Mohon tunggu...
Fathul Hamdani
Fathul Hamdani Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Tak penting dimana kita terhenti, namun berikanlah penutup/akhir yang indah

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Prinsip dalam Memilih Pemimpin Daerah yang Berkualitas di Tengah Pandemi Covid-19

9 November 2020   18:31 Diperbarui: 18 November 2020   05:41 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PEMBAHASAN

Maju atau tidaknya suatu daerah dan bangsa sangat tergantung pada pemimpinnya, oleh karena itu jadilah pemilih yang cerdas untuk bisa menghasilkan pemimpin yang berkualitas agar bisa mengelola daerah dan bangsa dengan profesional dan berintegritas. 

Pertanyaannya bagaimana menjadi pemilih yang cerdas?

Pertama, jadilah pemilih yang mampu menggali rekam jejak calon pemimpin. Telusuri riwayat calon pemimpin tersebut didalamnya terkait latar belakang keluarga, pendidikan dan bagaimana aktifitasnya di masyarakat, karena tidak semua yang disampaikan atau dijanjikan oleh seorang kontestan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya, sehingga masyarakat bisa mengetahui sebelum menentukan pilihannya.

Kedua, jadilah pemilih yang rajin mencari informasi dan mempelajari program dan visi misi yang ditawarkan kepada masyarakat. Visinya relevan dengan kebutuhan masyarakat, terukur atau realistis dan mudah dipahami. Misi yang diusung harus mampu menterjemahkan visi yang disampaikan. Jangan sampai berbanding terbalik dengan visi yang ada.

Begitu juga dengan program yang ditawarkan oleh para kontestan, program yang baik seharusnya adalah penterjemahan secara teknis dari visi dan misi. Pemilih yang cerdas harus mampu menjadi "penterjemah" yang bisa menilai program yang disampaikan realistis atau hanya ingin menyenangkan "sesaat" hati masyarakat serta apakah benar-benar sesuai dengan kebutuhan publik atau "tiba saat tiba akal".

Ketiga, jadilah pemilih yang mengedepankan rasionalitas dalam memilih. Memilih pemimpin berdasarkan penilaian yang objektif dan komprehensif tanpa dipengaruhi oleh tekanan pihak lain, tidak memilih berdasarkan suku, daerah, agama dan tidak dipengaruh oleh faktor hadiah/uang tetapi memilih karena kontestan tersebut berintegritas, rekam jejaknya baik dan memiliki sikap kenegarawanan.

Keempat, tidak mudah termakan hoax dan terpecah belah oleh isu sara.
Seperti yang kita ketahui bahwa sosial media saat ini marak menyebarkan berita hoax yang disebarkan oleh orang-orang tak bertanggung jawab untuk membuat kerusuhan dan suasana politik semakin panas.

Dari kubu mana pun berusaha menangkal hoax dan melawan fitnah yang menimpa mereka. Dan biasanya para pendukung yang anarkis yang menyebarkan hoax untuk memenangkan pemimpin pilihannya. 

Bahkan permasalahan agama dan golongan saat ini pun kian menjadi, entah dimana rasa persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia saat ini. Maka bijaklah dalam menanggapi suatu berita, jangan sampai termakan hoax dan terpecah belah oleh isu sara. Kita adalah Rakyat Indonesia yang penuh dengan kebergaman, nikmatilah perbedaan dan kuatkan persatuan.
Kelima, katakan tidak pada money politics. 

Bagaimana bisa disebut Pemilih Cerdas jika suara kita dapat dibeli hanya dengan 100 ribu saja? Bagaimana seorang calon pemimpin berani membeli suara rakyat hanya dengan nilai rupiah ? padahal belum terpilih jadi pemimpin apalagi jika sudah memimpin, mungkin hukum pun akan dipermainkan! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun