Mohon tunggu...
Fathul Hamdani
Fathul Hamdani Mohon Tunggu... Penulis - Pembelajar

Tak penting dimana kita terhenti, namun berikanlah penutup/akhir yang indah

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Memahami Diri: Antara Persepsi, Ketidaktahuan, dan Kesadaran

30 Juli 2020   07:36 Diperbarui: 8 Agustus 2020   21:26 1631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi Francis Bacon, filsuf modern, kesalahpahaman adalah Idol-idol yang menutupi mata kita dari kebenaran. Anthony de Mello menyebutnya sebagai programming atau pengkondisian yang begitu kuat mempengaruhi cara berpikir dan cara kita merasakan sesuatu.

Oleh karena itu, memahami diri pada intinya adalah proses untuk menyadari segala sesuatu yang ada di dalam diri manusia. Kesadaran yang saya ungkapkan inilah yang menurut Socrates sebagai "Gnotie Seauton", yakni suatu metode yang menunjukkan sebuah kepentingan kemanusiaan yang bersifat fundamental dalam hal memahami dan mengkonstruksikan pikiran, yang merupakan salah satu ciri khas dari keberadaan manusia.

Menurut Socrates, manusia dengan pikiran atau kesadarannya, seolah melangkah maju dari usaha untuk menyingkap misteri satu menuju misteri-misteri lain yang kian mekar, di dalam hidupnya. Atau dengan kata lain, manusia dengan pikiran atau kesadarannya, seolah bergerak dari satu ketidaktahuan menuju ketidaktahuan baru dalam hidupnya. 

Kesadaran inilah yang akan membawa manusia dari ketidaktahuan menuju sebuah kebijaksanaan dalam hidup. Hidup tanpa memaksakan persepsi kita kepada orang lain, menyadari bahwa persepsi yang kita rasakan bukanlah suatu kebenaran yang bersifat mutlak, serta menghargai persepsi orang lain tanpa menjustifikasinya sebagai suatu kesalahan. 

Karena pada dasarnya dengan menyadari ketidaktahuan dalam dirilah, manusia bisa merasa bahwa apa yang ia persepsikan belum tentu sebuah kebenaran.

Tidak bisa kita pungkiri, bahwa di tengah kompleksnya kehidupan saat ini, seringkali permasalahan yang kita hadapi justru timbul dari pikiran atau bahkan persepsi kita sendiri, kesalahpahaman, amarah, benci, dan lain sebagainya adalah buah dari pikiran yang tidak bisa dikonstruksikan di dalam sebuah kesadaran. 

Oleh karena itu, kunci untuk mencegah hal tersebut adalah dengan memahami hakekat dan gerak pikiran manusia. Setiap bentuk konsep adalah hasil dari pikiran manusia. Dengan konsep itu, manusia lalu menanggapi berbagai keadaan di luar dirinya. Dalam hal ini, emosi dan perasaan juga merupakan hasil dari konsep yang berakar pada pikiran manusia.

Apa ciri dari pikiran manusia? Ada tiga ciri mendasar, yakni tidak nyata, sementara dan rapuh. Pikiran itu bukanlah kenyataan. Ia adalah tanggapan atas kenyataan. Pikiran dibangun di atas abstraksi konseptual atas kenyataan. Pikiran juga sementara. Ia datang, ia pergi, dan ia berubah.

Cuaca berubah, maka pikiran juga berubah. Ketika manusia lapar, maka pikirannya pun melemah. Begitupun sebaliknya, ketika perut kenyang, pikiran bekerja lebih maksimal. Ini  menegaskan ciri selanjutnya, bahwa pikiran itu rapuh.

 Apa yang kita pikirkan sama sekali belum tentu benar. Bahkan, keyakinan kita atas pikiran kita cenderung mengarahkan kita pada kesalahan dan penderitaan, baik penderitaan diri sendiri maupun orang lain. Pikiran kita begitu amat mudah berubah, dan ini jelas menandakan kerapuhan dari semua bentuk pikiran kita.

Sehingga, dengan berangkat dari uraian di atas, segala macam perasaan negatif yang ada dalam diri kita, amarah, benci, kesalahpahaman, penderitaan, dan lain sebagainya sesungguhnya bisa dilampaui ketika kita berakar kuat diri kenyataan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun