Mohon tunggu...
Hamida Umalekhoa
Hamida Umalekhoa Mohon Tunggu... Institut Tinta Manuru -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Maya Jadi Nyata (Iqraini dan Zaman)

1 November 2017   23:10 Diperbarui: 1 November 2017   23:59 885
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berharap, khayal yang sama akan terpikirkan juga oleh zaman di tempat yang jauh. Si sosok pria yang memiliki sikap acuh tak peduli itu justru lebih menikmati keindahan alam bersama teman-temannya dari semua waktu tanpa jeda.

Mengunjungi teman dari rumah satu persatu hingga tuntas tak lupa pula selfie bersama maupun berpose sendiri di tepi pantai, sambil memandang luasnya laut tanpa memaknai seberapa tahannya laut menahan keluh pada gelombang dan badai.

Mungkin yang terpenting menurut zaman, dari pose bisa ter-upload gambarnya disertai caption pada dinding-dinding aplikasi terutama Facebook dan Instagram sambil melihat berapa banyak likers dan komentar dari pengemar sesama maya.

"Bagaimana jika Mark Zuckerberg tidak menemukan facebook kemudian dikembangkan di tahun 2004? Bagaimana jika Kevin Systrom dan Michel "Mike"  Krieger tidak menemukan instagram sejak 2010 yang bisa membagikan foto secara instan? Mungkin juga, kami bisa memulai cerita kami dari kejauhan dengan menulis bait-bait surat dengan kosa kata nan sopan, tanpa menyingkirkan moral sedikitpun?" Tanya Iqraini pada dirinya sendiri.

Pikiran iqraini terus berkecamuk dalam diam saat keluhnya tak kesampaian. Iqraini tak dapat berdebat banyak jika sedang berseteru bersama zaman.

Iqraini akan selalu kalah jika melawan dalam perdebatan zaman yang antusias, egois dan kata-kata yang datar dengan suara lebih keras seperti mendengar suara ombak membelah dinding karang di tepi pantai lepas.

Zaman dengan nada suaranya yang kasar akan menyembangi tawa jika suara iqraini makin kecil, lalu hilang tak terdengar paruh digagang teleponnya. Dengan begitu iqraini mulai meluruskan maksudnya-maksudnya yang dapat menyelamatkan diri dari percakapan dia dengan zaman

Waktu terus berjalan, seminggu telah berlalu iqraini terus dilanda rindu tak mengerti arah rindunya kemana, kembali membenci suasana lingkungan yang sama sekali tak mengkhianatinya.

"Aku masih selalu begini dan terus akan mendekap kisahku sampai aku kembali menjadi pemenang dalam perkara tak berujung baik" Tutup Iqraini.

Cerita ini terinspirasi sebagai apalikasi terhadap pengalaman melihat realita kegelisan perkembangan teknologi menyeret anak-anak muda dalam arus deras perubahan.

Jkt, 1 September 2017

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun