Mohon tunggu...
Hamdanul Fain
Hamdanul Fain Mohon Tunggu... Penulis - Antropologi dan Biologi

Membuat tulisan ringan. Orang Lombok.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Elang, Angin, dan Kanopi

22 Mei 2016   16:44 Diperbarui: 1 April 2017   08:47 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: www.burung.org

Biru bersamaku, membentang meliputi kepakkan sayapku

Hamparan kanopi, bebatuan, lautan, menyelimuti bumi

Aku elang melintasi atmosfir

Kututup mata dan kurasakan belaian udara yang bergerak

Merasa lepas, bebas dan tanpa kandas

Kubuka mata dan biarkan tubuh menghunjam ke arah bumi

Di atas segara biru kembali kukepak sayap kuat-kuat

Kucengkeram seekor ikan yang meloncat, keluar dari persembunyian

Lepas sudah rasa lapar yang menghantui

Aku elang melintasi bumi

Hanya bersahabat dengan kebosanan dan sepi

Terkadang aku terbang berkawan lelah

Di lain waktu lebih banyak bercengkrama dengan bayang-bayangku sendiri

Di bawah pepohonan, di dahan, bahkan di semak tak bertuan

Aku elang terbiasa hidup berkawan kesendirian

Terkadang terbang melewati keramaian yang tidak kusukai

Pun hanya berlalu...

...

Dia kepakkan sayapnya untuk melawan terpaanku

Aku angin, udara yang haus pada keseimbangan tekanan

Kadang lembut, semilir

Di lain masa, kuhempaskan tanpa kenal kawan

Aku angin di atmosfir bumi

Seringkali elang menantang, beradu nyali dengan keganasanku

Aku suka, aku suka ia yang sendiri melintasi bumi

Ia terbang karena melawan arah tarianku

Sebuah ketetaapan yang tidak mungkin terbantahkan

Dari Yang Maha Pencipta Semesta

...

Dia bagaikan menginjakkan kaki-kakinya yang penuh bulu di atas kepalaku

Ia berkawan bosan dan kesendirian, berlayar di atmosfir

Ia elang, dan aku kanopi

Aku menghalangi terpaan mentari yang ingin membelai bumi

Biar kuserap sepuasnya dan kuberikan aneka bunga, bebijian dan buah-buahan

Aku menghijau, menutupi tanah penuh lumut dan semak

...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun