"Apapun bentuknya, apapun caranya. Media sosial itu sudah menjadi lingkunganku"Kata Pria yang memiliki senyuman paling dingin dikalangan teman-temannya.
Tiada tara mengenal pria pendosa yang mencoba untuk berhijrah, dibeberapa sosial media yang digunakannya menjadi tempat dirinya bersosialisasi, siapa lagi kalau bukan Zaman. Kilah Ikraini didepan layar laptopnya yang masih menyala sedari pagi.
Pria yang bernama lengkap Zaman Zihadi Fisabillah, Zaman yang familiar dengan senyuman yang dingin itu tiba-tiba saja berubah. Akhir pekan ini gelagat pria ini menjadi sedikit galak ketika suaranya dari telpon terdengar seperti orang dengan emosional terhadap suatu masalah. hanya kata terakhir yang waktu itu masih tersimpan sedikit rasa ketidakpuasan, ada apa dengan itu semua?
Kamu lagi ngapain? Kata Iqraini
Aku lagi malas, jangan dulu hubungi aku saat ini. Kata Zaman seberang dengan nada yang sedikit kesal.
Terakhir kata yang keluar dari obrolan beberapa minggu lalu via telepon itu masih membekas dalam ingatan, dan sangat menjadi beban bagi Iqraini.
Selang beberapa minggu, iqrainy berusaha dengan sigap memahami apa sebenarnya yang sedang terjadi pada  pria yang punya senyum manis itu.
Sedangkan Zaman, terus berusaha agar sikapnya yang tidak kurang dari mempermainkan perasaan  temannya. Sikapnya selalu tertutup rapat dengan nada suaranya keras dan bait-bait kalimat yang kurang wajar akhir -- akhir ini.
Iqrhaini Hidayah, nama panjang dari wanita yang terus mencoba untuk memahami sikap zaman, Â berharap semua cerita diantara mereka akan berakhir, tanpa peduli akhir cerita nanti menyedihkan ataupun sebaliknya.
Jeritan kedua orang terpelajar yang sesering menguras waktu dan energi saling membayangkan awal terbentuk cerita mereka yang sama sekali tidak terbayangkan sebelumnya. Keduanya adalah anak muda yang berbeda karakternya
Dalam diam, dia membayangkan mungkinkah semua ini adalah skenario Tuhan? Atau justru sebaliknya?
Tanpa disadari, dirinya justru terjerumus oleh hasutan iblis. Meski dia tahu disepanjang sejarah peradaban manusia akan terus digoda oleh iblis dengan macam-macam rayuan. Dia tidak perduli hal semacam itu.
"Aku tetap semangat untuk membayangkan hal-hal yang sampai pada akhirnya akulah yang menang dalam perkara ini" kata Iqraini saat dirinya menikmati suatu sore di taman depan rumah.
Iqraini menghentikan alur pikirnya yang masih berupa angan kosong itu sesaat setelah dirinya dikagetkan dengan suara dering pesan Via WA di handphone nya.
"lagi apa beb" kata temannya pada pesan wa yang deringnya memecahkan konsentrasi iqraini.
"lagi didepan aja, nikmatin sore Raa" jawab iqraini, membalas pesan Rara teman akrabnya.
Lima menit kemudian tak ada lagi balasan dari Rara.
Hening, kemudian menciptakan kedamaian dalam ruang gelap tanpa cahaya. Iqraini masih melanjutkan angannya membayangkan sosok lelaki yang beginya adalah masalah, masalah masa lalunya.
Sedangkan diseberang yang jauh, zaman  sama sekali tidak hiraukan dengan apa yang sebenarnya terjadi disela-sela pertunjukan drama sikapnya. Acuh, bahkan sama sekali tidak peduli apa yang dirasakan temannya yang satu ini.
Seperti biasanya, keseharian zaman sebagai anak muda yang suka pada perjalanan-perjalanan yang memberikan inspirasi baru dalam hidupnya. Ia justru pergi berlanglang buana mengahabiskan waktu libur di kampung kelahirannya.
Sesering iqraini hendak menanyakan  keberadaannya, pesan singkat WA serta menelponnya tidak luput dari awas iqraini terhadap kekhawatirannya pada zaman. Masih sama seperti sebelumnya, zaman tetap tak perduli terhadap kekhawatiran iqraini atas dirinya.
Layar handphone yang masih terjaga, tidak lepas dari mata iqraini yang tetap menatap seraya berharap balasan dari dari seberang yang jauh.
Masih dalam diam dia memikirkan apa gunanya benda yang ada ditangannya, jika dirinya tidak pernah mendapatkan jawaban atas setiap pertanyaan, pertanyaan dan pertanyaan yang dia sampaikan.
Perdebatan demi perdebatan, tanya demi tanya yang semakin lama makin memecahkan lamunannya. Dalam hatinya, Iqraina berbisik "Perkembangan IT begitu cepat mengubah manusia tumbuh menjadi individualitas yang modern. Seluruh penjuru bahkan dibelahan benua, manusia dapat menyapa dan saling kenal mengenal tanpa mengulurkan tangan untuk bersalaman. Mengapa saat ini belum juga ada jawab darinya?"
Demikian berbeda dengan zaman dan iqraini yang bisa berkenalan sambil mengulurkan tangan sambil menyebut namanya masing-masing waktu berpapasan di kantin kampus tempat mereka menimba ilmu tujuh hari yang lalu.
Mengawali perkenalan dengan canda, dan tawa-tawa kecil, sesekali saling melepas senyum yang sarat maknanya. Iya, hanya mereka berdua yang dapat menerjemahkan arti senyum itu
Kenyataanya menjadi berbalik dari yang diharapkan Iqraini. "Yang maya akan cepat menjadi nyata dan nyata nampak menjadi maya" Ketus iqraini dalam hati.
Ingatannya kembali terarahkan pada sepulu hari kemudian. Menurut filling hubungan, antara kedua hati sudah mendekati klimaksnya menjadi satu ikatan yang memberikan bahagia.
Kali ini yang dipikirkan iqraini sekian persennya benar, iqraini kemudian menjadi wanita yang maya hanya bisa memikirkan kedua  jempol jari zaman mengantarkan pikiran zaman mengelilingi dunia.
Menurut iqraini, hal serupa dilakukan zaman diwaktu siang maupun malam tanpa perduli dirinya yang maya akan menjadi nyata ketika zaman tengah dihantam keroncongan dalam lambung atau keringnya saluran tenggorakan.
Tak pelak semua dipelajari iqraini tanpa ada sedikit pun penyesalan dalam perkenalan itu, justru lebih banyak berdamai dengan suasana hatinya. "Suasana seperti ini akan menambah pengalaman bagiku ketika kedepan diriku diambang bahtera rumah tangga" cetus nya sambil kerutkan dahi.Â
Sempat iqraini terpikirkan dirinya akan berucap terima kasih kelak jika bertemu lagi dengan zaman diusia yang mapan dari semua aspek dengan perkembangan teknologi yang begitu masif.
Selang tiga minggu kemudian. Khayalnya bersama keluarga besar, Iqraini berpapasan dengan zaman ditengah keramaian suatu pesta rakyat musim panen, sambil membayangkan saat mengulurkan tangan lalu mengucapkan kata terima kasih seiring melirik siapakah wanita sedang mendampingi zaman sambil menggendong bayi mungil yang lucu?
Berharap, khayal yang sama akan terpikirkan juga oleh zaman di tempat yang jauh. Si sosok pria yang memiliki sikap acuh tak peduli itu justru lebih menikmati keindahan alam bersama teman-temannya dari semua waktu tanpa jeda.
Mengunjungi teman dari rumah satu persatu hingga tuntas tak lupa pula selfie bersama maupun berpose sendiri di tepi pantai, sambil memandang luasnya laut tanpa memaknai seberapa tahannya laut menahan keluh pada gelombang dan badai.
Mungkin yang terpenting menurut zaman, dari pose bisa ter-upload gambarnya disertai caption pada dinding-dinding aplikasi terutama Facebook dan Instagram sambil melihat berapa banyak likers dan komentar dari pengemar sesama maya.
"Bagaimana jika Mark Zuckerberg tidak menemukan facebook kemudian dikembangkan di tahun 2004? Bagaimana jika Kevin Systrom dan Michel "Mike" Â Krieger tidak menemukan instagram sejak 2010 yang bisa membagikan foto secara instan? Mungkin juga, kami bisa memulai cerita kami dari kejauhan dengan menulis bait-bait surat dengan kosa kata nan sopan, tanpa menyingkirkan moral sedikitpun?" Tanya Iqraini pada dirinya sendiri.
Pikiran iqraini terus berkecamuk dalam diam saat keluhnya tak kesampaian. Iqraini tak dapat berdebat banyak jika sedang berseteru bersama zaman.
Iqraini akan selalu kalah jika melawan dalam perdebatan zaman yang antusias, egois dan kata-kata yang datar dengan suara lebih keras seperti mendengar suara ombak membelah dinding karang di tepi pantai lepas.
Zaman dengan nada suaranya yang kasar akan menyembangi tawa jika suara iqraini makin kecil, lalu hilang tak terdengar paruh digagang teleponnya. Dengan begitu iqraini mulai meluruskan maksudnya-maksudnya yang dapat menyelamatkan diri dari percakapan dia dengan zaman
Waktu terus berjalan, seminggu telah berlalu iqraini terus dilanda rindu tak mengerti arah rindunya kemana, kembali membenci suasana lingkungan yang sama sekali tak mengkhianatinya.
"Aku masih selalu begini dan terus akan mendekap kisahku sampai aku kembali menjadi pemenang dalam perkara tak berujung baik" Tutup Iqraini.
Cerita ini terinspirasi sebagai apalikasi terhadap pengalaman melihat realita kegelisan perkembangan teknologi menyeret anak-anak muda dalam arus deras perubahan.
Jkt, 1 September 2017
Institut Tinta Manuru
@hamida_umalekhoa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H