-2 Psikologi Untag Surabaya. penulis delapan (8) buku Solo dan sepuluh (10) buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Jangan Biarkan Anak Corat-Coret di Dinding

27 Agustus 2022   17:06 Diperbarui: 28 Agustus 2022   21:03 1568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi anak mencoret-coret dinding dengan krayon. (sumber: SHUTTERSTOCK/ALEKSWOLFF via kompas.com)

Anak, masa penempaan dan pengisian pengetahuan serta membangun dasar karakter. Belum memiliki keberanian atau ketakutan sebagai motif melalukan sesuatu. 

Perilakunya berjalan alami merespon apa yang diketahui, misal di meja ada makanan, diambillah makanan yang diinginkan dan kadang membuang atau menyingkirkan. Tidak terpikir oleh anak, makanan siapa, untuk siapa dan lainnya.

Proses pencarian jati diri dan pengasahan potensi diri mulai tampak pada hal-hal tertentu yang dilakukan berulang-ulang. Sebagaimana orang dewasa menyalurkan bakat dan hobi dengan fokus melalukan satu hal yang membuatnya bahagia.

Beberapa rumah yang memiliki buah hati masa balita atau kanak-kanak, tampak di beberapa sudut atau di tempat umum (misal ruang tamu) bekas coretan tangan (jahil) anak. Penekanan kata jahil dan berada dalam kurung, sebagai penegasan dan penekanan, bahwa sebagjan besar orang tua tidak suka aktifitas tangan jahil anaknya.

Beberapa respon orang tua yang mendapati anak mencorat coret tembok rumah, ada yang membiarkan, sebagian lain memberi ruang khusus, ada juga yang langsung mengecat kembali tembok rumah agar kelihatan bersih dan kejelasan warna seperti warna tembok di bagian lain.

PERHATIKAN MOTIVASINYA

Ketika anak sedang corat-coret, wajib bagi orang tua untuk memperhatikan motifnya, adakah yang dilakukan sang buah hati memiliki makna tertentu. 

Apakah dia melakukannya dengan penuh penghayatan, sekadar corat coret tanpa wujud atau tak berbentuk yang bisa dipandang secara awam.

Pada kasus tertentu anak melakukan corat-coret di ruang publik (ruang tamu)  dengan tujuan ingin mendapatkan perhatian. 

Sebagai upaya menumpahkan kekesalan dan kedongkolan  yang tidak menemukan saluran pembuangan, hingga tersumbat, membusuk dan menyebar bau. Dengan lakunya anak ingin orang tua atau yang lainnya menunjukkan rasa empati memberi pertolongan atau berbelas kasih. 

Kondisi di atas harus direspon oleh orang tua, bangun komunikasi dan dekatkan hatinya kepada sang buah hati, jangan biarkan hati anak semakin tercabik, disalahkan dan diberi hukuman serta diminta untuk membersihkan, bahkan yang lebih kasar lagi yaitu membuang pensil warnanya di bak sampah.

Sebesar apapun amarah orang tua, jangan tuang pada diri anak. Pandang dengan penuh kasih sayang, rogoh hatinya dan buang kotoran yang membuatnya dongkol, isi dengan air rindu, tuang lebih banyak cairan kasih dan sayang, hembuskan kalimat penguat "aku sayang kamu, nak".

Atau, tawarkan bantuan "ada  apa sayang, sini katakan pada ayah" dekapan orang tua menjadikan keputusasaan anak mengecil dan bangkitlah semangat hidupanya. 

Ilustrasi alat melukis. (Foto: Dok. pribadi)
Ilustrasi alat melukis. (Foto: Dok. pribadi)

DATANGKAN AHLINYA

Sisi lain dalam mensikapi anak yang suka corat coret dengan pendekatan kompetensi, mungkinkah sang buah hati memiliki minat melukis atau menggambar? Bagi orang tua yang awam akan dunia seni menggambar, konsultasikan kepada ahlinya.

Menggambar atau melukis bukan hanya berkutat kepada seni dalam kontek kesenian (keindahan). Lebih luas bisa mengarah kepada penataan warna dalam ruang dan bangunan. 

Tidak hanya mengabstraksikan gedung dalam keindahan gambar, juga bisa mengarah kepada desainnya, yaitu sebagai acuan pengerjaan sebuah gedung. 

Maka anak-anak yang senang mencorat coret memiliki salah satu indikator kecerdasan visual spasial dalam teori kecerdasan majemuk (multiple intellegence) yang menekankan kepada bakat dan kemampuan anak serta menyatakan bahwa tidak ada anak yang bodoh, semua anak memiliki kompetensi dan bisa dikembangkan. 

CIRI KERCEDASAN VISUL SPASIAL

Seseorang yang memiliki indikasi kecerdasan visual spasial adalah dengan mudah memahami  dan menikmati sebuah kulisan, gambar, desain, puisi dan warna warni. 

Hal-hal di atas bagi anak yang memiliki kecerdasan visul spasial dengan mudah memberi ruh dalam warna, ruangan, desain atau karya sastra. 

Imajinasinya mampu menghidupkan apa yang dilihat. Setiap warna memiliki makna, sehingga dipadukan dalam warna yang disesuaikan dengan fungsi dan selera. Karena mereka menggambar dengan memberi warna agar maknanya bisa dengan mudah ditangkap dan dinikmati.

Para desainer, arsitek dan pelukis adalah mereka yang memiliki kecerdasan visual spasial. Daya kreatifitas tinggi bekerja dengan garis dan warna. 

Cara berpikirnya sangat jelas dalam gambaran, imajinasinya mampu membuat rancang bangun dengan visi jauh ke depan melewati eranya, di luar nalar pada umumnya. 

CARA BELAJAR

anak-anak yang memiliki kecerdasan visual spasial lebih mudah menangkap informasi dengan cara mengamati. Kekuatan matanya mampu merekam dengan cepat dan mengeluarkannya secara singkat. Mereka senang membaca dan mengamati. Seperti foto kopi atau scaner, menangkap dengan cepat.

Dikisahkan ada santri menghafal AL Quran dengan waktu singkat tidak sampai setahun, selidik punya selidik, santri ini ketika menghafal mrnggunakan kekuatan mata untuk mengingat, halaman, baris atas dan bawah, kata terakhir dan awal di setiap halaman.

Hal tersebut  juga terjadi pada siswa siswi dengan rajin membaca bukan untuk dimengerti, tetapi diingat tata letak, bentuk tukisan, warna dan medianya. Tidak banyak bicara sekali lihat menempel dalam memori selamanya.

Tugas orang tua agar kompetensi buah hati dieksplorasi secara optimal, serahkan atau titipkan kepada ahlinya untuk mendapat pendampingan dan pengarahan agar kelak bisa menguatkan profesinya.

Siapkan wahana untuk menuang, jangan biarkan anak corat coret di dinding, karena sifatnya permanen. Siapkan papan tulis, buku gambar atau ruang  bebas berkreatifitas. 

Berbahagialah orang tua yang memiliki buah hati cerdas visual spasial, arahkan sesuai dengan bakat minatnya, jangan sampai kompetensi ini mati di tengah jalan, kian hari kian mengering hingga redup. 

Dalam anganku ada dunia
Bangun berjajar tetata rapi
Indah warna warni
Sumber inspirasi wujudkan mimpi

Biarkan aku memulainya dari satuan baris
Padu padankan dengan garis beriringan
Persegi panjang, segi tiga atau ruang terbentang
Di situlah isi kepalaku bisa dibaca

Maaf bila banyak wahana untuk berlatih
Agar semakin rapi dan terarah
Warna kupilih menguatkan rasa
Pada setiap sudut tak bisa berhenti dalam lingkaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun