Mohon tunggu...
Hamidah Nurhayati
Hamidah Nurhayati Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar SMA

XI MIPA 3 Absen 14

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Hari di Kedai Tteokbokki

27 Mei 2022   22:32 Diperbarui: 27 Mei 2022   22:37 319
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu langit tampak begitu cerah, tidak seperti biasanya, gelap. Terlihat murid sekolah menengah atas Yaksaeng mulai meninggalkan sekolah satu persatu, sama halnya dengan Nara. Jika biasanya Nara pulang bersama Jina, kali ini ia harus pulang sendiri karena Jina akan ada perkumpulan yang memakan waktu cukup lama.

Saat di bus Nara merasa ada seseorang yang sedang memperhatikannya, awalnya ia tidak peduli namun saat ia menengok benar saja pemuda itu tertangkap basah sedang menatapnya. Nara tidak bisa melihat wajahnya, karena penampilannya sungguh aneh. Pemuda itu menggunakan pakaian serba hitam, lengkap dengan topi dan masker.

Untunglah sampai dihalte tujuan Nara, ia pun segera turun. Namun tanpa disangka pemuda itu ikut turun juga. Pikiran negatif di otak Nara pun mulai mengambil alih.

'Jangan-jangan dia seorang penguntit? Lalu ingin menculikku? Bagaimana ini?!!'

Nara berusaha berpikir cepat, ia memutuskan untuk berputar, tidak langsung menuju rumahnya. Untuk memastikan apa benar pemuda itu orang jahat.

"Hey, mau kemana? Bukankah arah rumahmu masih lurus?" teriak pemuda itu 

'Siapa dia? Bagaimana bisa ia mengetahui rumahku? Atau jangan-jangan dia sudah lama menguntitku? Eommaa!!'

Nara berlari kencang, dirinya sangat ketakutan. Melihat Nara berlari pemuda itu pun mengejarnya, dan sudah dapat dipastikan lari pemuda itu lebih cepat dari Nara. Pemuda itu berhenti tepat di depan Nara.

"Mengapa.. kau.. berlari? Ini aku.." ucap pemuda itu seraya mengontrol nafasnya yang terengah-engah.

Nara memberanikan diri melihat pemuda itu. Betapa terkejutnya ia setelah mengetahui jika pemuda itu ialah orang yang sangat Nara rindukan.

"Jungwoo?" ucap Nara masih tidak percaya.

"Iya, aku Jungwoo. Mengapa kau lari? Memangnya aku penjahat?"

"Bagaimana bisa kau disini? Bukankah agensimu itu sangat ketat? Lebih baik kau segera pergi sebelum ada yang melihatmu" pinta Nara cemas.

"Tenang Nara, kau tidak perlu terlalu khawatir seperti itu. Lagi pula jika aku seperti ini, siapa yang mengenaliku? Bahkan kau saja tidak menyadarinya" jawab Jungwoo bersikap seolah tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Bagaimana aku bisa tenang, kau saja bahkan belum debut. Jika tiba-tiba ada rumor itu akan menghambat karirmu"

"Aku hanya tidak sengaja melihatmu di bus, lalu aku teringat dengan masakan Paman  Han, ah memikirkannya saja membuatku lapar. Jadi aku memutuskan untuk berkunjung. Lagi pula sudah lama aku tidak pulang kerumah Halmeoni"

"Mengapa kau naik bus?" 

"Ah, itu..., aku hanya sedang cari angin saja" jawab Jungwoo dengan alasan yang dibuat seadanya.

"Tidak mungkin" Nara tidak percaya dengan apa yang dikatakan Jungwoo.

"Terserah kau saja" ucap Jungwoo tidak peduli, ia berjalan mendahului Nara.

Menyadari jika Jungwoo tidak menghiraukannya, Nara memilih untuk melupakan kecurigaannya, dan segera mengejar, mensejajarkan dirinya dengan Jungwoo.

"Dasar nakal" ucap Nara seraya mendaratkan satu pukulan ke bahu Jungwoo. Jungwoo hanya tersenyum melihat Nara.


---------------

"Bagaimana rasanya?" tanya Paman Han, menunggu


"Tteobokki Paman memang yang terbaik" ucap Jungwoo dengan mulut yang masih terisi penuh


"Pelan-pelan saja, paman akan memberimu yang banyak" ucap Paman Han dengan senyum hangat yang menjadi ciri khasnya


"Jeongmal?" tanya Jungwoo tidak percaya


"Geurae"


"Khamsahamnida" Jungwoo sangat bergembira

"Appa..., aku juga mau..." ucap Nara dengan serangan aegyo-nya yang tiba-tiba. Membuat sang Appa dan Jungwoo terkamjagiya.


"Aishhh, iya iya" jawab Paman Han sambil menggelengkan kepala melihat tingkah lucu putrinya itu. Lagi-lagi Jungwoo tidak bisa menahan senyumnya. Baginya apa yang dia lihat saat itu sungguh menggemaskan.

"Apa kau puas?" tanya Nara selesai menyantap makanannya


"Tentu saja, aku sudah lama tidak merasakan rasa ini" jawab Jungwoo dengan bangganya.


"Berlebihan" gumam Nara dengan wajah meremehkan


"Jangan lupakan, aku adalah pelanggan pertama restoran ini" tegas Jungwoo, melihat Nara pasrah ia pun merasa menang.

*flash back on*

"Jungwoo-yaa... uri-appa akan membuka restoran Tteokbokki minggu depan" ucap Nara kecil, terengah-engah setelah berlari menghampiri Jungwoo

 

"Jinjja?" balas Jungwoo kecil yang saat itu sedang membaca sebuah komik 

 

Nara tersenyum seraya mengangguk-anggukan kepalanya meyakinkan Jungwoo. Mereka pun saling berpegangan tangan dan berlompat-lompat kesenangan. 

*flash back off*

"Paman, aku ingin nambah" ucap Jungwoo pada Paman Han dan dijawab dengan isyarat jempol oleh Paman Han dari dapur.

"Benar-benar, seperti tidak pernah makan saja. Lihat! setumpuk itu hanya piring kotormu saja" omel Nara

"Tenang akan ku cuci"

"Huh, apa bisa dipercaya?" gumam Nara


"Bukankah dulu aku yang mencuci piring? Apa kau tidak ingat Han Nara-ssi?" ledek Jungwoo


"Ah, nae nae" balas Nara mengiyakan perkataan Jungwoo dengan malas

*flash back on*

"Paman, aku ingin menjadi pelanggan pertama. Apakah bisa?"


"Tentu saja bisa. Sebentar paman akan membuatkan seporsi untukmu"


"Terima kasih paman"


"Bagaimana rasanya?"


"Wow, ini sangat menakjubkan. Aku tidak pernah memakan masakan seenak ini. Kau memang sungguh hebat paman"


"Benarkah?" tanya Nara antusias dan dibalas dengan anggukan mantap oleh Jungwoo


"Terimakasih Jungwoo, sebagai pelanggan pertama kau ku beri tambahan satu porsi gratis"


"Serius paman?" jawab Jungwoo tidak percaya.


"Iya" balas Paman Han tersenyum. 

 

Tidak lama kemudian seorang pelanggan datang, disusul dengan pelanggan-pelanggan baru lainnya. 


"Pelanggan sudah mulai berdatangan, kalian di dalam saja ya" ucap Paman Han pada Nara dan Jungwoo 


"Nae" jawab Nara dan Jungwoo bersamaan


"Anak pintar" balas Paman Han mengusap lembut kepala kedua anak itu. Mereka berdua pun segera masuk kedalam rumah Nara dan bermain bersama. 

