Kondisi di atas harus direspon oleh orang tua, bangun komunikasi dan dekatkan hatinya kepada sang buah hati, jangan biarkan hati anak semakin tercabik, disalahkan dan diberi hukuman serta diminta untuk membersihkan, bahkan yang lebih kasar lagi yaitu membuang pensil warnanya di bak sampah.
Sebesar apapun amarah orang tua, jangan tuang pada diri anak. Pandang dengan penuh kasih sayang, rogoh hatinya dan buang kotoran yang membuatnya dongkol, isi dengan air rindu, tuang lebih banyak cairan kasih dan sayang, hembuskan kalimat penguat "aku sayang kamu, nak".
Atau, tawarkan bantuan "ada  apa sayang, sini katakan pada ayah" dekapan orang tua menjadikan keputusasaan anak mengecil dan bangkitlah semangat hidupanya.Â
DATANGKAN AHLINYA
Sisi lain dalam mensikapi anak yang suka corat coret dengan pendekatan kompetensi, mungkinkah sang buah hati memiliki minat melukis atau menggambar? Bagi orang tua yang awam akan dunia seni menggambar, konsultasikan kepada ahlinya.
Menggambar atau melukis bukan hanya berkutat kepada seni dalam kontek kesenian (keindahan). Lebih luas bisa mengarah kepada penataan warna dalam ruang dan bangunan.Â
Tidak hanya mengabstraksikan gedung dalam keindahan gambar, juga bisa mengarah kepada desainnya, yaitu sebagai acuan pengerjaan sebuah gedung.Â
Maka anak-anak yang senang mencorat coret memiliki salah satu indikator kecerdasan visual spasial dalam teori kecerdasan majemuk (multiple intellegence) yang menekankan kepada bakat dan kemampuan anak serta menyatakan bahwa tidak ada anak yang bodoh, semua anak memiliki kompetensi dan bisa dikembangkan.Â
CIRI KERCEDASAN VISUL SPASIAL
Seseorang yang memiliki indikasi kecerdasan visual spasial adalah dengan mudah memahami  dan menikmati sebuah kulisan, gambar, desain, puisi dan warna warni.Â