 

Semakin lama pelanggan semakin banyak. Ini diluar dugaan, rupanya keberuntungan berpihak pada Paman Han. Namun sangat disayangkan, Paman Han kurang persiapan. Seharusnya ia sudah memesan jasa seseorang, jika restoran ramai orang itu dapat membantunya. Tidak seperti saat ini, ia kewalahan. 

 

"Nara-yaa apa kamu bisa mencuci piring?" tanya Jungwoo pada Nara


"Aku hanya bisa mencuci piring plastik. Karena uri-eomma melarangku mencuci piring beling. Memangnya kenapa?" ucap Nara


"Aku ingin membantu Paman Han. Apa kau ingin ikut?" tanya Jungwoo. Nara mengangguk sebagai jawaban


"Kajja" ucap Jungwoo menggandeng tangan Nara. Mereka berdua memasuki restoran Paman Han


"Paman, aku bisa membantumu mencuci piring" ucap Jungwoo mengutarakan maksud kedatangannya


"Tidak perlu, Paman bisa sendiri nanti bajumu basah" tolak halus Paman Han


"Halmeoni memberiku tugas untuk mencuci piring, dan aku melakukannya setiap hari" jelas Jungwoo meyakinkan Paman Han


"Benar seperti itu?" tanya Paman Han mulai yakin


"Iyaa" jawab Jungwoo 


"Yasudah, kalian cuci piring yang ada di wastafel. Paman minta kalian hati-hati ya" pinta Paman Han 

 

Dua jam kemudian restoran mulai sepi pengunjung, waktunya mereka bertiga istirahat. 


"Wah kalian memang hebat. Paman tidak menyangka kau sepandai itu mencuci piring, Jungwoo" ucap Paman Han 


"Terima kasih Paman" balas Jungwoo kesenangan dipuji


"Oh iya, apa bisa aku membantu Paman seperti ini setiap hari? Sebagai gantinya paman akan memberikanku satu porsi makanan gratis" ucap Jungwoo, membuka negosiasi dengan Paman Han.

 

Paman Han tertawa melihat tingkah Jungwoo, ia tidak menyangka anak laki-laki ini cerdas sekali. 


"Bagaimana Paman? " tanya Jungwoo tidak sabaran karena tidak langsung diberi respon oleh Paman Han 


"Baiklah Jungwoo, kau akan ku beri makanan gratis sebagai ganti atas kerja kerasmu membantuku" jawab Paman Han


"Yeaayyy" seru Jungwoo kegirangan 

*flash back off*

"Kau akan bermalam di rumah Halmeoni?" tanya Nara 


"Tidak, aku akan mampir sebentar lalu kembali ke perusahaan" jawab Jungwoo santai


"NARAA... apa kau bisa ke swalayan sebentar? Appa kehabisan daun bawang" teriak Paman Han dari dapur


"Nae Appa..., aku akan pergi" jawab Nara, ia pun segera masuk rumah untuk berganti pakaian

Tidak lama kemudian Nara kembali, dan segera mengeluarkan sepedanya.

"Mana uangnya Appa?"


"Ini, jika ada lebih bisa kau gunakan untuk jajan" ucap Paman Han


"Aku jalan" pamit Nara, paman Han segera masuk kembali ke restoran.


"Tunggu" teriak Jungwoo, Nara pun segera mengerem


"Wae?" teriak Nara


"Aku ikut" jawab Jungwoo berlari mendekati Nara


"Andwae! tubuhmu berat" tolak Nara sarkas. Tanpa aba-aba Jungwoo mengambil alih gagang sepeda membuat Nara terpaksa berpindah kebelakang.


"Hyaa! Jungwoo-yaa! seenak jidatmu saja. Kau pikir aku ini apa?!!" oceh Nara kesal dengan apa yang Jungwoo lakukan

"Mianhae Nara-ssi" balas Jungwoo dengan tawa kecilnya tanpa bersalah.

Jungwoo langsung menggowes sepeda tersebut. Ia tersenyum. Dirinya sungguh merindukan sikap jutek Nara yang terlihat menggemaskan dimatanya. Sudah dua tahun Jungwoo tidak bertemu secara langsung dengan Nara. Ia hanya bisa melepas rindu dari sambungan telpon. Itu pun jika Nara sedang dirumah neneknya, maka Jungwoo akan meminta sang nenek untuk memberikan telponnya pada Nara. Dan mereka pun baru bisa saling mengobrol.

Sejak bergabung menjadi trainee SN Entertainment, banyak hal yang harus ia relakan, termasuk masa-masa SMA nya, teman-teman, dan masih banyak lainnya. Ia memiliki harapan besar setelah berhasil debut nanti. Walau begitu ia tetap berharap orang-orang terdekatnya akan selalu memberikan support untuknya.

Salah satunya Nara, orang yang sangat Jungwoo sayangi. Seperti adik? atau mungkin lebih? Untuk saat ini dirinya masih belum bisa memastikan. Namun rasa ingin melindungi Nara selalu ada dibenak Jungwoo. Tidak perlu heran, karena Jungwoo dan Nara tumbuh dewasa bersama.

Sebenarnya selama ini tanpa Nara sadari Jungwoo selalu ada didekatnya. Jungwoo bahkan tau persis apa saja kegiatan Nara, kapan Nara pulang sekolah, dan siapa saja teman Nara. Jungwoo menggunakan waktu istirahat sorenya untuk menemui Nara secara tidak langsung.  

Saat sudah waktunya Nara pulang sekolah, Jungwoo akan memperhatikan Nara disebrang jalan. Jika Nara pulang bersama teman perempuannya, Jungwoo merasa tenang dan akan kembali ke agensinya. Namun jika melihat Nara pulang sendiri atau bersama laki-laki, Jungwoo akan mengikutinya diam-diam. Ia hanya ingin memastikan agar Nara aman dan baik-baik saja sampai rumah.

"Aku akan membeli ini, kau mau juga?" tanya Nara menawarkan sekaleng soda pada Jungwoo

"Boleh" jawab Jungwoo

Setelah selesai berbelanja mereka pulang.

"Eitss, berhenti sebentar. Aku harus menghabiskan soda ini, jika Appa sampai melihatnya aku akan dalam bahaya" jelas Nara, mereka pun berhenti di pinggir sungai Han.

Sejenak suasana berubah menjadi hening, suara riak air sungai mulai mendominasi. Sapaan angin pun mulai berdatangan dengan tidak beraturan, membuat rambut Nara berterbangan kesembarang arah.

"Apa kau lelah?" tanya Nara memecah keheningan diantara mereka, membuat Jungwoo tersentak dan sedikit tersedak.


"Tidak seperti yang kau bayangkan. Aku senang disana" jawab Jungwoo tidak ingin Nara khawatir


"Apa kau makan dengan baik? " tanya Nara lagi, membuat Jungwoo kebingungan


"Tentu saja, mereka menyediakan banyak makanan lezat disana"


"Apa kau pernah merasa kesepian?" tanya Nara kembali, Jungwoo semakin tidak mengerti, ada apa dengan Nara?


"Hei, bagaimana bisa aku kesepian? Aku memiliki banyak teman sesama trainee yang sangat peduli padaku" jawab Jungwoo dengan olahan kata yang ia buat senatural mungkin untuk kesekian kalinya.

Nara menolehkan kepalanya. Menatap mata Jungwoo dengan dalam, seperti mencari sesuatu yang membuat hatinya terasa mengganjal. Tak lama Nara langsung mengalihkan pandangannya lagi. Entah apa yang Nara temukan di mata Jungwoo. Sebuah kejujuran? atau kebohongan?

Salah satu staf SN Entertainment adalah pelanggan restoran Paman Han. Sudah beberapa kali mereka memesan makanan, tak jarang Nara lah yang mengantar pesanan itu sampai ke dalam gedung.

Suatu hari tanpa sengaja ia melihat Jungwoo sedang berlatih sendirian. Waktu telah menujukkan pukul satu malam, dimana seharusnya Jungwoo sedang beristirahat saat itu. Awalnya Nara ingin menemui Jungwoo, namun ia mengurungkan niatnya, ia tidak ingin mengganggu Jungwoo.

Dihari lain pun sama, tanpa sengaja ia melihat Jungwoo duduk sendirian didekat mesin minuman sambil memegang sebuah kertas yang Nara tebak itu adalah sebuah lirik lagu.

"Jika sudah habis ayo pulang. Paman Han pasti membutuhkan ini" ucap Jungwoo menyadarkan Nara dari lamunannya.

"Eh, iyaa" ucap Nara, berjalan mengejar Jungwoo yang sudah jalan lebih dulu


------------

"Halmeonie" teriak Jungwoo melihat Halmeoninya sudah pulang


"Aigooo cucuku" balas Halmeoni


"Anak tidak tau diri, kenapa tidak sering menjenguk Halmeonimu ini. Omoo... Omooo.... Aku sangat merindukanmu" ucap Halmeoni rindu seraya memukuli bokong Jungwoo

"Mianhaee Halmeoni, aku baru bisa datang sekarang. Lain kali aku akan datang lebih sering" balas Jungwoo

"Apa kau lapar?" tanya Halmeoni

"Tidak, aku telah makan direstoran Paman Han" jawab Jungwoo


"Aigoo... aigooo.... Bagaimana bisa kau makan tanpaku?" ucap Halmeoni


"Mianhaee Halmeoni" balas Jungwoo

Mereka pun saling melepas rindu dan bercerita-cerita. Tanpa sadar sekarang sudah pukul 6 sore. Jungwoo harus kembali.

"Halmeoni, mianhaee aku masih sangat ingin bersamamu. Tapi aku harus kembali ke asrama" ucap Jungwoo merasa bersalah pada Halmeoni

"Gwenchanaa... gwenchana.., aku harap kau selalu menjaga kesehatan, makan dengan baik, dan tidur yang cukup" pinta Halmeoni


"Siap Halmeoni" balas Jungwoo

Tak lupa Jungwoo berpamitan pada Paman Han dan Nara. Namun paman Han berkata jika Nara sedang beristirahat. Tidak ingin mengganggu, Jungwoo hanya menitipkan salamnya saja untuk Nara.

Setelah itu ia pergi, untuk kembali ke agensinya. Belum jauh dari rumah Paman Han, Jungwoo menengok, menatap jendela kamar Nara. Berharap Nara selalu bahagia. Setelah berhenti sesaat Jungwoo kembali berjalan. Namun tiba-tiba ada panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Yeobseo?" ucap Jungwoo

"Bogoshipda" suara dari panggilan telpon itu. Jungwoo merasa tidak asing dengan suara tersebut. Seketika ia langsung menengok kearah yang tepat dan melihat Nara sedang menatapnya dari kaca jendela kamarnya. Jungwoo terkesiap.

"Makan yang banyak, tidak perlu memikirkan hal yang membuatmu stres, dan jangan terlalu keras pada dirimu sendiri, kamu telah bekerja keras" ucap Nara kembali.

Jungwoo tertegun, dirinya masih tidak percaya jika Nara mengatakan itu untuk dirinya. Jungwoo hanya mengangguk sebagai jawaban, matanya tidak lepas menatap Nara dari kejauhan.

"Hati-hati" ucap Nara yang terakhir dan sambungan telpon terputus. Jungwoo tersenyum dan melanjutkan jalannya setelah melambaikan tangan pada Nara.

-End-

Mei 2019,

satu tulisan yang tersimpan rapi di memo

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun